PENTING NIH UNTUK CAPTION INSTAGRAMMU : FOOD STORY TELLING


“When we arrived, the sun was setting, like a mango sorbet dripping over the horizon; the platinum rolls of the Mediterranean produced the soothing sound of waves thudding the cliff rocks below us.”

Saat kami tiba, matahari terbenam, seperti sorbet mangga yang menetes di cakrawala; gulungan platinum Mediterania menghasilkan suara ombak yang menenangkan yang menghantam bebatuan tebing di bawah kami. - Richard Morais at Hundred Foot of Journey-
Temans boleh sambil dengerin musik loh, kalau baca tulisan ini...




Makanan tidak hanya mampu bercerita lewat elemen visual, namun melalui sebuah tulisan, cerita dan citarasa dapat lebih tergambarkan. 

Sejak memutuskan  menjadi blogger, aku baru tahu bahwa selain sekedar menulis, aku juga harus bisa bercerita melalui foto, dan terakhir aku harus bisa membuat caption yang story telling!

Nah, aku juga akhirnya tahu dan mengenal Ade Putri Paramadita, seorang Pendongeng Makanan, yang mengajak kita bertualang di dunia makanan, bercerita tentang makanan itu sendiri, tentang asal usul serta rasa - aroma - tekstur si makanan.

Kali ini, walau agak basi kelamaan, aku mau berbagi tentang tips dan trik Kak Ade ini. Bagaimana ia menceritakan makanan yang dicicipi dengan kata-kata seperti para pendongeng...  check this out!

Mula-mula, apa sih yang akan dipelajari?

  • Tujuan Pembelajaran
Peserta dapat menceritakan makanan melalui tulisan
  • Materi yang dipelajari
- Peserta mampu menceritakan rasa makanan
- Peserta mampu mendeskripsikan tekstur, bahan, bumbu hingga cerita atau tradisi di balik makanan

Nah jadi, Ade Putri Paramadita yang di instagramnya sebagai @misshotrodqueen pernah shooting bersama Chef Gordon Ramsay, chef ternama dan juri Masterchef. 

Dari banyak pengalaman luar biasa ini, Ade Putri mengajak kita mengenal bahan, memahami proses pengolahan, dan memahami bagaimana mentransformasikan aroma yang terhirup serta cita rasa yang terdeteksi lidah dalam bentuk tulisan!

Picture courtesy : Merten van Heuxel
Dengan adanya tulisan yang baik tentang makanan, pembaca jadi berimajinasi tentang rasa, aroma serta tekstur berdasarkan apa yang dibacanya. Lantas, diharapkan pembaca jadi memiliki minat untuk mencobanya. Sehingga resep, termasuk budaya dan sejarahnya, akan terus berkelanjutan dan tidak punah.

Siapa sih, kak Ade misshotrodqueen ini?


Aku tahu pertama kali Ade yang ahzeeeg ini adalah di film bertema kuliner terkenal karangan mbak Laksmi Pamuntjak. 

Ade adalah pembawa acara Akarasa, serial web VICE Indonesia. Seorang penulis makanan, penata makanan, konsultan F&B, pemilik beberapa kedai dan Co-founder Beergembira, Ade juga bagian dari Aku Cinta Makanan Indonesia yang mempromosikan pelestarian makanan tradisional Indonesia. 

Ade yang lahir tahun 1979 ini, adalah juri untuk Aqua Reflection's Jakarta's Best Eats, dan Iron Chef Indonesia.

Memulai karirnya di Female Radio, Ade mulai membagikan konten tentang makanan saat siaran. Kemudian dia pindah ke Trax Magazine, sebuah majalah musik yang kini telah almarhum. Di print magazine tersebut, Ade tetap konsisten menulis tentang makanan. Buat dirinya, makanan menjadi passion yang mendarah daging.
"Buat gue sendiri makanan adalah passion gue, sementara musik adalah pekerjaan gue!"

Saat ini, Ade adalah host untuk program Cerita Sebuah Rasa di Youtube Channel Grab Indonesia.
Buat Ade, Tulisan makanan bukan hanya tentang makanan itu sendiri. Namun juga mengenai bahan-bahannya, proses pengolahannya, hingga penyajiannya.

