MISTERI SATU PAGI DI YOGYA YANG BASAH (1)

EDISI DELAY, MIE AYAM BU TUMINI, JUMPUTAN DAN SELLIE COFFEE

Gang Pandu, musim hujan, minggu lalu.

Desa itu yang menarik perhatianku selama hampir sebulan ini. Penat dengan aneka tenggat, mulai dari menggambar, ilustrasi hingga deadline menumpuk karena aku terkadang malas membuka laptop yang tak lagi terkoneksi ke wi-fi.


Yogya, satu kata yang langsung terpatri di ingatan. Dekat, dengan aneka kuliner terkenal kesukaan, aroma mistis dan bersahaja, itulah yang membuatku dan teman-teman sepakat berkunjung kembali ke kota cantik itu.


Berada di selatan Pulau Jawa, Yogya yang memiliki 4 kabupaten ini terkenal dengan aneka kriya dan kuliner yang terkenal seantero jagad. Berlebihan? Kurasa tidak. Dikenal sebagai Kota Gudeg, saking banyaknya penikmat kuliner yang satu ini.

Aku dan teman-teman tiba di bandara Soeta pukul 8.00 pagi, dan menikmati secangkir kopi di teras gerai salah satu fast food. Teman perjalananku kali ini, Yunika membawa beberapa bungkus nasi uduk yang kemudian kami nikmati bersama. aah..indahnya persahabatan, sederhana sekali.

Walau kadang kami berdebat seru tentang sesuatu, persahabatan hanya butuh satu kali kebersamaan untuk kemudian melupakan segala pertengkaran!

Apa lacur, pesawat kami delay hingga 5 jam ke depan! Dengan terkikik geli, kami melipir ke sudut dan aku kembali mengeluarkan aneka peralatan menggambar, sementara yang lain sibuk mengabadikan foto OOTD atau tidur sejenak di mushola.

Kami tiba di bandara Adi Sucipto pukul 15.30 waktu setempat, disambut rinai gerimis hujan, sehingga membuat ujung celanaku basah kuyup dan harus dilinting -__-. Syukurlah, malah terlihat keren... (mending kepedean daripada minder) 


Syukur kedua, kami langsung dijemput oleh mbak Widhi, Operation manager penginapan yang akan kami tempati nanti, dari Pesona Jogja. Dengan sigap ia membantu kami memasukkan koper, lalu menyetir ke arah kota. Ia juga menyanggupi untuk menemani perut kami yang keroncongan... maka,

Warung pertama kami yang kami kunjungi adalah ..

Warung Mie bu Tumini.


Warung mie ini cukup kondang terutama di kalangan anak muda, terletak di Jalan Imogiri timur no 187 Umbul Harjo Yogya. Kita juga bisa menjangkaunya dari terminal Giwangan.

Warung yang berdiri sejak tahun 1990 ini, favorit banget, nyaris semua bangku terisi penuh.

Dilihat dari kuahnya yang medhok (kental) berwarna kecoklatan, dan mie yang berukuran besar.. hmmm pasti nanti akan jadi salah satu destinasi favoritku.

Benar saja, Mie Ayam Bu Tumini ini rasanya guriih banget, mienya kenyal dan lembut. Buatku sih, agak kematangan. Menurut mas Waluyo, yang sibuk meracik bumbu, dalam sehari mereka menghabiskan terigu sekitar 70 kilogram. Jika 1 kilogram bisa menghasilkan 10 - 11 mangkuk, waah.. mereka berarti menjual sekitar 700 mangkuk lebih sehari! What a ...

Menu dan harganya gimana, Neng? (penting)

menu di sini hanya ada mie ayam. Ada yang ekstra ceker, ekstra kuah, ekstra ayam dan ekstra sawi, dan ada juga yang hanya pesan sawi ayam.
Untuk seporsi mie ayam biasa IDR 8K - 12K (jumbo) dan untuk semangkuk mie sawi ayam IDR 5K.

Usai makan ditemani mbak Widhi Astuti, Operation Manager Pesona Jogja -guest house kami beberapa hari ke depan- kami menuju guest house.

Terletak di belakang Taman Makam Pahlawan Nasional Kusumanegara, mobil berbelok ke kiri dan menyusuri gang yang semakin menyempit. Aku sempat bertanya-tanya dalam hati, apa iya nanti tempat menginap kami ini super mungil seperti jalanannya?

Di kiri kanan jalan, terlihat rumah penduduk yang padat, dan aku juga melihat salah satu rumah yang dibuat showroom batik jumputan. Eeh sebentar, kamu tahu kan, batik jumputan itu apa? Yup, batik jumputan adalah ...

