APAKAH HIDUPMU SUDAH BAHAGIA DAN CUKUP?




Kamu boleh baca sambil dengerin ini

Taraf hidupmu udah di level cukup?

Kalau jawabanmu iya, selamat! Kamu sudah berhasil melewati titik kritis kehidupan dengan berkata "Cukup!"

Jika tidak, yuk simak pendapat ahli yang berhasil kutuliskan setelah aku berasa disentil kupingnya kanan kiri!

Jaman sekarang, banyak orang mengeluh tak berkesudahan. Listrik mahal, harga bahan pokok meroket tipis sementara penghasilan menurun drastis. 

Dengan adanya pandemi (pandemi emang paling cocok untuk kita persalahkan, kita kambing-hitamkan, kita caci maki sepuas hati) pola pikir orang banyak - terutama aku- berubah total.

Well, kita kadang merasa tak pernah cukup. Pengejaran kekayaan yang rasanya tak berkesudahan, membuat hidupku tak pernah kenal kata CUKUP!

Apalagi kalau melihat viralnya kalimat "Ganteng, cantik, review saldonya dong!"



Berapa banyak uang untuk CUKUP? How Much is Enough?


Buku yang ditulis oleh Skidelsky bersaudara ini, membahas soal : Berapa banyak yang kita miliki, agar kita merasa cukup?

Ia sendiri menulis setelah riset dari beberapa ekonom provokatif, serta mengacu  pada beberapa filsuf, ahli teori politik, penulis, dan ekonom dari Aristoteles, Marx hingga Keynes.
  • Apa yang dimaksud dengan kehidupan yang baik? 

  • Berapa nilai uang yang sebenarnya? 

  • Mengapa kita bekerja berjam-jam hanya untuk memperoleh kekayaan yang lebih besar? 

Ini adalah beberapa pertanyaan yang juga pernah kupertanyakan pada diriku sendiri di tahun 2011 lalu. Tepat di usia ke 40, yang menurut hadits adalah usia istimewa. 

Kenapa di usia 40 tahun, sis? Karena  yaaa mas bro, usia 40 tahun dinilai sebagai masa keemasan manusia dalam menapaki hidup. 

Di usia tersebut, manusia dinilai telah mencapai kematangan baik dalam bertindak, bersikap maupun berpikir. Kedewasan seseorang bisa diukur dan dilihat di usia tersebut. 

Beberapa nabi mendapat pencerahan, ketika di usia 40 tahun, termasuk Rasulullah SAW. Beliau menerima wahyu pertama di Goa Hira tepat pada usia 40 tahun. 

Saat itu, Rasulullah SAW selalu beruzlah dan sering mengasingkan diri untuk beribadah kepada Allah SWT. Dalam Alquran, disebutkan tentang manusia yang sudah memasuki usia 40 tahun seperti dalam ayat berikut;

Allah SWT berfirman:

 وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ اِحْسَانًا ۗحَمَلَتْهُ اُمُّهٗ كُرْهًا وَّوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۗوَحَمْلُهٗ وَفِصٰلُهٗ ثَلٰثُوْنَ شَهْرًا ۗحَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ اَشُدَّهٗ وَبَلَغَ اَرْبَعِيْنَ سَنَةًۙ قَالَ رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَصْلِحْ لِيْ فِيْ ذُرِّيَّتِيْۗ اِنِّيْ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاِنِّيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ 

Artinya: Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). 

Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa, 

"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku temasuk orang-orang yang berserah diri.

(QS: Al Ahqaf: 15)

See what I mean?

Pendapatan meningkat, tapi taraf hidup melesaaaat!

Penulis mulai dengan ekonom besar John Maynard Keynes.

Pada tahun 1930 Keynes meramalkan bahwa, dalam satu abad, pendapatan per kapita akan terus meningkat, kebutuhan dasar masyarakat akan terpenuhi, dan tidak ada yang harus bekerja lebih dari lima belas jam seminggu. 

Jelas, dia salah: meskipun pendapatan telah meningkat seperti yang dia bayangkan, keinginan manusia umumnya tampaknya tidak terpenuhi, dan tepat sekali, kita terus bekerja berjam-jam!

