JUST DO IT AND PRAY, AND LET DO THE GOD FINISHED YOUR DREAM

Walk the talk.
kalimat yang mengambang di dinding salah satu kantor itu seolah menampar diriku. Aku yang kebanyakan mimpi, kebanyakan janji. Kebanyakan mau.


"Aku akan...."

"Tahun ini aku janji bakalan..."



Dan ini udah akhir April, bentar lagi Mei - trus puasa - lebaran, lupa karena mudik libur panjang, dan nanggok amplop 😜,  Agustusan dan entah apa lagi, lalu tahu-tahu udah Tahun Baru 2019.

Padahal kalo aku jalanin setengah aja dari yang aku impikan, keknya tahun ini seharusnya aku udah jadi CEO perusahaan, atau pramugari senior maskapai terbaik dunia, atau malah jadi astronot.

"Menurutmu, aku sukses gak sih, Pah?" tanyaku di satu pagi, ketika embun baru saja menggeliat disapa matahari. 
Obrolan random usai subuh ini adalah ritual yang wajib kujalani bersama suami, ketika kami berdua tidak sedang ngibrit kesana kemari dikejar kebutuhan.
Aku dan dia - seperti biasa, sibuk dengan gadget, kopi dan koran, serta pagi itu aku membaca buku Neng Koala. 

Udara sejuk, rinai hujan baru saja usai
"Kamu sukses kok," sahutnya setelah beberapa saat. Ia menyeruput kopi.  
"Kamu kan, sudah punya buku, bisa berkarier di rumah, bisa ngeblog, sudah punya anak dan rajin sholat," 
Aku terdiam. 

Sukses di mata suamiku, adalah menurut kacamatanya -yang buatku- sangat sederhana. Sementara sukses di mataku, ukurannya adalah seperti yang rajin kubaca di media. Kuliah sampai meraih gelar Doktor, punya perusahaan yang menyerap banyak tenaga kerja, rumahnya sebesar lapangan bola, dan traveling keliling dunia.

Bukan tanpa alasan aku bertanya seperti itu. Senin, 25 April 2018 lalu, aku diundang buat menyaksikan launching buku Neng Koala.

Undangan diadakan di aula serbaguna Kampus Binus Anggrek, dan mendadak dipenuhi pemuda pemudi berkaos warna salem, sesuai sampul bukunya.

Buku Neng Koala adalah..

buku tentang perempuan-perempuan Indonesia yang melanjutkan pendidikan tingginya ke Australia. Kompilasi ke- 34 penulis ini, based on pengalaman mereka saat menuntut ilmu di negeri kangguru. Ada yang mengambil program S2, S3, ada yang hanya short course dan pertukaran pelajar.

Nama yang unik? 
Ya, karena semua penulisnya adalah perempuan, dan Koala identik sekali dengan Australia, sehingga terciptalah komunitas dan buku bertajuk unik.


Sumber foto : nengkoala.id
Awal terbentuknya Neng Koala itu...
tercetus pada akhir Maret ketika Melati (28), mahasiswi S2 di Australian National University, Canberra, mendapatkan kabar mengenai salah satu teman perempuannya yang memutuskan untuk melepas kesempatan berharga yaitu menempuh S2 dengan skema beasiswa di Australia. 

Alasannya sederhana, karena "posisinya" dalam keluarga dan masyarakat, membuat ia undur selangkah, dan memilih tidak meneruskan kuliah.

Karena terkesima, Melati tergerak untuk mengajak rekan-rekan mahasiswi dari berbagai latar belakang dan situasi keluarga, merekam kisah mereka dalam blog yang dapat diakses melalui jejaring sosial di dunia maya. 
Ia berharap, dengan berbagi kisah, pembaca dapat menarik pelajaran berharga dari blog ini.

Jumlah kontributor Neng Koala 
ada lebih dari 80 kontributor yang tergabung dari berbagai universitas di Australia, bahkan sekitar 20 kontributor sudah beberapa kali menyumbang tulisan.
“Terus terang saya kaget melihat minatnya begitu tinggi. Setiap hari kurang lebih lima tulisan baru diunggah di blog. Kisah-kisah pribadi yang dibagi sangat inspiratif—banyak perjuangan yang mendobrak stereotipe bahwa perempuan harus mengalah dan tidak perlu kuliah tinggi-tinggi, “ ~Melati~
Tak hanya kisah-kisah pribadi, 
namun pada saat talkshow, para pembicara perwakilan Neng Koala juga berbagi informasi praktis mengenai kehidupan dan studi di Australia. 