Selain itu, penambahan aspek-aspek lain seperti;
  • sejarah di balik budaya makanan tersebut, 
  • fakta atau cerita menarik tentang makanan yang sedang ditulis, 
  • minat masyarakat pada makanan itu, 
  • suasana tempat makan, harga makanan, hingga cara terbaik menikmati makanan yang kita pesan!

Nah, secara singkatnya, ada 3 cara yang bisa kita lakukan untuk menggali cerita di balik santapan. Yaitu riset, wawancara, dan observasi.

Riset

Riset terlebih dahulu, adalah poin penting banget. Dengan riset, tulisan bisa jadi  dalam dan bernilai. Riset juga membantu menambah konteks pada tulisan agar tidak hanya bergelut dengan obyek makanan. Hal ini membuat tulisan menjadi lebih kaya dan hidup.

Contoh tulisan hasil riset (dalam buku Aruna dan Lidahnya)

“Nasi Tempong yang namanya membuat penasaran itu, dalam versi rumah makan, adalah nasi yang disajikan dengan tahu, tempe, ayam goreng, ikan jambal goreng tepung, lalap, daun kemangi, dan sambal terasi yang pedas.”

(Pamuntjak, 2014: 395)

Cara risetnya : telusuri sumber terpercaya di internet, membaca literatur seperti jurnal, atau bertanya langsung pada ahlinya.

Wawancara


Informasi saat wawancara itu, sangat berguna untuk menambah konteks pada tulisan makanan. 

Uniknya, saat wawancara itu malah ada banyak data valid yang tak bisa kita dapatkan melalui internet, buku, atau ahli kuliner sekalipun.


Triknya gimana?
Cairkan suasana dengan into the narsum - boso Endonesanya kira-kira, mendekat gitu kali yah, dan bertanya selaiknya mengobrol seperti biasa. Penting nih, karena jarang kan, narasumber bisa bercerita dengan nyaman, lepas, dan terbuka?

Oh ya, jujur yaa kalo mau mengutip pernyataan narasumber, kasih tau aja apa adanya! Kadang malah ditambahin informasinya, gitu kata Kak Ade!

Observasi



Menulis tentang makanan berarti mentransfer apa yang kita rasakan secara detail kepada pembaca. Makanya, perlu melakukan observasi agar tulisan berbobot. 

Contoh observasinya gimana? 
Observasi tidak hanya pada apa yang terlihat oleh mata. Contohnya, ‘mengapa rasa beberapa masakan Aceh seperti masakan India?’, atau ‘mengapa bihun goreng mirip Japchae dari Korea Selatan?’

Contoh hasil observasi di tulisan Aruna dan Lidahnya

Aruna dan teman-temannya mencoba menu kari bihun, salah satu variasi makanan multikultural, saat berada di Medan. 

Makanan itu memang hanya bihun dengan kari, namun rasanya mampu membuat Aruna dan teman-temannya takjub. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut. 

“Dan pada saat itulah, selagi kubiarkan helai-helai bihun maha lembut menggeluti lidahku—helai-helai bihun yang telah menyerap harum kari tanpa membiarkan dirinya tunduk pada kekuatan kuah—aku melihat mata Nadezhda berkaca-kaca.”

(Pamuntjak, 2014: 223-224) 

Atau, kita simak tulisan sang mastah, @misshotrodqueen herself..

Dibuka dengan roti yang disajikan dengan tiga olesan (tepatnya cocolan mungkin ya?). 

Ketiganya memiliki tekstur serupa namun dengan cita rasa berbeda: gurih, asin pedas, dan gurih masam. Lantas tentakel gurita panggang nan smokey ini dimasak pula dengan sempurna. Empuk dengan kekenyalan yang tak melawan dan asin gurih ringan, harmonis dengan sayur dan biji-bijian yang menemani. 

Lantas leher babi -yang dipanggang begitu saja dengan taburan bubuk paprika serta irisan bawang bombay nan masif, juga penuh pesona. Juicy, dan begitu adiktif. Malam pertama langsung dibuka dengan santap malam yang tak hanya membuat perut kenyang, namun pula menciptakan senyum tersungging. ευχαριστώ!
dari instagram @misshotrodqueen

Jangan Melakukan yang Mayoritas Orang Lakukan!

Apa itu?