Skidelsky menjelaskan mengapa Keynes salah. 

Berangkat pada argumen dari premis bahwa ekonomi adalah ilmu moral, mereka menelusuri konsep kehidupan yang baik dari Aristoteles hingga saat ini dan menunjukkan bagaimana kehidupan kita selama setengah abad terakhir telah menyimpang dari ideal itu. 

Apa sih, tujuan kita mencari uang?

Masing-masing pribadi pastinya punya tujuan hidup yang berbeda. Ada yang ingin anaknya kuliah di luar negeri di universitas ternama, ada yang ingin punya pesantren dan rumah yatim piatu, ada yang ingin pensiun muda dan keliling dunia. 

Bapack-bapack tetangga di seberang rumahku mengatakan, ia ingin sekali punya beberapa istri, sehingga jika di rumah sekarang berselisih paham (baca : berantem) maka ia bisa pergi ke rumah istri lainnya. Okeh fain.

Macam-macam.
Tapi mayoritas  dari kita pasti sepakat : Untuk mendapatkan hidup yang lebih baik. Lebih baik ini gak secara finansial saja, pastinya. Mungkin ada yang emang lahir dengan sendok emas, hidup berkecukupan dan ingin berkarya saja agar bisa mendanai yayasan-yayasan tertentu, jadi donatur. 

Nah yang ingin kubicarakan bukan yang lahir dari sendok emas, tapi yang taraf hidupnya masih di garis rata-rata air kayak aku saat ini. 

Tahukah kamu, 
kualitas dan kecukupan itu tercipta ketika kamu malah berhenti mengejar yang namanya RASA CUKUP itu?

Kita berhenti ketika tahu bahwa itu tuh CUKUP. Kita berhenti mengejar lagi RASANYA. Berhenti dari mengejar KEINGINAN YANG TIADA HABISNYA itu.

Ketika kita akhirnya duduk manis di pojokan dan mulai bilang ke diri sendiri, "Ah, alhamdulillaaah nikmatnya hidup ini,"

Bagaimana sih, definisi dari BELUM CUKUP itu?

Iya ya, dari tadi bahas tentang rasa cukup, nah gimana kita tahu bahwa kita itu belum cukup?

1. Pengejaran uang yang terus menerus

Yeah, kutahu ada banyak yang masih berkutat dengan mencari untuk mencukupi kehidupan sehari-hari. Tapi ini jika kebutuhan sehari-hari sudah terpenuhi, lantas melototin sosmed. 

Kita merasa iri pada hidup Bunda Maia yang ke sana kemari naik private jet, bepergian ke London, ke Amrik tanpa mikir. 

Oke itu kejauhan.

Pastilah ada satu fase di mana kita bahkan iri hanya pada tetangga di blok ujung, yang terlihat hidup santuy tapi Gojek bolak balik datang ke rumah nganterin makanan dan jajanan.

Bel rumahnya berdering setiap kali, mengantarkan barang yang dia pesan secara online di shopee.

Tiap minggu, dia pergi subuh-subuh terus pas kamu intip story-nya eh dia lagi bepergian ke Pengalengan, nonton sunset di sana, terus lanjut ngopi di Woza Cafe Ciwideuy. Xi xi xi ... sapa suruh ngintipin status orang, hayo!

Ciyeee... yang baru tau Woza Cafe Ciwideuy


Nah untuk itu, mari kita simak riset oleh James Maynard Key di tahun 1928. Yoi, di tahun segitu dia udah penasaran sama gaya hidup manusia ini.
Prediksi beliau, di tahun 2030 nanti, manusia sudah TIDAK USAH BEKERJA BERJAM-JAM LAGI. Cukup kerja 3 jam sehari saja. 
Sebenarnya ternyata secara logika dia benar. Pendapatan per-kapita meningkat, perkembangan teknologi telah meningkatkan efisiensi, dan banyak kebutuhan hidup kita terpenuhi dengan jauh lebih mudah. 

Tapi, prediksi untuk kerja hanya 3 jam sehari - which is 15 jam seminggu itu, ternyata jauh berbeda. Meleset jauh. Kenapa?

