Apa Sebab Gaya Hidup Kita Bikin Capek Sendiri?
Waktu ngobrol dengan para WAGs (jiaah ngayal babu) eeh sesekali ada juga mendengar keluhan serupa. Capek terus, sibuk terus, tapi kok kayaknya nggak bahagia-bahagia amat. Nah, apa sebab kita bisa merasa begini?
Setelah aku baca-baca di beberapa situs (anaknya emang suka baca) dan merenungi dari pengalaman pribadi juga, jawabannya ternyata sederhana tapi dalam:
Karena gaya hidup kita sendiri yang sering kali nggak selaras dengan apa yang benar-benar penting dalam hidup.
Coba deh lihat sekitar. Kita mudah terbawa arus. Bangun tidur langsung buka HP. Lihat story orang, hidup kita jadi terasa kurang. Lalu buru-buru kerja, buru-buru ngurus rumah, buru-buru ngurus orang lain… tapi lupa ngurus diri sendiri.
Aku dulu juga begitu. Bangun pagi langsung mikirin to-do list. Merasa paling berguna kalau lagi sibuk. Sampai akhirnya, tubuh dan pikiran kasih sinyal: gampang marah, susah tidur, dan ngerasa nggak pernah cukup.
Aku mulai ubah sedikit-sedikit. Bangun tidur nggak langsung buka HP. Aku biasakan ngucap syukur, minum air putih hangat, lalu jalan kaki sebentar di halaman. Siang hari, aku atur waktu untuk kerja, tapi juga sediakan waktu untuk diam—nggak ngapa-ngapain.
Kupelajari bahwa gaya hidup sederhana bukan berarti miskin, tapi berarti sadar. Sadar mana yang kita butuh, dan mana yang hanya keinginan sesaat.
Aku juga mulai menerapkan gaya hidup minim distraksi.
Coba deh lihat sekitar. Kita mudah terbawa arus. Bangun tidur langsung buka HP. Lihat story orang, hidup kita jadi terasa kurang. Lalu buru-buru kerja, buru-buru ngurus rumah, buru-buru ngurus orang lain… tapi lupa ngurus diri sendiri.
Aku dulu juga begitu. Bangun pagi langsung mikirin to-do list. Merasa paling berguna kalau lagi sibuk. Sampai akhirnya, tubuh dan pikiran kasih sinyal: gampang marah, susah tidur, dan ngerasa nggak pernah cukup.
Akhirnya aku belajar pelan-pelan: gaya hidup yang bikin damai itu bukan soal punya barang banyak atau kelihatan sukses di mata orang, tapi soal selaras.
Aku mulai ubah sedikit-sedikit. Bangun tidur nggak langsung buka HP. Aku biasakan ngucap syukur, minum air putih hangat, lalu jalan kaki sebentar di halaman. Siang hari, aku atur waktu untuk kerja, tapi juga sediakan waktu untuk diam—nggak ngapa-ngapain.
Kupelajari bahwa gaya hidup sederhana bukan berarti miskin, tapi berarti sadar. Sadar mana yang kita butuh, dan mana yang hanya keinginan sesaat.
Aku juga mulai menerapkan gaya hidup minim distraksi.
Nggak semua berita harus dibaca, nggak semua gosip harus diikuti, dan nggak semua drama hidup orang lain perlu kita komentari. Waktu dan tenagaku terlalu mahal untuk dihabiskan buat hal-hal yang nggak penting.
Dan yang paling penting: aku belajar mencintai diriku yang sekarang.
Dan yang paling penting: aku belajar mencintai diriku yang sekarang.
Di usia 55 ini, aku nggak lagi ngoyo pengen terlihat hebat. Aku cuma ingin hidupku bermakna. Nulis blog, gambar-gambar lucu, ngobrol sama teman lama, itu semua cukup membuat hatiku hangat.
Kalau kamu merasa hidupmu mulai bikin lelah, mungkin bisa tanya pelan-pelan ke diri sendiri:
Kalau kamu merasa hidupmu mulai bikin lelah, mungkin bisa tanya pelan-pelan ke diri sendiri:
“Apa sebab aku menjalani gaya hidup ini? Apakah ini sungguh keinginanku? Atau hanya ikut arus tanpa sadar?”
Karena saat kita mulai bertanya, kita mulai sadar. Dan saat sadar, kita bisa mulai memilih ulang. Pelan-pelan, dengan lembut.
Nggak perlu lompatan besar. Cukup satu langkah kecil: tidur lebih awal, makan lebih pelan, minum lebih banyak air, kurangi scroll medsos sebelum tidur. Semua itu, kalau dilakukan dengan niat yang tulus, bisa jadi awal dari gaya hidup yang lebih waras.
Jadi hari ini, aku ngajak kamu—iya, kamu yang baca ini—untuk kasih waktu lima menit aja. Duduk tenang. Tutup mata. Lalu tanya ke diri sendiri: “Gaya hidup yang aku jalani sekarang, membahagiakan aku nggak?”
Kalau jawabannya “nggak”, itu bukan akhir. Itu justru awal. Dan kamu punya kendali penuh untuk mengubahnya. Pelan-pelan, tapi pasti.
Salam hangat,
Tanti Amelia
Karena saat kita mulai bertanya, kita mulai sadar. Dan saat sadar, kita bisa mulai memilih ulang. Pelan-pelan, dengan lembut.
Nggak perlu lompatan besar. Cukup satu langkah kecil: tidur lebih awal, makan lebih pelan, minum lebih banyak air, kurangi scroll medsos sebelum tidur. Semua itu, kalau dilakukan dengan niat yang tulus, bisa jadi awal dari gaya hidup yang lebih waras.
Jadi hari ini, aku ngajak kamu—iya, kamu yang baca ini—untuk kasih waktu lima menit aja. Duduk tenang. Tutup mata. Lalu tanya ke diri sendiri: “Gaya hidup yang aku jalani sekarang, membahagiakan aku nggak?”
Kalau jawabannya “nggak”, itu bukan akhir. Itu justru awal. Dan kamu punya kendali penuh untuk mengubahnya. Pelan-pelan, tapi pasti.
Salam hangat,
Tanti Amelia
Komentar
Posting Komentar
TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)