Kebiasaan saya saat ingin membuat konten makanan adalah : ambil foto makanannya dan saat menuliskannya hanya fokus pada rasa dan tekstur seperti nasinya pulen, kuahnya gurih, dan lain sebagainya. 

Boleh siiih tapiiii.... 
jadinya cerita soal makanan tidak terlalu dalam dan hanya penggambaran umum saja.

Bisa kasih contoh lain gak, kak?


"menu complete itu dimulai dengan salade frisee dan mustard vinaigrette, diikuti frites dan daging bistik kecil dengan Cafe d Paris - berupa gumpalan lezat mentega herba dan bawang putih- di atasnya. 

Itu diakhiri dengan creme brulee yang berkilau mengkilap, basah dan bergoyang-goyang. Puding karamel manis yang meleleh di lidah itu melebur untuk selamanya di dalam ingatanku..."

- Richard Morais dalam buku Hundred Foot of Journey - 

Tips dari Ade Tentang Hal-hal yang Biasa Ditulis pada Konten Makanan

Kalau nulis makanan hal apa saja sih yang bisa dituliskan? Beberapa komponennya, yakni rasa, bahan, aroma, tekstur, tampilan, porsi, lokasi, dan harga. 

Tapi kita juga bisa melengkapinya dengan budaya, sejarah, minat, atau anggapan orang. Jika kita membahas soal budaya sebuah makanan tidak melulu makanan tradisional, tapi bisa juga makanan yang sedang tren. 

Mau contoh lagi? Jika nulis tentang boba, misalnya. 

Boba yang terbuat dari  bola tapioka yang kenyal ini, biasanya diolah dengan gula merah atau brown sugar agar terasa manis dan berwarna hitam. Boba, juga disebut bola "mutiara" disajikan di dalam teh dan  tambahan susu (jurnal penelitian tentang Thai Tea dan Boba)*

Note
sumber : https://eprints.umm.ac.id/82940/3/BAB%20II.pdf

Lunak, empuk atau lembek?

Salah satu hal yang paling challenging ketika menyampaikan soal rasa makanan adalah mendeskripsikan rasa yang memiliki makna hampir mirip. Ade mencontohkan tekstur makanan lunak, empuk, dan lembek. Ketiganya sering dianggap sama padahal berbeda persepsi.

Kalau lunak dan empuk itu adalah tekstur yang mudah dikunyah dan dicerna, jadi maknanya hampir sama. Sementara lembek itu merupakan persepsi sebuah tekstur yang kelewatan atau sesuatu yang tidak nikmat. Namun kalau berbicara soal bubur, yang dikatakan nikmat yang memiliki tekstur lembek.

Perlu juga menceritakan soal rasa yang tidak umum agar orang lain bisa paham. Misalnya, masir. Masir sendiri adalah adanya tekstur pasir di lidah yang bisa kita rasakan kalau mengonsumsi telur asin.

Saat ingin menceritakan makanan baiknya gunakan kalimat yang mengundang agar seseorang bisa membayangkan makanan apa yang kita sedang ceritakan. Perlu juga membandingkan antara makanan yang satu dengan makanan yang lain yang hampir mirip. Misalnya, aroma sop buntut dan sop iga biasa.

Saat mencontohkan perbandingan makanan ini, tak jarang Ade juga meminta pendengar mencicipi rasa dan aroma dari lemon cui dan jeruk nipis. Kalau rasa dari lemon cui sangat asam tapi aromanya tidak terlalu mencolok. Sementara jeruk nipis tidak terlalu asam tapi wanginya cukup kuat. 

Begitu juga dengan rasa, aroma dan penggunaan dari cabe merah besar, cabe merah keriting, dan cabe rawit merah masing-masing memiliki perbedaan.

Ajak Teman saat Makan Agar Kita Bisa Diingatkan dan Menambah Isi untuk Konten yang Kita Buat

Saat kita sedang makan sesuatu khususnya makanan atau minuman yang baru saja kita cicipi sebaiknya ajak teman untuk mencobanya agar kita juga bisa tahu pendapat teman kita terhadap sajian tersebut. Memang kita bisa mencari tahu aspek - aspek soal makanan yang kita ingin bahas di Google. Tapi di Google kita tidak bisa mendapatkan informasi yang konkret terkait aroma dan rasa.