Karena distribusi kekayaan tetaplah tidak merata, dengan populasi yang meningkat, mayoritas manusia masih bekerja selama 40 jam seminggu, dan bahkan lebih.

Baru-baru ini kudengar China menerapkan sistem 996.
9pm to 9am , 6 days a week! 

Banyak dari perusahaan menerapkan sistem baru ini, dan mengakibatkan ketak seimbangan kehidupan lagi... hiks .. ada beberapa pekerja muda yang meninggal loh, saking exhausting, lelaaaah! Kabarnya bahkan istirahat jam makan siang aja mereka sambi! 

Oke balik lagi ke materi awal (berasa dosen). Ada pertanyaan menarique : kenapa sih kamu beli handphone baru? Laptop dan kamera? Beli mobil baru? Apa karena emang udah rusak atau emang kamu butuh?

Jawabannya mencengangkan, ternyata kita semua memiliki dorongan memuaskan keinginan dengan membeli banyak barang baru tersebut, selain untuk memenuhi kemajuan teknologi biar dibilang ga ketinggalan jaman, atau malah karena tekanan dari sekitar!


2. Kriteria Hidup Yang Baik, kayak apa kak?

Paham tentang kita mengumpulkan kekayaan untuk bertahan hidup, ternyata berlaku di banyak negara. Bahkan, metrik pendapatan gross per kapita tiap negaralah yang kita pahami bahwa "Oh, di negara itu semua makmur!"

Jika pendapatan satu negara naik, artinya kondisi ekonomi di negara itu membaik.
Faktanya? Di UK, terbukti pendapatan per-kapita  yang naik tak membuat seluruh warga negaranya bahagia. Jadi konsep hidup ini sebenernya tak disepakati bersama, bahwa kaya raya = kaya rasa = bahagia.

Statistik hanya bicara tentang ekonomi. Bukan pencapaian kecukupan dan kebahagiaan.

Nah, pak Skidelsky bersaudara membicarakan metrik pengukuran hidup yang baik dan arti kata CUKUP ini dari sudut berbeda. Yaitu tentang pemenuhan hak-hak hidup manusia.

Pertama, tentu saja kesehatan.
Hak dasar ini diukur secara jasmani dan rohani. Tidak hanya ketersediaan medis saja, tapi juga secara agama dan kepercayaan. Karena terbukti, manusia yang secara rohani terhubung ke Penciptanya, merasakan kebahagiaan dan rasa syukur.

Kedua, manusia harus merasa aman, aman dari perang, bencana alam, dan lain-lain ancaman. Stabil, dengan kata  lain. Kalau manusia merasa hidupnya AMAN, maka ia akan jauh lebih bahagia.

Sepakat yaaa?


Ketiga, penghormatan.
Nah ini agak rumit, karena pak Skidelsky menunjukkan bahwa formalitas dan hormat pada orang lain, walau ia musuh sekalipun. Walau kita tak setuju dengan pendapatnya. Dengan kata lain, saling menghargai pendapat masing-masing.

3. Bagaimana Cara Menjalankan Hidup Yang Lebih Baik?

  • Hidup selaras dengan alam!
Manusia yang semakin dekat dan menghargai alam, sebenarnya sedang menghargai dan  "bekerjasama" dengan dirinya sendiri juga loh. Contohnya buang sampah dengan cara memilahnya menjadi re-use dan recycling.

Ujungnya, kalau sampah tidak berserakan, tidak menggunung, aliran sungai lancar, tidak banjir di mana-mana, siapa yang happy? Kamu juga kan?
  • Bersahabat!
Yes, punya sahabat yang sehati, sepemikiran, itu membuat hidup lebih bermakna, karena manusia butuh berkomunikasi dengan orang  yang sepemikiran dengan dirinya.

Aku tu orang yang suka bersahabat, bahkan musuhku aja, kuajak berteman kembali. Ada yang bilang, aku ga punya "harga diri" tapi kupikir, harga diri itu terjadi ketika aku justru memaafkan dan berdamai dengan orang yang menyakiti hatiku. 
  • Bebas berekspresi di komunitasnya!
Nah ini buatku juga penting. Ketika aku pernah dilanda dukacita mendalam, aku melarikan kesedihan itu dengan banyak berinteraksi di komunitas dimana aku terlibat. 

