Mengguncang Dunia Pendidikan dengan AI

Teman, belakangan melintas di beranda platform sosmedku Kisah Inspiratif seorang ibu guru bernama Selly Veronika. 


    Sebagai seorang ibu, membaca kisah Ibu Guru Selly Veronika dari pedalaman Palangka Raya ini benar-benar membuat hatiku terenyuh dan terharu. Bayangkan, di tengah keterbatasan tanpa listrik dan jaringan internet, beliau tetap mengajar dengan penuh dedikasi dan kreativitas. 

    Melalui teknologi AI, Ibu Selly "menghidupkan" impian murid-muridnya dalam bentuk visual—ada yang menjadi dokter, pemain bola, pramugari, hingga TNI.

    Wajah-wajah kecil itu terpana melihat gambaran masa depan mereka, penuh harapan dan kebahagiaan. Kalimatnya yang mengatakan bahwa tugas seorang guru adalah memberikan keberanian bermimpi begitu menyentuh hati. Aku jadi berpikir, sejauh apa pun anak-anak kita berada, mereka layak bermimpi besar, dan sosok seperti Ibu Selly adalah pengingat betapa pentingnya peran guru dalam menumbuhkan keberanian itu.


Percepatan Teknologi Artificial Intelligence

    Jujur saja, AI atau kecerdasan buatan masih terasa seperti sesuatu dari film fiksi ilmiah bagi saya. Dulu, teknologi hanya sebatas komputer besar di kantor, dan belajar di sekolah itu ya buku tebal serta papan tulis kapur. 

Namun, mendengar cerita tentang guru-guru yang mengalami transformasi dalam mengajar plus mendengar kisah Davyn Sudirdjo, seorang anak muda Indonesia yang menciptakan AI untuk pendidikan, membuat saya kagum sekaligus bertanya-tanya: bagaimana anak muda seperti dia bisa berpikir sejauh itu?

    Davyn, seorang inovator muda, telah menciptakan sebuah sistem berbasis AI yang membantu proses belajar-mengajar menjadi lebih efektif. Bayangkan, teknologi yang dulunya hanya ada di kepala para ilmuwan kini dikerjakan oleh anak bangsa kita sendiri. 
Sistem ini mampu menganalisis kebutuhan belajar siswa dan memberikan rekomendasi materi sesuai kemampuan mereka. Tidak ada lagi istilah “murid pintar tertinggal” atau “materi terlalu sulit”. Semua bisa disesuaikan dengan kecepatan masing-masing anak.

Sebagai ibu, saya teringat bagaimana anak-anak saya dulu belajar. Mereka harus menghafal banyak materi tanpa benar-benar memahami konsepnya. Kalau ada PR sulit, solusinya ya les tambahan. 

Tapi sekarang? 

Dengan bantuan AI, siswa bisa belajar di rumah dengan cara yang lebih menarik dan interaktif. Misalnya, AI dapat memberikan soal-soal yang dirancang khusus untuk memperkuat pemahaman di bidang yang masih lemah. Tidak hanya itu, guru pun terbantu. Mereka bisa fokus memberikan bimbingan personal karena pekerjaan seperti menilai dan membuat soal sudah diotomatisasi.

    Gimana ya seandainya si AI ini ada sejak dulu? Mungkin saya tidak perlu pusing memantau anak-anak belajar sampai larut malam. Tapi di sisi lain, saya sadar bahwa teknologi ini juga menuntut kita untuk belajar lagi. Kalau tidak, kita bisa ketinggalan jauh.

AI Kupas Ending Drama Korea: Dari Plot Twist ke Makna Mendalam

    Di era ini, blogger yang banyak mengulas drama Korea juga terbantu loh. Walau tentu saja blogger kawakan dengan ketelatenan luar biasa dan jam terbang tinggi sekaliber Lendy Agassi susah yaa disanding dengan siapa pun!

Lendy banyak membuat ulasan ending Drama Korea jadi kita tinggal melipir ke blog-nya kalau pengen lihat review dan syukur-syukur dapat spoiler hehehe..

    Yes, AI untukku yang penggemar drakor tipis-tipis bisa membantuku dalam menganalisis ending drama Korea, karena AI memang mengambil beberapa ulasan mereka, lalu dirangkum untuk kemudian disajikan lebih objektif dan mendalam. 

Dengan kemampuan memproses data dari berbagai sumber, AI bisa merangkum opini dari forum, media sosial, hingga ulasan kritikus, lalu mengidentifikasi pola seperti tema yang berulang, plot twist, atau makna tersembunyi dalam cerita. 

Sedangkan untuk variety show Korea,  AI dapat menyoroti detail yang mungkin terlewatkan oleh penonton, seperti simbolisme atau referensi budaya yang memperkaya interpretasi ending. Ini tidak hanya memudahkan penonton memahami cerita, tetapi juga menciptakan ruang diskusi baru untuk berbagai perspektif.

Dunia berubah dengan cepat, dan Kisah Inspiratif bu guru Selly dan Davyn Sudirdjo mengingatkan kita bahwa perubahan ini tidak hanya untuk mereka yang paham teknologi, tapi untuk semua orang yang mau belajar dan beradaptasi.

Siapa tahu, kelak anak-anak kita bisa menjadi seperti ibu guru Selly dan Davyn-Davyn berikutnya, mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional. Ada amin?

2 komentar

  1. MashaAllaa~
    Barakallahu fiik, ka Tantii.. jadi mayuu.. hehehe~

    Seringkali mainan sama AI di WA, tapi memang seringkali pula jawaban yang diterima belum bisa sesuai dengan kebutuhan. Artinya, AI ini kecerdasan buatan yang tidak bisa melebihi sang pembuatnya.

    Kagum banget sama seseorang yang bisa mendedikasikan ilmunya untuk kemajuan dan kemudahan dalam belajar. Penasaran gimana cara kerja AI di bidang pendidikan. Karena sejujurnya, anakku yang kedua ini kan gen alpha yaa.. tapi karena kemudahan AI, seringkali belum bisa menyaring, mana yang benar dan salah.

    Kudu tetap dibekali banyak baca buku dan critical thinking yang kuat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. MashaAllah, Lendy! Barakallahu fiikum juga yaa. Seneng banget kalau tulisan ini bisa bikin kamu semangat explore soal AI. 😊

      Iya bener banget, AI itu tetap buatan manusia, jadi nggak akan sempurna. Tapi justru di situlah menariknya, kita yang harus jadi \"navigator\" buat memanfaatkan teknologi ini dengan bijak.

      Soal anak gen alpha, setuju deh, penting banget ngajarin mereka critical thinking dan banyak baca buku. AI kan canggih, tapi tetep aja filter terbaik itu ada di mindset dan wawasan kita. Semoga dengan kemajuan teknologi ini, anak-anak kita malah makin kreatif dan tetap grounded yaa. 💕

      Kalau penasaran tentang cara kerja AI di pendidikan, coba deh cari info tentang adaptive learning. AI bisa bantu bikin kurikulum yang lebih personal, tapi tetep harus diawasi. Semoga anaknya Lendy makin pintar dan bijak yaa! 💪✨

      Hapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)