Tips Tambahan

  • Menurutku, tips tambahan yang sebaiknya dilakukan jika ingin mendalami makanan sebagai konten - kunjungi pasar tradisionalnya untuk mengetahui bahan-bahan yang dipakai di lingkungan sekitar. Kalau misalnya kita tidak berbelanja di pasar tradisional, kita bisa hanya sekadar bertanya pada penjual pasar. 
  • Jika ingin menyebutkan harga itu tidak masalah dan jangan dibilang suatu makanan atau minuman itu mahal atau murah karena tolak ukur setiap orang berbeda
  • Untuk aroma sendiri bukan hanya menceritakan soal aroma makanan dan minuman saja tapi bisa juga dari pertama kali kita masuk tempat makan tersebut ternyata sudah bisa menimbulkan aroma tersendiri. Misalnya baru datang ke sebuah tempat makan, tapi kita sudah bisa mencium aroma terasi. Mungkin untuk sebagian orang, aroma terasi itu mengganggu, tapi buat sebagian orang lagi itu bisa menggugah selera makannya.

  • Porsi juga penting untuk diceritakan. Kalau harga makanan dengan harga Rp.30.000 itu sudah dapat apa saja, contohnya sudah dapat nasi, sate, sop, kerupuk, sambal, atau jika ada tambahan lain juga harus disampaikan.

  • Presentasi (Tampilan) lebih menjelaskan apa yang kita tampilkan di foto. Apakah tampilannya cantik atau tidak
  • Jika berbicara tekstur iga sapi misalnya, tidak hanya dagingnya tapi juga kuah. Kuah tidak hanya encer, tapi bisa juga pekat, kental, dan warnanya seperti apa. Kalau membicarakan tektur dan warna kuah pembaca akan membayangkan terbuat dari apa.
  • Satu lagi, jangan pernah menaruh tambahan apapun sebelum kita makan makanan tersebut. Contoh nih, kalau kita makan soto, jangan pernah tambahin apa-apa dulu kayak jeruk limau, sambal, atau kecap sebelum kita icip soto aslinya.

Proses Kreatif Teknik Penulisan 

Nah ini bagian yang tidak kalah penting. Gimana sih caranya proses menulis food storytelling?

1. Menentukan Topik dan Angle-nya

Topik adalah tema besar terkait tulisan yang ingin kita tulis. Cara menentukan angle adalah dengan membuat pertanyaan. Dengan membuat pertanyaan bisa menjadi panduan kita saat menulis. Setelah membuat pertanyaan kita bisa menentukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut kita harus bertanya pada siapa dan kemana.

Lalu saat ingin bertanya pada orang yang punya tempat makan atau restoran untuk menggali informasi lebih jauh, kita perlu pendekatan personal. Misalnya kita bisa memuji masakannya, dan ucapkan terima kasih dari situ kita bisa gali informasi lebih dalam lagi soal makanan tersebut.

Dikasih contoh, topiknya adalah ayam goreng. Gimana caranya kalau kita mau bahas ayam goreng di mana semua orang sudah pasti tahu dan pernah makan, tapi bisa dibuat jadi lebih menarik. 

Menurut Ade, kita bisa bahas dari sejarah munculnya ayam goreng, perkembangan olahan ayam goreng sendiri di mana sekarang sudah banyak varian ayam goreng mulai dari ayam goreng biasa, atau ayam goreng tepung seperti yang ada di restoran cepat saja, atau ayam goreng kremes, dan lain-lain.

Contoh lagi? Okeeeh!

Ayam Bacem! 

Ketika sedang di Kulonprogo, keesokan paginya aku menyempatkan blusukan ke Pasar Bantul ditemani Bu Paijem, asisten pemilik @kulatresna — tempat kami menginap. Selain bahan pangan, berbagai jajan dijajakan di pasar ini. Salah satu yang kubeli adalah ayam bacem seharga IDR 7K ini.

Bacemannya tak terlalu manis — sesuai benar dengan seleraku. Diolah juga dengan benar, hingga tekstur daging ayam yang tak terlalu tebal ini masih terjaga. Saat dibelah dua, ada uritannya. Dan begitu dikupas, ada telur puyuhnya pula dengan cangkang yang belum terlalu keras. Isi telurnya sendiri seperti halnya telur puyuh rebus — hanya saja membawa gurih manis dari bumbu bacem. Menarik.