Ada beberapa orang yang membantuku pulih, justru dengan memberikan tanggung jawab agar aku mengajar. Ketika aku berbagi, aku merasa hidupku jadi jauh lebih bermakna dan aku belajar healing bersama waktu.

Ada yang kayak aku?

Intinya, kita baru bisa menjalani hidup yang bahagia ketika kita tahu rasanya cukup. Itulah kunci kehidupan yang sesungguhnya.

Wah, akibat baca buku, 
aku jadi banyak ngoceh nih.... 

So, kutanya sekali lagi....
How much is enough? Do you feel enough?



52 komentar

  1. FROM ALAIKA ABDULLAH


    Nitip komen

    At some point, I am enough. But then, muncul lagi godaan utk bilang nit enough yet. Hehe.

    But, agreed with you, Ci. Hidup afalah pilihan, dan adalah kita yg harus memilih jawabannya. I choose to be happy, by saying to myself that I am enough.

    Sepakat dengan tulisan panjang nan inspiratif ini. Awesome deh! Thank you for sharing, Ci.

    BalasHapus
  2. Ngoceh berfaedah ga apa2 kalee...bisa juga sih mengartikan cukup dgn banyak memberi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. NGOCEH demi diri sendiri sih ini mbake
      bener bisa berarti lagi hidup ini yaaaa

      Hapus
  3. Seiring waktu kerja keras dan cerdas akan terekstrak juga dengan faktor usia, produktifitas perlu dijaga agar ada keseimbangan

    BalasHapus
  4. Sepertinya kita ga menunggu lama sampai tahun 2030 deh hihihihi :) Zaman serba digital kayak sekarang aja kkta sudah merasakan bekerja dari rumah dll, ga diburu2 waktu yang penting pekerjaan selesai dan tercapai dengan baik. Memang urusan fulus ga akan pernah cukup. Apalagi kalau gaya hidup bak jetset ya. Ngikutin tetangga sebalah yang kelihatan lebih hijau. Yang penting di usai yang lebih matang kita bisa lebih produktif seimbang jiwa dan raga aamiin :) TFS mak Tanti :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maksudnya beliau tuh semua akan merasakan di tahun 2030 KITA SEMUA akan bekerja 3 JAM SEHARI gitu
      nah ternyata itu TIDAK AKAN PERNAH TERJADI ya

      Hapus
  5. kuncinya memang di mindset kita ya dengan mensyukuri apa yang kita punya dan juga bersyukur untuk hal yang gak kita punya, jadi kita gak merasa terhimpit, karena berkecukupan dimulai dari pikiran kita dulu sih

    BalasHapus
  6. bagus tulisannya Mbak Tanti

    saya selalu ingat ucapan boss saya:

    Manusia punya penghasilan puluhan juta selalu merasa kurang

    tapi yang punya penghasilan sejuta kok bisa cukup?

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau dulu pernah Pangeran Shaleh -mantan bos suami- bilang, "Punya gaji 100 ribu ringgit cukup, sekarang punya gaji 200 ribu ringgit pun tak cukup,"

      Hapus
  7. Kalau saya dari dulu prinsip hidup sih berkata cukup! Asalkan sudah ada uang untuk makan dan beli pakaian sesekali, serta punya rumah, nggak perlu terlalu kerja keras lagi.

    BalasHapus
  8. Semenjak menghadapi quarter life's crisis aku jadi bnayak banget bersyukur dengan keadaan yang aku punya. jadinya gak selalu lihat ke atas atau ke bawah. lihat aja lurus ke depan, jalani hari-hari tanpa ekspektasi yang terlalu tinggi supaya hidup tanpa beban

    BalasHapus
  9. Kalau kita menyadari, pasti paham apa yang diberikan-NYA adalah cukup untuk memenuhinya. Semoga kita selalu menjadi orang² yang bersyukur

    BalasHapus
  10. Cukup, dan takarannya untuk tiap orang memang beda-beda. Bagiku tinggal di kontrakan dengan anak-anak sehat sudah cukup, tapi orang-orang sekitar (teman, saudara) memprovokatori untuk beli rumah. Padahal aku nggak punya cukup uang, terus mereka bilang pinjam aja ke bank. Hello... emang situ mau bantu bayarin angsurannya.

