GEMA CERMAT, SATU PARADIGMA SEHAT (Bag. 1)

Jadi gini, Gema Cermat itu bukan satu usaha menguji kecerdasan, karena kalau itu, namanya Cerdas Cermat. Walaupun menggunakan nama CERMAT, yang pertama berarti teliti, sedang yang kumaksud di sini berarti Cerdas Menggunakan Obat. 

Aha!
Memangnya, di era kekinian sudah tak ada lagi masyarakat yang cerdas menggunakan obat? 

Saya salah satunya.
Saya tuh termasuk 'rajin' minum obat-obatan, terutama yang berbentuk cair. Dengan riwayat sesak napas aka bengek, nyaris asma, sejak kecil kalau saya sesak napas karena cape (biasanya) atau alergi udara dingin, maka Ibu memberi obat batuk cair merek tertentu. Asli dari Tiongkok sana. Rasanya manis, enak dan dingin gitu. 

Kalau yang bentuknya tolak angin baday bin puting beliung, saya malah kurang cucok. Mungkin karena murah memang ga cucok. Nah, gimana setelah saya terpaksa datang ke acara ini?

Acara bertajuk Gema Cermat yang diselenggarakan Kemenkes dalam rangka Hari Kesehatan Nasional ini, masuk serangkaian acara yang digelar di JIEXPO, Kemayoran Jakarta Pusat. 
Sumber foto : Cahyanto, blogger

Bareng teman-teman blogger, Pramuka hingga Dharma Wanita dan perangkat Bimkes lain, pagi jam 10 tepat, acara dibuka. Menghadirkan nara sumber dr. Purnawati Sujud, SpA(K), MMPED dan Dra. Azizahwati, MS Apt dan moderator seorang ibu yang terkenal dengan branding Emak Blogger, Mira Sahid.

Sudah kuduga, 
sekitar 80 persen penduduk di muka bumi adalah pengkonsumsi obat-obat warung (swa-medikasi). Bisa warung rokok pinggir jalan, warung di halte bis sampai warung makan, semua menjual obat-obatan yang biasa disebut 'temporary pain killer' sejenis paracetamol dan dextromethopan serta bromhexin dan aneka merek sejenis.

Ini karena :
  • suhu bumi yang kadang mengalami pancaroba,
  • common cold (pusing, batuk, pilek)
  • polusi udara,
  • salah makan, sampai 
  • ... s t r e s s
  • malas menggunakan ramuan herbal karena hasilnya gak cespleng
sekian. Eh, giliran denger kata stress aja, langsung kabur. Jangan, ini belom selesai soalnya.

Swa-medikasi ini risetnya dilakukan pada tahun 2006 oleh Fakultas Farmasi Hayam Wuruk Semarang, dan UGM Yogyakarta. Dicuplik dari 400 orang responden rentang usia 18-55 tahun (usia produktif).

Dan hasilnya.. jeng jeng.. 96 persen menggunakan obat-obatan yang dijual bebas tersebut. Sebagian besar melihat dari iklan, juga dari copy resep setelah mengunjungi dokter, dan penyakitnya berulang.

Faktor mengapa banyak masyarakat suka swa-medikasi?
  • Anak balita lebih rentan demam, dan sering diberi obat oleh ortu (Crooks dan Christopher) timbang berobat ke dokter anak. Sementara, menggunakan ramuan herbal dianggap ribet, repot, rempong.
  • Jenis kelamin wanita lebih suka mengobati dirinya sendiri (Crooks dan Christopher) dan lebih sering menggunakan obat bebas (Leibowitz, 1989)
    Obat yang sering dikonsumsi biasanya pereda nyeri, flu dan sinusitis.
  • Orang yang pendidikan dan ekonominya tinggi ternyata lebih sering mengkonsumsi obat-obatan dan menyimpan obat-obatan pribadi (Leibowitz, 1989) - (Khaldun, 1995)
  • Orang yang tinggal di kota lebih sering membeli obat-obatan, mungkin karena mudahnya akses
  • Orang yang sering pusing biasanya lebih teratur meminum obat (Supardi, et.al)
Visi dan Misi Gema Cermat
Program Gema Cermat diharap bisa memberikan edukasi bagi masyarakat luas terhadap penggunaan obat. 
Gema Cermat diharapkan juga mampu meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya penggunaan obat secara benar. 
Meningkatnya kemandirian dan perubahan perilaku masyarakat dalam memilih dan menggunakan obat secara benar, serta meningkatkan penggunaan obat secara rasional, termasuk antibiotik.

Dengan berbagai simulasi, kedua narasumber berhasil membuka paradigma kami yang hadir, akan pentingnya TIDAK membeli dan menggunakan obat secara sembarangan, apalagi yang berlabel merah dan bertulisan K. 

Juga, mengapa antibiotika tidak boleh dikonsumsi secara sembarangan. Untuk ini, aku akan mengulasnya di tulisan berikut. 

Terimakasih Kemenkes untuk undangannya... 

Foto bareng narasumber

Which one is me?

7 komentar

  1. aku ngacung, akumasuk yang 96% itu mak hihihi..

    dexametason sama amoxilin sering banget aku tenggak kalo radang tenggorok, terus cuma urusan jerawat aku tenggak clindamycin jug, parah deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah, aku tuh dulu sempat ber -cin cin gitu (ada penicillin) sampe akhirnya sekarang alergi penicilin! -____-'

      Hapus
  2. warung ibu saya juga jualan obatttt ><

    BalasHapus
  3. Hayo mule sekarang bijaklah mengunakan obat. Salah satunya aku, kalau enggak ketahuan suami, sakit kepala enggak minum obat, tapi cukup tidur saja. Takut malah nantinya ketergantungan gitu. Mak Neng Tanti yang manaaah yaaa? hehehe

    BalasHapus
  4. Ibuku tuh dikit dikit minum obat. Hmmm, pengen tak kasi tau tapi dikira keminter *syedih

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)