Uritan ini, kalau di ayam, jadi kesukaanku. Makanya senang banget kalau makan nasi liwet di Solo. Biasanya pilihan uritannya lengkap, tak hanya telur muda saja. Bentuk bagian pembungkus telurnya sepintas mirip ampela, namun dengan tekstur antara kenyal namun juga lunak. Nah, mungkinkah uritan pada unggas lain juga membawa kenikmatannya sendiri? Ku rasa demikian.

2. Penulisan Konten di Instagram

Ada beberapa trik yang bisa dilakukan saat ingin menarik perhatian orang untuk melihat konten makanan di Instagram kita.
Kalimat pertama pada sebuah caption adalah kunci. Biasakan untuk membuat judul dengan jelas dan menggunakan huruf kapital semua agar mencuri perhatian pembaca.

Jika makanan yang dibahas tidak terlalu dikenal atau tidak semua orang tahu, kita bisa memulai dengan menuliskan kalimat pembuka, dengan menggunakan pertanyaan atau menyebutkan nama makanannya. 

Contoh yang diberikan Ade, "Ada yang sudah pernah makan ulat sagu kah?"

Tapi, ingat! Dalam membuat konten di Instagram, kita juga harus membuat foto yang baik dan menarik. Misalnya soal ulat sagu, tadi, cobalah tampilkan foto ulat yang sudah ditusuk sate! Kalau bentuknya uget-uget kayak cacing baru keluar dari pot bunga mamahmu.... ngggg....

Cara mendeskripsikan dengan detail 

Bagaimana caranya kita mendeskripsikan kata-kata yang sudah umum seperti pedas, gurih, dan lain-lain agar memiliki makna yang tidak biasa dan orang lain juga paham dengan rasa yang kita maksud?
Jika kita ingin menceritakan rasa pedas, kita harus jelaskan pedasnya seperti apa dan asalnya dari bahan apa. Pedasnya cabe rawit dan pedasnya lada itu memiliki rasa yang berbeda.

Kita juga bisa menjelaskan rasa dengan membandingkan. Misanya rasanya itu sepedas kayak kita makan makanan tertentu, misalnya mie samyang.

Ah, banyaak yaaa!

Terakhir deh ini, jadi kita yang adalah orang Indonesia asli, memang seharusnya menyampaikan kepada masyarakat luar soal kuliner Indonesia, karena kita yang punya akses cukup mudah untuk mencicipi makanan Indonesia, kita yang tahu kenapa makanannya seperti itu!

Selamat mencoba!

51 komentar

  1. Aaaah, as always, selalu bergizi!

    Aku baca pelan-pelan, dan kadang diulang-ulang, biar menghunjam dalam.

    Bagian menerangkan bihun itu, favoritku!

    "... dan pada saat itulah, selagi kubiarkan helai-helai bihun mahalembut menggeluti lidahku—helai-helai bihun yang telah menyerap harum kari tanpa membiarkan dirinya tunduk pada kekuatan kuah—aku melihat mata Nadezhda berkaca-kaca.”

    Outstanding!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rasanyaaa.. kayak bergelut dengan lidah sendiri ya kak, si helai demi helaian bihun tersebut!

      Aku juga nulisnya seneng ini, karena aku suka ulik caption-caption para foodies itu, keren!

      Hapus
  2. Soal kuliner lidah ini bisa menerima apa pun, tapi kalau udah makanan restoran kadang tercetus berbagai penilaian jadi berujung pilih-pilih yang cocok di lidah. Nah, biasanya kalau mau ke tempat makan pasti lihat dan dengar dari teman yang heboh bicarain kalau nemu kuliner enak. Terutama dari instagram, jadi penting caption yang menjelaskan sedikit kuliner kalau di instagram karena bakalan penting buat pembacanya, salah satunya aku.

    BalasHapus
  3. Wow menarik sekali ya bagaimana Ade ini bertutur tentang sebuah makanan. Caranya bercerita itu benar-benar mengajak pembaca untuk ikut merasakan apa yang dia rasakan.

    Rasanya tips bercerita seperti ini juga bisa diadopsi untuk tulisan lainnya, bukan hanya tentang kuliner.