    Faktor lingkungan kadang juga punya pengaruh yang besar untuk mempertinggi atau menurunkan level cukup ini mbak menurutku

    BalasHapus
  11. Membaca ulasan di atas sangat berisi sekali. Saya suka point tulisan bahwa berbakti kepada ayah ibu itu penting. Ibu menyapihnya dan merawat kita hingga besar. Duh jasa mereka harus kita bayar dengan kebaktian kita. Btw, soal tentang kerja menurut saya jangan terlalu ngoyo untuk duniawi, persiapan menuju akhirat juga penting, harus balance pastinya. Saya mah pengen hidup qonaah saja gpp. Hehe.

    BalasHapus
  12. Menurutku bersyukur lebih baik, iya kalau dipikir lagi kita gak cukup sama yang ada selalu saja ingin lebih dan ujungnya juga harus kerja ekstra. :)

    BalasHapus
  13. Manusia pada dasarnya dikasi sedikit bisa cukup tapi dikasi banyak seringnya kurang.
    Jadi ya memang dari diri sendiri.
    kan kata Allah besyukur makan akan aku tambah nikmatmu...

    Sekarang punya badan sehaaaat aja udah Alhamdulillaah...

    BalasHapus
  14. Tulisan penuh inspirasi dan sangat mencerahkan! Cukup yang CUKUP itu tak pernah cukup bila tak pernah memilih rasa cukup. Nah, bingung sendiri kan saya kebanyakan pakai kata cukup :))

    Auto ngakak baca Bapack-bapack tetangga di seberang rumah ingin sekali punya beberapa istri haha. Itulah ya, di situ pun tak memilih rasa cukup :D

    Saya belum ahli dalam memanage rasa cukup mbak, tapi seiring usia, dan semakin ke sini, sudah bisa mempraktekkan rasa syukur yang sebenarnya. Menjalani hidup dengan gembira, menjaga kesehatan, dan terus memperbaiki diri dalam hal ketakwaan dan ketaatan pada Allah, itu yang tak pernah cukup.

    BalasHapus
  15. ya ampun mba Tanti, tulisan ini jleb banget. InsyaAllah dengan merasa CUKUP, semoga Allah cukupkan yang memang kita butuhkan. Bukan yang sekadar diinginkan. Di masa pandemi kayak gini, SEHAT adalah sesuatu yang membahagiakan, karena dengannya kita bisa mengerjakan pekerjaan. Bahagia bersama keluarga di rumah, bahagia memasak di dapur, dan lainnya. Makasih atas tulisannya ini ya mba :)

    BalasHapus
  16. Sebenarnya kembali ke diri kita yah kak, apakah kita udah bersyukur dengan apa yang sudah kita miliki. Kata cukup bagiku juga yah InsyaAlloh yah cukup hehehe.. semoga selalu di cukup kan semuanya aamiin

    BalasHapus
  17. Bicara soal kata CUKUP ini memang gak pernah ada hentinya. Karena sudut pandang, kebutuhan, keinginan, bahkan mimpi setiap orang berbeda-beda. Bahkan meskipun 2 keluarga dengan kondisi yang sama aja, punya asumsi yang berbeda atas kata CUKUP.

    Buat saya, seiring dengan bertambahnya usia, makna CUKUP pun mulai terbentuk dan lebih jelas. Bagi saya saat ini, memiliki keluarga yang sehat, bisa sekolah dan bekerja dengan baik, bisa makan dan berbahagia adalah CUKUP yang ingin saya rasakan. Tentu saja diiringi dengan doa bahwa apapun yang terjadi atas saya dan keluarga adalah yang terbaik yang terjadi atas ijin Allah SWT.

    BalasHapus
  18. Bagi saya sebuah berkah jika hati saya bisa mengatakan 'cukup' atas semua nikmati yang diberikan Allah pada saya. Manusia itu lahir dengan nafsu. Dia yang tidak bisa mengendalikan diri akan terus merasa berkekurangan dan ingin memiliki lebih banyak lagi. Akhirnya hidupnya tak pernah merasa puas.