Yang paling penting, tentu saja cara beradaptasi di negara empat musim, menjalin pertemanan di lingkungan sosial baru, siasat mencapai prestasi akademis, hingga masalah "sederhana" yaitu... di mana mencari kuliner dan bumbu masak khas Indonesia?

Karena mereka walk the talk.. 
Ini betul. Di mataku, mereka adalah Neng-Neng hebat. 

Neng-neng yang SUDAH MEMBUKTIKAN, bahwa frasa walk the talk ini tak hanya memotivasi diri, namun jadi realisasi apa yang menjadi impian mereka. 

Mereka tahu bahwa “action speaks louder than words” - gak hanya diomong, tapi berusaha sekuat tenaga membuktikannya!
Cucu Saidah
Mustahil untuk tidak kagum dengan Cucu Saidah. 
Cucu Saidah, Alumni Flinders University Lulusan Master of Public Policy dari Flinders University. Aktivis hak penyandang disabilitas di Indonesia. Pemberi saran untuk hal-hal terkait pembangunan inklusif disabilitas.
Cucu Saidah tak hanya berjuang sendiri, namun ia dan suaminya yang juga penyandang disabilitas berhasil memperoleh beasiswa, berhasil membina rumahtangga di sana, plus... traveling berdua ke beberapa kota di Australia!


Sumber foto dari FB Cucu Saidah

Intinya, 
seberapa kuatnya keinginanmu menggapai impian tentang masa depanmu? Seberapa indahnya itu untuk dirimu jika terwujud? 


*lantas merenung...


Ms. Laura Ralph 
Pada kesempatan ini, 
hadir juga Ms. Laura Ralph- perwakilan dari Kedutaan Besar Australia.

Selain itu ada perwakilan dari CAUSINDY - Conference of Australian and Indonesian Youth, yaitu sebuah organisasi perwakilan pemuda kedua negara dengan beranggotakan tim dari kedua negara, Australia dan Indonesia. 

CAUSINDY terasa perlu diadakan, 
mengingat siswa -siswi Indonesia di Australia mencapai hampir 20 ribu orang - data tahun 2017, sehingga pastilah sangat membantu jika para mahasiswa/i mencari informasi. 

“It’s very easy to talk the talk, but can you walk the talk?”

buat kamu, iya.. kamu yang di sana. Yang janjinya semanis madu, tapi bolak balik cuman DM doang trus ga jadi *lantas curhat.


Btw,

pokoke buku ini mengajarkan banyaaaak ... banyaaak sekali!

Buatku, Neng Koala memuat banyak kisah inspiratif, karena  
1. Ngajarin sabar 
Ada yang mengajukan beasiswa sebanyak 6 kali, loh, sebelum di-approval.

2. Ngajarin pinter
Pinter cari peluang, pinter bagi waktu, pinter mensiasati program beasiswa, dan lain-lain. Ya kalo engga pinter, lah kamu mau ngapain di sanaaa? Mending di Indonesia aja! *judes*

3. Ngajarin ikhlas
Ada beberapa perempuan yang sudah berumah tangga, sehingga dibutuhkan percakapan panjang dan keikhlasan melepas diri sejenak untuk menjalaninya. Salah satunya, dari sahabat blogger di halaman 23 - 35, Gena Lysistrata. Gena harus pinter membagi waktu karena ia belajar di saat baru punya bayi!

Bahkan ada yang membuat hatiku teriris, pedih.. saat membaca ada yang kehilangan ibu ketika sedang ujian! Kisah ini ada di halaman 60. 

Nadia Sarah tak menyangka, pengajian yang dibuat oleh sang Mama, adalah syukuran sekaligus perpisahan 😥. Di tahun pertama, ia harus menghadapi kenyataan bahwa Mama, supporter terbesar harus mengalah pada kehidupan....



4. Ngajarin bersyukur sekaligus berserah
Halaman 172 - 175 kubaca berulang kali. Melati yang sekaligus founder Neng Koala, ditanya oleh temannya, Zheng dari China. Ia yang seorang muslim, terlihat aneh karena kelihatan komat-kamit di pojokan, pake mukena putih. 

