Hidup Bersama Kucing: Dari Ekibol ke Midun, Ada Cerita di Tiap Ekor



    Dulu aku menganggap punya hewan peliharaan itu cuma soal lucu-lucuan dan kasih makan. Kalau kucingnya manja dan bisa dipeluk, bonus lah. Tapi semua anggapan itu berubah sejak aku punya tuxedo cat bernama Eki (asal kata blackie) terus karena dia kakinya pendek dan kalo jalan kayak "ebal-ebol" akhirnya jadi Ekibol.

    Awalnya dia datang ke hidupku tanpa banyak drama. Eki adalah anak dari Genni, si kucing stray cat betina yang sering "nginep" di teras rumahku. Lucu, bersih, kalem. Tapi ternyata, hidup bersama kucing itu kayak buka bab baru dalam hidup. Bukan sekadar ada makhluk berbulu di rumah, tapi lebih dari itu: ada perubahan ritme, kebiasaan, dan... rasa.

Kebiasaan yang Berubah Sejak Punya Eki



    Punya Eki itu seperti punya teman sekamar yang nggak bisa diajak kompromi, tapi tetap bikin kangen. Bangun tidur harus hati-hati, karena dia sering tidur di ujung kakiku. Kalau aku bangun terlalu cepat, dia akan ngambek dan nggak mau nyapa seharian. Lucu, ya? Tapi itu nyata.

    Dulu aku suka banget rebahan sepanjang hari di akhir pekan. Tapi sejak ada Eki, aku mulai bangun lebih pagi untuk membersihkan kotaknya, menyiapkan makanannya, dan ngecek apakah dia pup dengan lancar (yup, pet parent pasti relate banget sama topik ini). Rasanya kayak punya anak bayi versi bulu.

    Selain itu, rumah juga jadi lebih sering dibersihin. Karena bulu tuxedo-nya yang hitam-putih itu gampang banget kelihatan kalau nempel di baju atau sofa. Aku bahkan jadi rajin beli vacuum kecil khusus buat sofa dan karpet. Bukan karena terpaksa, tapi karena aku ingin dia nyaman dan aku juga nggak bersin-bersin terus.

Ekibol, si Tuxedo Cat yang Kharismatik



    Kalau kamu belum pernah kenal tuxedo cat, bayangkan seekor kucing dengan bulu seperti sedang pakai jas formal. Hitam putih, rapi banget. Tapi jangan tertipu tampilannya. Di balik gaya necis itu, biasanya mereka punya karakter yang kuat.

    Eki itu... bossy. Dia punya area-area khusus yang nggak boleh aku sentuh. Misalnya, lemari bawah meja, tempat dia suka duduk sambil mengawasi dunia. Kalau aku coba ganggu, dia akan menatapku seperti bilang, “Ini bukan urusanmu, human!” Tapi dia juga sangat loyal. Setiap aku pulang, dia pasti datang menyambut. Bahkan saat aku cuma pergi 10 menit ke warung.

Yang paling bikin melting adalah waktu dia ikut tidur di dekatku (walau tetep ngga mau dipeluk) saat aku lagi capek atau sakit. Seolah dia tahu, "Oke, sekarang waktunya nemenin dia lebih dekat." Tuxedo cat emang katanya punya kepribadian kuat, dan aku setuju. Tapi justru itu yang bikin hubungan kami lebih hidup.

Midun, si Stray Cat Pincang yang Menyebalkan tapi Menggemaskan


    Beberapa waktu lalu, muncul seekor kucing kecil yang pincang di depan rumah. Warnanya mirip banget sama Eki, hitam-putih juga. Awalnya aku kasih nama Miki, karena dia betina dan kelihatan lembut. Tapi ternyata, kelakuannya... aduh. Super aktif, susah dipegang, dan suka ngejar-ngejar Eki sampai Eki kesal sendiri.

 Karena kelakuannya yang nyeleneh, 
akhirnya aku lebih sering manggil dia “Midun.”