    Sebuah tulisan yang mampu membuat pembaca hanyut dalam rangkaian kata demi kata yang dikemas apik dan mendalam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. aaah bener juga mas, riset - wawancara - observasi itu kan juga kata kunci sebuah tulisan!

      Hapus
  4. Baca artikel ini langsung teringat dengan drama-drama romance, drakor, dan khususnya drachin nih yang banyak angkat tema soal dunia masak memasak. Hihihi.

    Dari makanan saja selain koki sudah bisa menjadi ladang profesi bergengsi dan berkelas ya mba. Mba Ade ini aku juga baru tahu nih lihat fotonya yang jelas di blog Mba Tanti. Dan aku surprise ternyata dia yang bawa Chef Gordon Ramsay ke Padang? Wkwkwk. Aku nonton tuh videonya hell chef ini pas masak rendang.

    Ternyata doi eks-penyiar Female Radio, mantan jurnalis juga di Majalah Trax, nah ini aku tahu majalahnya dulu banget.

    BalasHapus
  5. Wow..kumplit! Terima kasih mba, menambah pengetahuanku dan mudah2an bisa kupraktekkan nanti. Terus terang saat ini aku seringkali kesulitan mendeskripsikan makanan, terutama karena kekurangtahuanku ttg bahan/bumbu2 hehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahhhaaa tos kita mbak, pengetahuan bumbu itu yang jadi koentji

      Hapus
  6. Waaaah, asyiknya...makasih Mak Tanti sudah diulas dengan apik diblognya. Benar banget, saya teringat dulu saat belajar foto makanan, angle harus diperhatikan dan butuh effort untuk menghasilkan karya foto makanan yang ciamik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillaah ya kalau udah membantu sudut pandang

      Hapus
  7. Saya yang kurang tahu cara mendeskripsikan sesuatu terutama rasa makanan, menjadi sangat terbantu setelah membaca artikel ini. Ternyata semua ada ilmunya yaa bahkan untuk mereview sebuah makanan agar menarik

    Makasih sudah menuliskan ini, Mba

    BalasHapus
  8. Aku kira menulis caption di instagram tentang makanan tuh ya asal tulis aja, tanpa mendeskripsikan secara detail makanannya selain dari rasa, varian, ataupun bentuk,. juga dengan dibumbui sejarah, dan lainnya
    Kaget lah sama chef Ade Putri Paramadita bisa shooting sama Chef Gordon Ramsay

    BalasHapus
    Balasan
    1. qiiqiqiiii langsung peres otak - gimanaaa yaaa cara b uat angle yang jauh lebih menarik

      Hapus
  9. luar biasa, suka banget dengan story tellingnya meski foto masakan namun jika dikemas dengan apik captionnya terasa sekali ya Mak Tanti, jadi pengen biasain nih untuk bikin caption yang oke

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haa haaaa haaaa .. ini sama persis dengan pas pertama bikin tulisan, ih caption aku kok flat >_<

      Hapus
  10. saya selalu suka nih sama penulis yang bisa memasukkan unsur kuliner dengan baik dalam tulisannya. jadi bukan cuma bilang enak tapi juga ada penjelasan lainnya. sayangnya untuk bisa kayak gitu perlu effort banget dan ketajaman lidah sih ya, mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selain lidah - juga indera pencecap lain ya mbak

      Hapus
  11. Menulis real description mengenai makanan ini awalnya aku kira selera masing-masing.
    Tapi begitu membaca tulisan dari pecinta kuliner yang kak Tanti bagikan, aku jadi tersadar bahwa ada banyak rasa yang bisa dideskripsikan namun hanya sedikit kata yang bisa benar-benar menggambarkannya. Sehingga yang perlu diperhatikan adalah penjelasan yang overclaimed atau lebai di awal. Jadi kek merusak cita rasa dan penggambaran berikutnya dari sang pembaca.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha aku banget itu Leeeen! Lebay!
      dari sini kubelajar bahwa deskripsi yang baik itu = yang mengajak orang lain "merasakan" apa yang kita lihat - tahu - cium sampe pegang

      Hapus
    2. Kalau seperti ini, kudu banget banyak nonton konten kuliner, banyak baca dan melihat bentukan fisik dari masaing-masing bahan makanan ya, kak Tanti..