    BalasHapus
  19. Rasa aman itu perlu banget dan bikin bahagia deh jadi kalau negara aman masyarakat juga nyaman, kalau negara perang itu sedih banget ya

    BalasHapus
  20. Kata cukup itu, bagi sebagian orang dibuat relatif. Variabelnya berbeda-beda.Padahal ketika kita lekatkan ke hati, "cukup" gak macam-macam. Intinya puas dan menikmati hidup ini dengan hati selalu berterima kasih. Peka pada mukjizat2 kecil, menjaga relasi dan bersahabat dengan alam. Kalau dipraktekan dari lubuk hati yang paling dalam, "cukup" berubah jadi "surga" :)

    BalasHapus
  21. Merasa cukup adalah kekayaan. Jika kita merasa cukup terhadap apa yang kita miliki maka kita sudah kaya. Sederhananya, jika kita tidak menginginkan beragam keinginan maka kita sudah kaya. Hal itu membebaskan kita dari penderitaan yang diakibatkan oleh keinginankeinginan yang tidak berkesudahan

    BalasHapus
  22. Sukaaaa banget sama artikelnya Teteh.

    Bikin aku baca bolak-balik. Iya ya Teh, mungkin dulu Mbah Keynes menilai dari sudut pandang di masanya, tapi ternyata tetap saja bertahun kemudian, jam kerja manusia sekarang malah makin panjang.

    Duh ngebayangin kerjanya ala 996 aku nggak sanggup. Dulu aja udah ngerasain 855 + 811 udah berasa hidup nggak seimbang. Masuk hari sabtunya yang setengah hari itu lho.

    Lalu kemudian, pernah merasa "nggak cukup". Sekarang banyakan cari penghidupan di rumah, sejak waktu jadi berasa seimbang (walaupun kadang santainya kebanyakan) serasa alhamdulillah.

    BalasHapus
  23. Arti kata cukup bagi masing-masing orang pastinya berbeda, ya. Cukup bagi si A belum tentu cukup bagi si B. Saya sendiri lebih memilih untuk lebih banyak bersyukur, dengan begitu bisa jadi lebih ikhlas dan bahagia

    BalasHapus
  24. pas lihat saldo, aku auto mau minta jajanin loh mak Tanti. Tapi memang kadang manusia itu merasa dirinya selalu kurang dan merasa tidak bahagia tapi dia tidak berusaha melihat sekelilingnya. Kalau aku sendiri alhamdulillah merasa cukup dan bahagia sekarang ini.

    BalasHapus
  25. Saya awalnya pedagang baju kak, mengejar uang bisa dibilang ya harus. Memutar uang modal buat kembali belanja lagi 1 bulan selanjutnya. Tapi pandemi membolak-balikan keyakinan itu Dan memaksa Untuk bersabar hingga akhirnya Ketika fokus ngeblog Saya malah Ada di fase kata cukup, hihihi bersyukur banget rasanya bisa sabar Dan mensyukuri hidup, terasa banget ritme hidup jadi tenang

    BalasHapus
  26. Duh, jleb jleb deh MakNeng. Aku nih sering ngerasa gak cukup. Tapi Alhamdulillah, sekarang udah mulai bisa mencapai pemahaman bahwa hidup itu yang penting cukup. Paling ya, masih berjuang nyicil kredit nih. Mungkin abis lunas kredit, akan terasa cukup ya. Hadeuh... ada aja ya alasannya. :D

    BalasHapus
  27. Neeeng ini tuh tulisan serius, membuat refleksi diri tapi aku ketawa di antara ilustrasi foto-fotomu. Bawa tas gede, kacamata hitam untuk kamuflase. LOL

    Alhamdulillah dengan keadaan yang PAS. Pas butuh beli makan, ada uangnya. Pas kangen orang tua, bisa beli tiket mudik. Pas ngantuk, bisa tidur nyenyak.

