ASERTIF, PERLUKAH?


Sebagai manusia sosial, kita memang tidak pernah bisa tidak berkomunikasi. Nah, dalam menjalin relasi dengan orang lain, kadang kita melihat berbagai gaya komunikasi yang berbeda-beda pada tiap orang. Ada tipe yang berani dalam melontarkan ide-idenya, mengungkapkan perasaannya secara terbuka. Namun ada juga yang hati-hati, takut-takut, atau sama sekali tidak mengungkapkannya secara terang-terangan. Ada juga yang konyol, sok mau berani padahal engga.. akhirnya terjebak di tengah-tengah.
Kalau melihat timeline, ada banyak tuh status yang mengungkapkan kekecewaan, ketidaksepahaman, atau ketidaksetujuannya secara langsung. Ada juga yang ga mau nulis tapi komen di setiap status orang. Ujung-ujungnya yang gini disebut nyepam atau nyampah. Ada banyak sekali jenis pengkomen sampah gini.

Kalo aku, lebih suka menyimpan kekesalan sendiri, dan bicara langsung dengan orang yang bersangkutan, gak mau diam-diam di belakang. Tulisan tentang asertif ini terkeluar setelah membaca tulisan Inda Chakim di website Emak Blogger

Kata mak Inda Chakim, orang yang mengekspresikan perasaannya secara langsung atau kadang kelihatan blak-blakan dapat dikatakan sebagai orang dengan karakter agresif. Sedangkan orang yang kurang berani, lebih mengalah, dan tunduk, biasanya disebut dengan karakter yang submisif.

Terjebak dalam perasaan seperti itu rasanya nggak enak banget. Nggak hanya bikin hati cenat-cenut tapi badan juga terasa pegel hay alias pegel di mana-mana. Iya nggak ?  
Jadi nih, bagi kalian yang masih terjebak dalam rasa seperti itu, baik di keluarga sendiri, keluarga suami, di lingkungan kerja, dan lain sebagainya, segeralah move on yak. Karena sekarang sudah bukan zamannya lagi untuk takut atau sungkan atau tak enak hati mengutarakan isi hati. Terutama untuk menolak permintaan orang lain kepada kita. Sekarang tuh, kita berada dalam masa BEBAS mengutarakan isi hati kepada siapapun. Baik kepada yang lebih tua, misal orangtua atau mertua atau kakak atau atasan sekalipun.

Oya ada karakter lain bernama agresif dan submisif. Karakter agresif banyak kita temui ketika di jalan raya. 

Misalnya ketika mobil-mobil hendak mengantri, tiba-tiba ada satu mobil yang memotong jalan. Apa reaksi si pengendara? Ada yang hanya sekedar mengklakson atau hanya mendongkol di dalam hati, namun juga tidak sedikit yang membuka jendela mobilnya lalu mengeluarkan kata-kata cacian kepada pengendara mobil lain. 

Atau peristiwa di tempat kerja, dimana ada orang yang secara gagah berani melontarkan kata-katanya tanpa menyaringnya terlebih dahulu dan tanpa memperhatikan perasaan orang lain.

Kebalikan dengan karakter agresif yang sering kita jumpai di dalam kehidupan sehari-hari, tidak sedikit juga kita melihat karakter submisif. Misalnya di lingkungan kantor, ada seseorang yang cenderung dominan, kritis, dan agak galak bertemu dengan rekan kerjanya yang kurang percaya diri, penghindar konflik, dan kurang pandai bicara. 

Biasanya yang di cap galak tersebut lebih banyak mendominasi si pengalah. Akibatnya si pengalah menjadi lebih submisif terhadap perilaku rekan kerjanya yang dominan tersebut.

Selain karakter agresif dan submisif, ada yang dinamakan dengan karakter asertif. 

Asertif yang notabene adalah kemampuan untuk mengkomunikasikan pikiran, perasaan, dan keinginan secara jujur kepada orang lain tanpa merugikan orang lain. 

Asertif memang tidak mudah untuk dilakukan, banyak orang enggan bersikap asertif karena ada rasa takut mengecewakan orang lain, takut jika akhirnya dirinya tidak lagi disukai ataupun diterima. 

Nih, ada beberapa tips untuk menjadi asertif :

  • Tentukan sikap - kamu mau YES apa NO? Pastikan dulu! Jika sudah merasa yakin dan pasti akan pilihan Anda sendiri, maka akan lebih mudah menyatakannya dan Anda juga merasa lebih percaya diri.
  • Klarifikasi. Penting itu, daripada galau, dampaknya entar apaan!
  • Berikan penjelasan jika kamu menolak secara singkat, jelas, dan logis. Penjelasan panjang lebar hanya akan mengundang argumentasi pihak lain.
  • Gunakan kata-kata yang tegas. Saya tidak setuju! ---> Bandingkan dengan : saya kok kurang setuju ya.. bla bla...
  • Sikap tubuh juga harus mengekspresikan atau mencerminkan bahasa yang sama dengan pikiran dan verbal. Kalo bisa sih, ga usah tertawa-tawa dan tersenyum.
  • Tidak perlu meminta maaf atas penolakan kamu! Lah itu kan, pendapat, bukan kesalahan! Jangan mudah merasa bersalah! Toh, kamu tidak bertanggung jawab atas kehidupan orang lain atau atas kebahagiaan orang lain.
0Negosiasi dengan pihak lain agar kedua belah pihak mendapatkan jalan tengah tanpa harus mengorbankan perasaan, keinginan, dan kepentingan masing-masing.

Nah, selamat mencoba bersikap asertif.

10 komentar

  1. jika sudah berpendapat sesuai hati nurani rasanya lebih plong ya mbak ketimbang yang tidak tetapi entahlah.. hmm -_-

    BalasHapus
  2. setujuuuuu, aku jg lagi ngusahain itu mak, di lingkunganku yg baru, doain bisa yak :)

    BalasHapus
  3. asik dapat ilmu baru, iya nih kadang bimbang untuk memutuskan sesuatu..yes or no

    BalasHapus
  4. Kadang mau bersikap asertif itu suka ga enak haha, tapi emang harus sih berlaku asertif

    BalasHapus
  5. Bersikap aseertif itu, memang gampang-gampang susah ya... apalagi kalo udah nyangkut ke perasaan. Tapi bagaimana un juga kita harus terus belajar, agar bisa berlaku asertif, ya, Mak :)

    BalasHapus
  6. Perlu banget,apalagi untuk hal-hal yang kita tahu pasti ^_^.

    BalasHapus
  7. Saya masih termasuk submisif, terutama kalau tau yg dihadapi tipe agresif. Memang jadinya lemah, jadi kayaknya harus mulai belajar asertif deh. Makasih tips nya, mak Tanti..

    BalasHapus
  8. Waa bagus ni materinya...submisif, aku banget mak, hihi, misua yang agresif...dan aku memang belajar lebih spontan pelan-pelan...moga bisa sampe asertif, tfs mak neng

    BalasHapus
  9. Aku mah submisif mak..
    Tapi pengen berlatih jadi asertif supaya bawa dampak positif untuk anak & keluarga :)

    BalasHapus
  10. Aku poin terakhir sering lakuin..minta maaf krna pendapat yg berbeda-beda :D

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)