Melati dengan sabar menerangkan tentang apa yang ia anut, tanpa harus membuat teman-temannya tersinggung. Bahkan akhirnya ia terlibat diskusi panjang lebar dengan para pelajar China, Vietnam dan Jepang.

Setelah membaca buku Neng Koala,
aku rekomendasikan untuk para perempuan Indonesia - siapa pun mereka - agar baca buku dengan Kisah Inspiratif ini. Apalagi kalau pingin sekolah ke luar negeri tanpa biaya! 

Komplit banget soalnya bahasannya. Mulai dari merajut mimpi, menghadapi masalah di sana, hingga menuntaskan apa yang kamu ijinkan untuk terjadi dalam hidupmu.


Aku memang jadi terinspirasi untuk mencari peluang kuliah lebih tinggi lagi. Bukan hanya karena sok-sokan "Ih, kelen bisa, mosok aku gak?" but more than it

Menuntaskan impian, adalah juga jadi tanggung jawab pribadiku terhadap diri sendiri. Ibarat aku ingin makan goreng ikan kembung untuk dicocol pake sambal matah kecombrang nih... 

Buku Neng Koala kuanggap sebagai pemantiknya, sementara untuk masak, aku butuh api, kompor dan wajan, dan itu semua ada dalam satu dapur bernama sekolah.

Peranan suami
tak bisa dikecilkan, tentu saja. Sosok arif bijaksana bernama Bapak sudah tiada, dan alhamdulillah, suamiku Abang Ridho selalu mendukung semua keinginanku -asal dalam koridor dan batas kemampuan yaa..

Kadang tak mudah berkomunikasi tentang "Mauku tuh, gini loh..." ke dia, soalnya, seperti udah kubilang di atas, aku tipe orang yang just dream then talk - talk - talk and talk.  Dan, kupikir ini mainstream yes, kebanyakan perempuan gitu. Ngomong doang. Oh, kamu bukan? Syukurlah, berarti kamu satu dari sejuta!

So, aku yaa.. mau tak mau harus buktikan dulu! Dari sekarang belajar, capai nilai IELTS yang bagus, ajuin proposal kuliah, dan banyaaak.. lagi!

Buku imut berwarna salem ini,
berisi banyak ide - motivasi hidup - hingga inspirasi. Bahwa perempuan, seperti di Kata Pengantar yang ditulis oleh Wardah Fajri,  tak hanya mengejar ambisi pribadi namun juga bisa menjadi the agent of change. 

Buku ini tentang aku. 

Aku, yang merasa "hanya seseorang dengan rencana besar dan ide bagus, tanpa keahlian untuk merealisasikan rencana atau ide tersebut". 

Aku, si pemikir yang penuh strategi dengan segudang rencana-rencana cadangan, tanpa menyadari bahwa waktuku sudah banyak yang terbuang untuk berpikir. 

Aku, yang tatkala merealisasikan rencanaku, seringkali berhenti di tengah jalan sebelum menuntaskan prosesnya untuk mencapai tujuan. 

it's all about me....

Aku bersyukur, dapat memenuhi undangan dari Blogger Crony, dan mendengar kisah hidup para penulisnya. Membaca buku Neng Koala,  juga membuatku mengerti, bahwa aku tidak akan berhenti saat gagal, bahwa aku akan terus mencari cara dan mencoba cara berikutnya!

Masih banyak hal yang harus aku perbaiki dalam diriku. 


No matter how long it takes, at least I will do walking the talk. Jangan lupa, libatkan Allah SWT dalam setiap langkahmu, karena tanpa-Nya, rencana hanya tinggal rencana, bukan?

So... What’s your dream? 

44 komentar

  1. Mbak Tanti, salam kenal ya.. pingin kenalan langsung pas di acara Neng Koala tapi kemarin ngga nemu :(

    Agak jleb pas baca paragraf pembuka: kebanyakan mimpi, kebanyakan janji, kebanyakan mau. Hufh.

    Hadir di launching buku Neng Koala kemarin dan baca cerita2 para alumni rasanya menambah motivasi diri ya Mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halooo "scholarship hunter"... Salam kenal juga ya, bangga deh mendengar dirimu pada sesi tanya jawab bilang begitu!