    BalasHapus
  28. Di bagian sering dapat paket, tetangga sebelah rumah persis pernah kepo, kok sering dapat paket, belanja online melulu ya. Terus katanya sosmedku pamer barang juga. Astagaaah..langsung kubilang kalau yang ada di sosmed itu lagi kerja, barang brand, cerita deh soal jadi blogger dll.
    Ternyata saya yang kepo sama dia sering banget pergi-pergi..eh dianya penasaran sama saya juga.
    Memang kadang melihat rumput tetangga yang lebih hijau bikin kita merasa enggak cukup ya..
    Duh, senang baca artikel perihal how much is enough ini. Reminder bagi saya, Mbak Tanti:)

    BalasHapus
  29. Ah iya, emang paling enak itu orang yang merasa hidupnya cukup
    Pasti bisa jalani hari hari dengan bahagia
    Makanya aku klo berdoa selalu minta diberi hidup yang cukup sama Allah

    BalasHapus
  30. Terima kasih remindernya mak Tanti, memang ya yang namanya manusia itu selalu ingin lebih dan lebih apalagi yg berhubungan dengan materi. Kalau menurutku pribadi selama itu memotivasi utk selalu kerja keras dgn jalan halal msh gpp. Tp memang ada kalanya kudu direm, jgn sampai pemasukan naik dikit gayanya udah melangit jauh hehe
    Kudu pinter2 merasa cukup dan bersyukur yaa dgn rezeki masing2 TFS

    BalasHapus
  31. Kalau ngomongin keinginan, pasti deh hidup itu nggak pernah cukup, tapi kalau bersyukur ya hidup udah cukup. Tapi kalau udah merasakan cukup, kadang membuat kita berhenti di zona nyaman. Aku sendiri, kadang sudah merasa cukup sama hidup tapi ya kadang enggak cukup sebagai motivasi untuk kehidupan yang lebih baik lagi.

    BalasHapus
  32. Suka deh baca postingan ini. Semacam self reminder juga agar lebih memikirkan kembali tujuan hidup itu apa. Cukup adalah Kata yang bisa membuat merasa bersyukur dan mengurangi sikap mengeluh.

    BalasHapus
  33. Kalau nurutin keinginan memang gak akan ada habisnya. Sekarang pun kalau doa ya mintanya dicukupkan. Pokoknya cukup aja. Nanti kalau kebanyakan bingung cara habisinnya gimana. Gabut malah jadi Squid Game, hahaha

    BalasHapus
  34. bener banget Mak Neng, semakin tua semakin paham apa itu makna dari CUKUP. makanya Allah kan selalu bilang, Allah cukupkan, karena Allah Maha Mengetahui, setiap manusia yang berakal punya standar kebahagiaannya masing-masing sesuai persepsinya.

    BalasHapus
  35. Ya Allah Tanteee, baca postiingannya aku merasa jleb tertohok malem-malem. Jujur bikin merenung. Terutama karena sekarang di posisi anak-anak masih kecil, riweuh, perlu banyak uang terutama untuk kesehatan dan pendidikan mereka.
    Kalau melihat kondisi keluarga semua dalam keadaan sehat, anak-anak ceria, aku ngerasa fulfilled. I'm blessed, good enough. Tapi yaa namanya manusia ya Tan, kadang muncul deeeh keinginan ini itu banyak sekali yang bikin pengen panggil doraemon ajah, hihi.

    Anyway, makasih banget remindernya ya Tan. Semoga kita bisa menjadi hamba yang qanaah dan merasa cukup. Amin!

    BalasHapus
  36. aku...aku umur 40 lagi mikir apa yang aku cari diusia segini, enough or not enough...satu sisi ngerasa lelah sisi lain lihat anak-anak rasanya ingin berjuang terus kasih yang terbaik

    BalasHapus
  37. Cukup bagi setiap orang pasti berbeda-beda ya. Yang penting bisa bersyukur dulu dengan apa yang kita terima. Itu dulu kalau saya. Karena semua sudah pasti ada takarannya. Sehingga kalaupun masih dalam taraf harus berjuang tetap dilakukan dengan hati lapang dan senang..

