Ketika Influencer Nggak Lagi Relatable, Bikin Kita Jadi ...



Halo, Teman-teman! Apa kabar? Semoga selalu dalam keadaan sehat dan bahagia, ya.

Ngomongin soal media sosial, rasanya hidup kita nggak bisa lepas dari yang namanya influencer. Iya, sosok-sosok yang sering muncul di feed Instagram atau TikTok kita. Dulu, kita ngerasa dekat banget sama mereka. Mereka kayak teman yang berbagi cerita, tips, dan review yang jujur. Rasanya kok ya, vibes-nya itu personal banget.

Tapi, pernah nggak sih kalian ngerasa, belakangan ini banyak influencer yang kayaknya makin jauh dari kita? Awalnya mereka cuma anak kosan yang suka bikin konten tips hemat, eh sekarang gaya hidupnya udah kayak jetsetter dunia.

Tahu kan, jet setter
Para jet setter ini seseorang yang identik dengan gaya hidup lux. Bepergian ke berbagai tempat, terutama ke kota atau negara yang glamor dan eksklusif, biasanya dengan pesawat terbang, dan seringkali untuk urusan liburan, gaya hidup, atau pekerjaan kelas atas.

 Dulu review-nya jujur apa adanya, sekarang kok kayaknya isinya endorse semua? Jujur deh, kadang suka ngerasa hampa.

Dari 'Teman Seperjuangan' Jadi 'Orang Lain'

Dulu, hal yang paling bikin kita nempel sama influencer adalah orisinalitas-nya. Mereka nggak jaim, apa adanya. Mulai dari curhat soal jerawat yang nggak hilang-hilang sampai spill resep mie instan terenak. Mereka membangun branding yang relatable, seolah bilang ke kita, "Hei, kita sama kok."

Tapi, begitu followers makin banyak, uang pun makin deras. Perubahan gaya hidup nggak bisa dihindari. Yang tadinya cuma liburan ke Puncak, sekarang udah bolak-balik ke Santorini. 

Yang dulunya pake baju thrift, sekarang udah full outfit dari brand mewah. Nggak salah sih, namanya juga rezeki. Tapi, hal ini perlahan-lahan menciptakan jurang. Kita yang tadinya ngerasa "sama," sekarang jadi ngerasa "jauh."

Momennya tuh kayak gini, pas kita lagi healing dari beban budak korporat di kantor dengan buka media sosial, eh malah disuguhi konten liburan mewah di Maldives. Hati kecil kita cuma bisa bilang, "Oke, next," sambil ngetik laporan keuangan.

Kalo di Indonesia, siapa aja?

Sebenernya banyaaaak!

Kita yang tadinya relate dan tahu "kecilannya tu anak" setelah melihat perubahan besar dalam gaya dan kehidupan para influencer memang memicu perasaan “kayak nggak kenal lagi.” Bukan berarti mereka berubah sepenuhnya dari diri sendiri—tapi sebagai public figure yang memperluas peluang dan eksposur, perubahan itu wajar terjadi. Ada faktor bisnis, branding, serta perkembangan karier yang membawa mereka ke level berbeda.

1. Rachel Vennya

Dulu dikenal sebagai ibu muda yang sering cerita soal parenting, kehidupan rumah tangga, dan keseharian bareng anak-anak. Sekarang? Kita lihat dia sering bolak-balik ke luar negeri, dinner di tempat fancy, dan fashion-nya udah ala seleb Hollywood. Tetap inspiratif, tapi memang udah beda banget auranya dari awal-awal.

 2. Anaz Siantar (Anaz Siantar Influencer)

Fashion & travel influencer ini emang dari awal udah high-class, tapi tetap banyak yang merasa dulu masih accessible. Belakangan, feed-nya penuh dengan postingan dari Paris, Milan, dan tempat-tempat mewah lainnya. Jetsetter sejati!

3. Awkarin

Ini contoh yang cukup ekstrem. Dari dulu udah terkenal sebagai influencer rebel, tapi perjalanan transformasinya luar biasa. Dulu sering dilabeli "kontroversial", sekarang jadi CEO, sering jalan-jalan ke luar negeri, dan keliling dunia sambil tetap bikin konten keren.

4. Fadil Jaidi

Meskipun masih jaga vibes lucunya bareng Pak Muh, tapi sekarang Fadil juga udah sering jalan-jalan ke luar negeri, collab dengan banyak brand besar, dan gaya hidupnya udah jauh dari awal-awal dia mulai.

Tuh kan? Ada yang "kehilangan" sosok Abel Cantika, Fiki Naki, Emil Mario, Gilang Samiaji ..aah banyak deh!

Cinta Mati pada Merek, Lalu Kehilangan 'Diri'




Poin paling bikin kita "ilfil" adalah ketika influencer udah nggak lagi nyambung sama pesan awalnya. Ada yang dulu gencar banget kampanye body positivity, eh tiba-tiba promosi produk diet ekstrem. Ada yang ngaku anti-konsumerisme, eh malah bikin haul belanjaan yang harganya bisa buat DP rumah.

Fenomena ini sering disebut "dibajak" oleh industri. Ketika brand besar datang dengan tawaran menggiurkan, mereka mau nggak mau harus ngikutin arahan marketing. Jadilah konten mereka nggak lagi tentang "dirinya," tapi tentang "produk." Audiens pun perlahan-lahan merasa dikhianati. Rasanya kayak, "Kok kamu berubah, sih?"

Padahal, banyak juga lho influencer yang tetap konsisten dengan niche mereka. Contohnya nih, ada teman saya, Suci, seorang Travel Blogger Medan yang konsisten banget membagikan cerita perjalanan otentik dari sudut pandang lokal.