      Aku jadi ingat kalau aku makan dan berusaha memberi pendapat, suamiku langsung nyolot.
      Hahhaa...gak terpercaya soalnya aku juga tipe lebaaiii, kak Tantiiii..

      Hapus
  12. Tambah ilmu! *yiaaay mamaciih loh mak Tanti. Sampai sekarang saya masih terus belajar menuliskan tentang makanan ini, tidak mudah! Karena mendeskripsikan yang kita rasa itu ternyata nggak semudah yang dibayangkan. Apalagi dari deskripsi tersebut bisa membuat orang berimajinasi apa yang kita makan. Artikel ini membantu bangeeet. Btw, saya juga follow mbak Ade dan suka dengan konten-kontennya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Macamaaa mbak Ran,
      dari sini jadi belajar juga aku tuuuu deskripsi yang baik itu = yang mengajak orang lain "merasakan" apa yang kita lihat - tahu - cium sampe pegang

      Hapus
  13. Masya Allah lengkap banget mbak... Makasih ya... Semoga ilmunya bisa saya parktikkan kalau lagi review makanan...

    BalasHapus
  14. Mbak Ade Putri Paramadita maksudnya ya mbak. Mbak Tanti nulisnya Paramita 😁🙏🏻

    Bulan Februari lalu untuk pertama kalinya aku ketemu langsung Mbak Ade Putri. Dan, aku ga nyangka profesional dibidang kuliner seperti Mbak Ade berkumpul dalam satu buku dengan teman-teman food blogger yang aku kenal baik.

    Tulisan ini bergizi sekali, layak untuk dibagikan di kanal digital komunitas food blogger :)
    Bermanfaat sekali.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaaakkkkss makasiiih mbak Rien aku edit yaaa .. hihihi makasih ya masukannya

      wadaw makasih ya mbak Rien. Kutersanjung!

      Hapus
  15. Wah aku save inih ah 😍 cerita tentang makanannya ngena banget mba. Aku nonton yg bareng eyang Gordon, ih sukaa. Tiap tulisannya tentang makanan kayak kita juga ikutan makan gitu ya. Seperti tersihir heheuu. Keren banget... makasih mba, bisa dicoba nih buat aku. Save saveeee ah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cihuuuy aku dapat apresiasi dari para pecinta kluliner

      MAKASIIIIH

      Hapus
  16. Tantangan yang menarik nih untuk menyampaikan penggambaran kita saat sedang makan suatu hidangan. Jadi ingat food blogger Dodon Jerry yang tulisannya menggunakan diksi berbeda dari blogger lainnya. Ternyata memang semenantang itu ya memilih diksi untuk menceritakan bagaimana rasa si makanan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aaaah iyaaa aku juga suka Dodon Jerry, Ria SW, suka Raditya Dika, suka Gofar Hilman.. ah banyak lah...

      ck ck ck .. mereka itu otaknya yaaa

      Hapus
  17. Aku akui bahwa membuat tulisan tentang food amatlah susah buatku. Karena harus mengerti juga tentang rasa dan istilah. Juga bahasa yang mudah dimengerti dalam mereview makanan. Aku sih bisanya makan aja 🤧

    BalasHapus
    Balasan
    1. tooos mbak .. itu sebabnya aku buat tulisan ini, karena se-challenging itu para "pendongeng kuliner" bekerja

      Hapus
  18. Wah artikelnya kudu dibintangi nih Makneng, aku baru belajar menulis ulasan makanan di blog Pejalan Santai dan masih apa adanya, berkat artikel ini jadi nambah wawasan sebaiknya menceritakan proses membuat, sejarah di baliknya dan keunikan makanannya..duh harus belajar lagi merangkai kata nih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. OMAYGAAAD!
      penulis terkenal loh dirimu iniiii Deew! makasih ya udah mampir dan komen

      Hapus
  19. kalau mau nulis apapun, peran riset emang penting sekali ya, mak. Biar tulisan lebih berbobot dan gak terasa 'kosong'.

    BalasHapus
  20. Wah daging banget ulasannya, karena aku sendiri masih susah menjabarkan sebuah rasa. Apalagi yang deskripsinya hampir mirip seperti, lembut, lembek, pilih mana yang tepat? Karena kalau kita bisa mengulas sebuah rasa, bisa juga bikin imajinasi pembacanya jadi ikut merasakan, bukan?