      Iya jadi menyala nyala lagi yaaa

      Hapus
  2. Enak baca tulisannya mengaliir..jadi pengen beli bukunya aku maak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiiin... Terima kasih banyaaaaak

      Aku kan memang lagi "ngobrol" dengan diriku sendirian hehehhehe.....

      Hapus
  3. Mau donk pinjam bukunya mak Tanti

    BalasHapus
  4. Ah... Menginspirasi... Jadi pengen nulis, dan sekolah.. Hehehe. Balik lagi ke prolog, kebanyakan rencana, minim eksekusi.... Kudu istiqomah emang ya.. Sukses yaaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh kepencet.. he euh akhir akhir ini sedang bertanya tanya ke diri sendiri

      Aku kebanyakan impian emang dan minim eksekusi

      Hapus
  5. Reviewnya beneran persuasif bangeeeettt, jadi pingin baca bukunya langsung ni mbaa :)

    BalasHapus
  6. Jadi penasaran dan pengen baca bukunya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha iya sayang dapatnya cuman satu ya tapi bisa dibeli di Gramedia kok 65 ribu

      Hapus
  7. Asyiik baca postingannya. Berbobot ntah brp ratus kilogram, hahaha...Tanti gitu looh. Beneran jadi pengen PUNYA buku Neng Koala itu. Btw Inggris bunda yg paspasan bingung bngt nih What's the aim dari TALK the TALK n WALK the WALK. WALK the TALK aduuuh biyung opo toh maksute...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lah bundaaaaa...

      Walk the talk; frase yang artinya kek di atas yang Tanti tulis itu Bun, intinya

      "Elo jangan ngomong doang dong, tapi kerjain!" Gitu kira kira, imho.

      Talk the talk cuma ngomong doang.

      Walk the walk ga ada artinya hahahhaha

      Hapus
  8. Ya ampun udah ada bukunya? Aku ga sengaja follow akun IGnya neng koala ini udah lama. Aku baca cuplikan2 ceritanya di IG. Ga tahu kalau ada blog dan udah terbit bukunya. Terus terang pas baca cuplikan2 itu aku jadi termotivasi utk nyari beasiswa ke sana. Tapi mikir panjang banget. Bagaimana dg keluarga. Hadeuh. Baca ini antara pengen nangis tapi jadi dendam "aku bisa".

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisaaaa Maaaaaaayyyy

      Kamu bisaaaa!

      Ini jawaban dari doa doamu, yakan! Bukan... Bukan "bukunya" tapi the thing is, kamu yang follow akunnya, dan tiba tiba kamu tau bahwa "oh, mereka ada, mereka bisa! Guweeeh Neng Maya juga pasti bisa!"

      Hapus
  9. Buku yang sangatbmenginspirasi banget ya,, Amel sering banyak ngomong harus jadi ini jadi itu tapi untuk majunya itu kadang kalah sama males,,, jadi maluu se maluu malunya huhu. Makasih mak Tanti,, buku ini bisa jadi penyemangat buat orang yang lebih mengandalkan pasrah daripada terus berusaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Amel, kamu salah satu orang yang berani mewujudkan impian di mataku

      Hapus
  10. Ah iya, sudah mau puasa, apa kabar resolusi huhuhu.. Makasih mba sayang, harus meluruskan jalan di track nih

    BalasHapus
  11. Keren ya mak. Namun bagaimana dengan batasan usia ya?
    Soalnya merasa udah tua huhuhu, suka khawatir kebentus syarat administrasi. Baik utk beasiswa maupun short course :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. April kan masih muda. Itu ada yang baru mulai kuliah usianya 45 tahun

      Hapus
  12. Menurut saya Mba Tanti sukses soalnya sering menang lomba blog juga. Kerennn. Ngomongin buku saya jadi penasaran ama buku neng koalanya ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yaa Allah amiiin makasih bunda Yeni. Saya menang yang masih kecil kecil hadiahnya hihi..