Bisa cek langsung cerita petualangannya di
blog Suci atau cari tahu tips traveling yang bikin jiwa petualang terisi kembali di
artikel ini. Ini namanya konsisten, nggak gampang oleng.

Kenapa Mereka Berubah?




Pertanyaan ini sering muncul di benak kita. Kenapa mereka rela kehilangan otentisitas demi uang atau popularitas? Mungkin karena tekanan, gengs. Tekanan untuk mempertahankan lifestyle baru, tekanan dari brand yang menuntut konten sesuai maunya, atau mungkin juga pengaruh dari lingkaran pertemanan baru mereka.

Sebagai penikmat konten, kita cuma bisa melihat dan berharap. Semoga para influencer nggak melupakan siapa yang pertama kali mendukung mereka. Semoga mereka sadar bahwa hubungan dengan audiens itu jauh lebih berharga daripada sekadar like atau endorsement yang menggiurkan.

Jadi, intinya, kita boleh kok merasa kecewa. Wajar. Namanya juga berhubungan dengan manusia, pasti ada ekspektasi. Tapi, jangan sampai kita jadi benci. Anggap saja ini bagian dari dinamika media sosial.

Kalau kalian sendiri, ada nggak sih influencer yang dulu kalian suka banget, tapi sekarang kok rasanya beda? Share di kolom komentar, ya! Yuk, kita nostalgia bareng.

Komentar

  1. Sebagai anak siantar aku malah baru denger influencer Anaz Siantar ini, mbak... di IGnya ngga ada keterangan atau clue yang ngasi tau dia emang berasal dari siantar atau namanya aja yang siantar.
    Entah yang dimaksud Siantar ini adalah kota Pematang Siantar atau cuma nama....

    Dari yang disebutkan itu, yang masih ramah dan keknya otentik so far masih fadil jaidi ya.
    kontennya masih tetep terlihat sederhana...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Naaaah bener .. nama Anaz Siantar sekarang malah lebih terkenal di luar negeri loh!

      Hapus
    3. Oiyaa? Aku liat2 keknya chindo yaa...
      Ya satu sisi bangga, kota kecil tempat aku sekolah ada influencer beken. Smoga bener2 influence nya ke arah yang baik2

      Hapus
  2. Aku jarang banget made my self stuck dengan para influencer ini. Karena ya itu, seiring dengan nama besar mereka, life style, lingkungan, tuntutan pekerjaan, request dari customers, kondisi dan tampilan mereka pun ikutan bergulung sesuai dengan keadaan. Perubahan yang tadinya simpel menjadi semakin besar demi popularitas dan tentu saja urusan finansial. Bahkan dari yang tadi berpakaian islami, sopan, dan tidak bermewah-mewah, sekarang jadi selalu kekurangan bahan atau gak selesai jahitannya. Begah betol ngeliatnya ya Tan hahahaha.

    BalasHapus
  3. mungkin sesuai nilai kontrak endorse yang bikin kalap dan lupa semangat awal yang diusung
    hehehe
    Dari semua nama, hanya Fadil Jaidi yang dulu terkadang saya tonton
    Karena saya lebih suka video keluarga dan anak-anaknya, seperti @krysandkareem, @nAJoonFamily dan masih banyak lagi
    Lucu banget lihat hamilnya sampai akhirnya berusia 1-2 tahun
    Mereka menjaga konsistensi sehingga pengikutnya bertambah banyak

    BalasHapus
  4. Jujurly jarang ngikutin atau follow influencer2 yang viral. Biasanya malah tahu mereka dari yang gonjang-ganjing masalah pribadinya atau penggalan kontennya di X yang di-share nitijen lain.
    Sekarang tu influencer2 gak tahu kenapa kek ngartis banget, sirkelnya pun sepertinya juga artis2. Trus kadang kita gak tahu org ini terkenal krn prestasi apa.
    Namun beda lagi kalau influencernya tu expert di bidangnya. misalnya dokter anak atau psikolog, trus suka sharing apa gitu masih suka ngikutin karena merasa bermanfaat.
    Tapi mungkin ini juga soal preferensi org mau mengidolakan siapa ya mak. Aku sendiri suka boiben kpok terutama TXT, suka lagu, dance, dan karya mereka. Eh tapi aku berusaha gak mengidolakan berlebihan, ya sebatas suka aja.
    Mungkin bisa juga diberlakukan ke fans para influencer biar rasa sukanya gk berlebihan hehe :D
    Serem kadang soalnya fans influencer galak2 kalau idolnya kesenggol wkwk

    BalasHapus
  5. Saya emang gak follow influencer2 macam itu atau seleb artis. Lebih suka cari2 akun info/ news. Kalau sampai tahu berita ttg mereka, berarti sedang viral atau masuk podcast.Tp baik follow akun seleb atau newsm sebenarnya sm2 ada beban juga. Karena maunya buka medsos itu buat rileks bukan malah nyimak keanehan dan keresahan dunia hihi.
    Etapi kalau mbak Suci blogger medan, saya sudah lama follow. Mantap mbak Suci :)

    BalasHapus
  6. Yuni Bint Saniro: Aku tuh nggak yang benar-benar mengagumi influencer sih. Nggak yang sampai merasa relatable gitu.

    Paling cuma suka kontennya aja . Habis itu ya wes. Ganti tontonan ya ganti kesukaan.

    Jadi mereka mau berubah ya udah sih. Perubahan gaya hidup saat sudah ada silahkan saja.

    BalasHapus

Posting Komentar

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)

Postingan Populer