    BalasHapus
  38. Mak Tantiii aku jaid merefleksikan diriku sendiri,,, mulai dari jam kerja dan tentang perjuangannya. Emang 9 to 9 keknya aku banget bahkan bisa lanjut lagi sampe jam 12 karena kan siangnya ada kericuhan anak-anak. Kemarin sempet tobat karena sakit tipes kan sampe sbulan jadinya kapok tapi dari bulan lalu kumat lagi kebiasaan kerja melulu. Thank you ngingetin,,, aku emang butuh jalan-jalan terutama yang alam-alam tapi masih begini dan ga punya kendaraan sendiri jadi belum berani.

    BalasHapus
  39. Sejak masuk usia 40an, ekspektasiku terhadap apapun sudah jauh menurun mba. Kayaknya apa-apa udah alhamdulillah ajaa... Ada yang bilang itu kurang bagus juga karena jadi kayak ga punya target. Tapi kan target tiap orang tidak sekadar 'mengejar' sesuatu kan yaa.. Ketika merasa sudah punya yang dibutuhkan, ga perlu kayak orang lain juga. :)

    BalasHapus
  40. Alhamdulillah mak cukup.. dicukupkan Allah. Ya meskipun kadang pengin juga ini itu di luar budget. Wkwk

    BalasHapus
  41. Aduh, pertanyaan yang berat dan jawabannya lebih berat ya. Aku msh merenung soal ini.. tapi kadang ya let it flow, ya sudahlah tp kadang pengen ini itu.. masih labil..

    BalasHapus
  42. Alhamdulillah cukup aku mba, mau beli rumah cukup, anak kuliah cukup, dll dan dsb. Pun kadang manusia lupa, cukup itu selalu diartinya yg tergenggam. Padahal dibanding yang tidak terlihat lebih besar lagi. Bersyukur aja...karena pas kita butuh pasti Allah cukupkan. Beres

    BalasHapus
  43. wkwkwk halu sibuk shopping. kalo saya emang gak begitu demen belanja, demennya isi perut. jd kalo dibilang apa udah cukup? cukup2 aja sebab udah bs beli apa yg pengen saya makan, meski sebulan sekali aja makan mewahnya, hihihi. bersyukur sajalah

    BalasHapus
  44. Hidupku sudah cukup bahagia, bahagia karena adanya buah hati. Membuatku makin hidup. Hidup dengan keadaan apapun akan menjadi cukup kalau selalu bersyukur

    BalasHapus
  45. Betul sekali mba, yang namanya manusia tuh gak akan pernah merasa cukup, apalagi kalo udah liat rumput tetangga, plus sosmed, duh kdg suka bikin insecure ya, tapi belajar sih untuk berdamai dengan diri sendiri, apresiasi pencapaian diri sendiri, gak semua harus diukur dengan materi

    BalasHapus
  46. Sejak mengalami naik turunnya hidup, termasuk pendapatan, aku jadi banyak berpikir mengenai hal-hal yang harus dipikirkan dan mana yang tidak harus terlalu dipikirkan. Seperti ketika rejeki ini ada dan tiada. Allah minta supaya hambaNya jangan berputus asa terhadap rejeki Allah, tapi juga bukan itu fokus utamanya, bukan melulu masalah uang. Tapi juga letak kepuasan.

    Seneng banget baca tulisan kak Tanti.
    Memang seringkali manusia menjadi bijak dan berbagi kebaikan melalui membaca dan menuliskannya seperti ini.

    Barakallahu fiik, kak Tanti.

    BalasHapus
  47. Pembukaan tulisan yang menarik. Semakin kebawah asik buat di simak,apalagi saat muncul kumpulan kata " how much is enough" menjadikan kita berpiir oh iya ya .dst. Apalagi melihat materi yang kaya di tulisan ini sampai ada hadits yang diangkat. Bikin diri makin termotivasi buat merasa cukup dengan bersyukur

    BalasHapus
  48. Memang sudah sifat manusia sepertinya untuk selalu merasa tidak cukup. Makanya di Islam diajarkan untuk banyak-banyak bersyukur atas apa yang dimiliki. Tulisan kak Tanti selalu menarik untuk dibaca, terima kasih juga untuk tulisannya biar jadi reminder untuk aku pribadi.

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)