    BalasHapus
  21. Mbak Tantiii thank you for sharing! ini baik banget lohhh dirimu share ilmu daging gini. yg lucunya pas baca bagian sop buntut dan sop iga biasa, aku nelen ludah. baca jeruk cui dan jeruk nipis juga tiba2 kehirup aroma jeruk nipis >.< ajaib!
    hahaha.. mau aku bookmark aahh artikelnya. hehehe

    BalasHapus
  22. Bunda Tantiii....komplit sekali ulasannya, aku perlu belajar banyak tentang mendiskripsikan sesuatu hal terutama makanan.
    Pendiskripsian yg bener membuat pembaca terbawa suasana dan bisa menggambarkannya juga.

    BalasHapus
  23. menarik banget mak neng, aku langsung merasa disentil nih karena menulis caption untuk postingan food kurang menyentuh "taste" yg sebenarnya. Point penting di postingan ini aku note banget buat perbaikan kedepannya lagi

    BalasHapus
  24. Terkadang memang butuh caption yang bercerita
    Sebab dari situ orang bisa memberikan like bahkan komentar baik pada postingan
    Tidak sedikit juga kemudian orang menjadi follower dan menanti info terbaru dari feed yang kita punya

    BalasHapus
  25. Setuju deh mak Tanti, apalagi untuk yang sering review makanan ya. Selain harus menyajikan foto makan atau produknya dengan baik, agar terlihat menggiurkan, ada juga cerita yang menjadi daya tariknya.

    BalasHapus
  26. Aku juga pernnah bbrp kali mba dan enak banget denger suka sama gaya bicaranya dan mendetail banget

    Udah ciri khas Ade Putri seorang Pendongeng Makanan, yang bisa bngt mengajak kita bertualang di dunia makanan, bercerita tentang makanan itu sendiri, tentang asal usul serta rasa
    smp tekstur nya

    BalasHapus
  27. Keren banget nih, Mba Food story telling. Jujur aku tuh suka mentok kalau bikin postingan tentang kuliner mau di medsos atau blog. Merasa monoton dengan pembahasan yang itu-itu saja. Padahal asyik juga ya dibuat story telling. Langsung praktekkin nih.

    BalasHapus
  28. Wah, noted nih yaaa... Bikin story' telling tentang makanan buat aku tuh sulit, karena jujur aja ya tahunya enak aja. Sulit banget mendeskripsikan tentang makanan..huhuhu.

    BalasHapus
  29. Aku baru tahu menulis caption makanan pun harus mendalami dengan riset dan wawancara. Apalagi bisa menyajikan bahasa yang manis banget kayak gitu untuk menulis caption di instagram. Selama ini aku nulis asal aja hehe.. ternyata nggak bagus ya kayak gitu

    BalasHapus
  30. Omaa, contoh2nya membantu banget. Bener ya kalau ditulis dengan lebih detail dan angle nya sedikit berbeda jadi lebih menarik dan enak dibaca. Tips2nya juga oke banget. Yang paling penting bener sih, bawa temen supaya punya pandangan lain atau pengamat tambahan.

    Tfs omaa, lengkap banget pula ini tulisannya ❤️❤️

    BalasHapus
  31. Aku masih kesulitan saat mau cerita soal makanan di blog. Sempat cari-cari info tentang penulisan makanan di internet, beberapa di antaranya ternyata juga disampaikan oleh Ade Putri Paramadita berdasarkan ceritanya Mak Tanti di sini. Tapi masih banyak lagi yang belum kuterapkan. Salah satunya tentang sejarah makanan. Benar juga, ya, kalau kita mau mengulas makanan yang umum banget seperti ayam goreng, tentu harus punya informasi yang lebih kaya agar tulisan jadi menarik dan bikin pembaca penasaran kemudian ingin mencoba.

    Thank you tulisannya, ya, Mak. Berharga banget ini informasinya.

    BalasHapus
  32. Wah keren nih ilmunya. Aku sering kehabisan kata-kata deh kalo nulis blog atau bikin caption tentang review makanan. Save ah tulisannya. Makasih banyak MakNeng. 😍

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)