      Tapi Alhamdulillah disyukuri selalu Bun. Makasih kunjungannya Yaaaa

      Hapus
  13. Menohok.. huhuhuu ��
    Tiba-tiba tersadar dan impian makin jauh di awang-awang. Harus balik arah lagi nih ��
    Btw, aku jadi pengen baca bukunya. Inspiratif..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ntar kalo ketemu aku bawain

      Merajut impian mudah,yang ga mudah mewujudkan impian itu

      Hapus
  14. Wah, diingetin lagi mimpi meraih beasiswa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih ada kesempatan kok mas Dzulfikar. Apalagi untuk jurnalis sekaliber situ 😍

      Hapus
  15. Semangat buat mak neng Tanti. Semoga bisa terwujudka impian besar lainnya. Don't talk too much, just do it now !

    BalasHapus
  16. Gak sabar ingin segera baca bukunya...
    Eh kaosnya masih ada gak? Hehehe

    BalasHapus
  17. Walk the talk... ini dalem buat aku! ��

    BalasHapus
  18. Bener ya, Mbak. Kegagalan harus tetap bisa bikin kita bangkit lagi supaya bisa mendapatkan pelajaran dari kegagalan tersebut

    BalasHapus
  19. duh aku bacanya jadi berapi-api mba, aku juga masih kepengen kuliah maish pengen punya cita-cita bisa magister hehehe jadi pengen baca ini apalagi kisah2nya pasti menarik ada mba Gena juga ya :)

    BalasHapus
  20. Neng tanti amelia juga hebat koq. Aku salah satu fansnya ❤

    BalasHapus
  21. Oh pantesan judulnya bukunya dikasih nama Neng Koala ternyata ada hubungannya dengan sekolah di asutralia ya mbak. Aku punya teman yang kuliah di sana juga, nah aku malah tertariknya mereka pada bisa kerja sambilan gitu ya sampe bisa beli laptop sendiri lah , itu jaman dulu ya kalau sekarnag pastiya lebih lagi. Pingin juga sih sekolah lagi, syukur di sana ya mbak :)

    BalasHapus
  22. hmm... jadi inget perjuangan sendiri couple years ago di sana... dulu mah rasanya gimanaa gitu saat menjalani...sekarang pas udah lewat tinggal rasa kangen dan tergoda untuk mencoba lagi dan lagi lalu tersungkur pada fakta betapa biziiiinya aku hingga harus menunda entah kapan mimpi berikutnya yg masih ku gantung di langit

    BalasHapus
  23. Subhanallah, kagum sama temen2 yang tergabung di Neng Koala. Terlebih dengan keluaraga Cucu Saidah, menarik untuk dibaca bukunya nihhh. Btw Mak, semoga terwujud cita2nya yaaaa. Ku doakan dari sini. ;)

    BalasHapus
  24. huwaaa aku pun merenung baca review buku ini. Temanku baru balik dari Aussie selepas S2 dan dia ngomporin buat kuliah di sana. Ingin sih ingin yaa tapi memang apalah ingin tanpa "walk the talk"

    BalasHapus
  25. Mbak Tantii... aku pengen ATM nih cara mereview bukunya. Enaaak pisan bacanya. Aku seperti nonton sebuah film yang penuh dengan kata-kata menohok. Jadi tambah penasaran sama buku Neng Koala yang berwarna salem ini. Nyari ah di Gramed.

    BalasHapus
  26. Yang paling penting itu memang sukses dimata suami ya mbak, karena kalau kita berkaca akan orang lain pasti gak ada habisnya. Aku penasaran nih sama buku Neng Koala ini karena memang aku belum pernah baca dan hanya tau dari review beberapa teman-teman.

    BalasHapus
  27. Aku belum kepikiran mau kuliah lagi nih Mak. Masih ke anak-anak dulu dan tulis menulis aja. Kalo ada kesempatan sekolah, kayaknya juga fokusnya ke tulis menulis lagi.

    BalasHapus
  28. Semangat mak Tanti, daku pun punya banyak mimpi dan keinginan, yang penting kita bertindak, tidak hanya sekedar kata-kata.

    BalasHapus
  29. Membaca tulisan Mak Tanti bikin kangeeeen orangnya nihhhh hehehehe peluk jauh ah Mak 😘

    Dirimu ketje, Mak. Masih produktif berkarya dan kemarin aku liat dirimu posting ilustrasi di grup Pabers.

    Buku Neng Koala sepertinya cocok nih buat adik2ku yg masih usia sekolah, Mak.

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)