    Midun itu tipe kucing liar yang masih waspada sama manusia. Tapi lama-lama, karena sering diajak ngobrol, dikasih makan, dan disediakan tempat tidur, dia mulai melunak. Dari yang tadinya nggak mau disentuh sama sekali, sekarang mulai suka nyender di kakiku. Kadang aku ketawa sendiri melihat Eki yang awalnya ogah banget deket-deket Midun, sekarang malah sering berbagi tempat tidur bareng.

    Tapi tentu nggak selalu mulus. Tantangan terbesar punya dua kucing adalah adaptasi. Eki merasa terancam, Midun merasa cemas. Tapi dari situ aku belajar sabar. Aku belajar bahwa setiap makhluk, bahkan kucing, butuh waktu untuk merasa aman dan diterima. Midun mengajarkan aku tentang keberanian untuk percaya lagi, meski kakinya pincang dan masa lalunya mungkin keras.

Manfaat Punya Hewan Peliharaan?

    Buatku, manfaat terbesar punya hewan peliharaan itu adalah emosional support. Kadang aku ngerasa hari itu berat banget, tapi lihat Eki duduk di jendela sambil mandangin burung aja udah bikin hati hangat. Mereka itu hadir tanpa menuntut, tapi justru kehadirannya sangat berarti.

     Kucing juga mengajarkan ritme hidup. Mereka hidup dengan pola—makan, tidur, main, dan istirahat. Tanpa sadar, aku jadi ikutan lebih teratur. Dan yang paling terasa, aku jadi lebih peka. Kucing nggak bisa ngomong, tapi dari matanya, aku tahu saat mereka senang, takut, atau butuh perhatian. Itu ngajarin aku untuk lebih peka juga ke manusia lain di sekitarku.

Tantangannya? Tentu Ada.



    Tantangan terbesar tentu soal biaya dan waktu. Makanan kucing nggak murah. Belum lagi kalau mereka sakit—periksa ke dokter hewan, vaksin, vitamin, dan lainnya bisa bikin dompet lumayan ngos-ngosan. Tapi karena aku udah menganggap mereka keluarga, semua itu jadi nggak terasa berat.

    Selain itu, kadang ada rasa bersalah juga. Misalnya, kalau aku harus pergi seharian dan mereka sendirian di rumah. Atau saat aku lupa beli camilan favorit mereka. Dan tentu saja, membersihkan litter box saat sedang flu bukan hal yang menyenangkan. Tapi di balik semua tantangan itu, ada cinta yang bikin semuanya worth it.

Kalau Nggak Punya Hewan, Gimana?

    Buat yang belum punya hewan peliharaan, nggak masalah. Nggak semua orang cocok dan sanggup memelihara, dan itu bukan hal yang salah. Tapi bukan berarti nggak bisa peduli. Aku punya beberapa teman yang nggak punya hewan peliharaan di rumah, tapi rutin kasih makan kucing liar di sekitar kompleks. Ada juga yang jadi relawan di tempat penampungan hewan.

    Peduli terhadap hewan bukan soal tinggal bareng mereka, tapi tentang bagaimana kita memperlakukan mereka—apakah kita punya empati saat lihat kucing tersesat? Apakah kita berhenti sebentar kalau ada anjing nyebrang jalan? Hal-hal kecil seperti itu menunjukkan bahwa kita punya hati untuk makhluk lain.

Kucing Mengajarkan Banyak Hal, Tanpa Mengajar



Eki dan Midun datang ke hidupku di momen yang berbeda, tapi keduanya membawa pelajaran yang serupa: bahwa cinta itu nggak melulu tentang bahasa dan logika. Kadang cuma butuh hadir, duduk diam di sebelah, dan menunjukkan kalau kita peduli.

Kalau kamu sedang berpikir untuk punya hewan peliharaan, pikirkan matang-matang. Mereka bukan mainan, tapi anggota keluarga yang akan menemanimu bertahun-tahun. Dan kalau kamu belum bisa punya, tapi tetap peduli—itu juga luar biasa. 

Karena di dunia ini, setiap bentuk kasih sayang, sekecil apapun, tetap berarti besar bagi makhluk yang menerimanya.


Komentar

Posting Komentar

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)

Postingan Populer