Batik jumput sendiri pada dasarnya berbeda dengan batik jenis lainnya karena tidak menggunakan lapisan lilin tetapi diikat atau dijahit dan dikerut dengan menggunakan tali. 
Pembuatannya diawali dengan pembuatan pola di atas kertas manila lalu kemudian dijiplak di atas kain. Setelah itu baru pola di atas kain dijahit jelujur dan diikat dengan menggunakan tali rafia bila menginginkan efek garis lebih tebal. Selain itu bisa juga dengan memanfaatkan media lain seperti manik-manik atau benda-benda yang dapat memberikan efek “jumputan” lainnya.
(sumber : www.kompasiana.com/mariatrihandayani)

Tak lama, mobil memasuki sebuah pekarangan yang luas, dengan beberapa buah rumah bertulisan Borobudur, Prambanan, dan lain-lain. Parkirnya juga cukup luas. Aku langsung masuk ke dalam kamar yang disediakan. Hmmm... udara bersih di teras atas menerpa..



I like this! No.. I loove this place already, even though I'm not sleeping yet!

Going to Sellie Coffee



Jelang malam usai sholat magrib, kami beranjak ke Sellie Coffee, satu kafe yang kekinian karena... ada AADC 2 shooting di situ sebelumnya. Tempatnya juga sangat cozy, dan kami disambut langsung oleh mas Wisnu, sang pemilik. 

Singkongnya juara!
Aneka kopi dengan aneka rasa yang foamy, creamy hingga latte ada di situ. Juga tersedia aneka gorengan (singkong, pisang, jamur dan kentang) dengan harga sangat murah, nyaris pingsan liat harganya.... 

Karena kondisi badan sedang ga fit, aku dan teman-teman memutuskan pulang saja. Ga sabar mau menikmati suasana kamar yang homey! 

Di kegelapan malam, dibantu dengan google maps, kami akhirnya berhasil masuk ke gang Pandu yang jalan masuknya nyaris tak terlihat itu. I wish.. lain kali ada gitu ya petunjuk-petunjuk kecil dengan gambarku (((gambarku!))) yang akan memandu para tamu yang ingin nginap di penginapan ini!

Well.. malam hari pertama ini kututup dengan seulas senyum. Mandi air hangat lagi, ganti baju tidur yang nyaman dan.... lelap di peraduan!...

Rrr... ngga, aku malah sibuk membuka aneka peralatan untuk menggambar! Why? Karena melihat ruang meja kerja yang nyaman juga, tentunya. Jadilah, ditemani secangkir kopi siap saji dari mini market, dan celoteh riang teman-teman, aku menggambar hingga larut. 

Ketika kantuk menyerang, aku pun beranjak ke tempat tidur dan langsung pulas... nantikan pengalamanku esok yaaa!


Keesokan harinya, aku terbangun dengan perasaan segar, tapi sebentar, rasanya sih aku bermimpi aneh... seolah aku ada di sebuah tempat yang indah sekali, ditemani seorang putri berpakaian kuno dengan kain bercorak Parang Rusak. Ia memintaku untuk....

Bersambung ... 

18 komentar

  1. yuk kita ke Yogya lagiiiiiiii......

    BalasHapus
  2. Ih asik mak.. makanannya suasananya, khas ^^ ceker ya itu, mau...harganya bersahabat pula

    BalasHapus
  3. selalu ada yang unik di Jogja,
    pokoknya semua deh,
    bolak-balik ke sana gak ada bosannya.

    BalasHapus
  4. 700 mangkok masyaAllah itu banyak banget hahaha.

    Cekernya glek! Per... laper... jadinya lol. :D

    BalasHapus
  5. duh jadi kangen pergi ke jogja lagi


    www.travellingaddict.com

    BalasHapus
  6. 5 jam delaynya. Untung jalan-jalannya bersama teman-teman yang asik, ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, delay 5 jam cukup bikin laper dan ngopi lagi plus nggambar....

      Hapus
  7. penasaran ama rasa mie ayamnya ;).. kuahnya kental bgt ya mbak... mienya jd ketutupan gitu :D..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, kalo aku sih jujur yaaa , ga terlalu doyan kuah kental :(

      Hapus
  8. Yaa ampun itu ceker kok menggoda banget, btw delay mah bikin jengkel dan murka

    BalasHapus
  9. sedih setiap kali ada yg posting tempat2 makan dan hang out di Jogja... tambah panjang aja daftar yg mesti dikunjungin tp ke sana gak tau kapan... ihiksss

    BalasHapus
    Balasan
    1. ealaaah wong dekat loh mbak Ria, sediakan waktu 2 hari aja juga bisa sebenernya :(

      Hapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)