INNER CHILD DAN JOURNALING, MEMBANTU MENELUSURI PENYEBAB PERMASALAHAN




Apa sih hubungan antara inner child dan journaling? Benarkah inner child dan journaling membantu menelusuri penyebab permasalahan?
Inner Child merupakan bagian dari diri kita yang selalu ada. Seberapa keras kita menyembunyikan dan seberapa jauh kita menghindar, Inner Child akan terus mengikuti kita karena mereka butuh pertolongan kita. Mereka ingin didengar, dikasihi, dipedulikan, dan dipenuhi kebutuhannya. 

Inner child terluka itu yang seperti apa sih kak?


Menurut John Bradshaw (dalam Elia Firda, 2020) inner child lahir dari adanya pengalaman atau kejadian di masa lalu yang belum terselesaikan. Mengenai inner child yang terluka, Psikolog Diana Raab (2020) menuturkan inner child dapat terluka karena adanya pengabaian, trauma atau rasa sakit pada masa anak-anak, namun, banyak dari kita yang tidak menyadari dan memilih untuk mengabaikan atau melupakan. 

Luka tersebut akan terbawa pada masa dewasa dan tentu akan mempengaruhi kesehatan mental serta pencapaian aktualisasi diri.

Melansir dari Pijarpsikologi.org, karakteristik individu dengan inner child yang terluka yaitu memiliki masalah pada kepercayaan, keintiman, perilaku adiktif dan kompulsif, serta memiliki hubungan ketergantungan dengan orang lain. 

Hal ini mengakibatkan ketika dewasa akan memunculkan perilaku-perilaku pertahanan diri terhadap ‘bahaya’ yang dibentuk oleh Ki lingkungan dan merupakan manifestasi dari kehidupan di masa kecil, seperti perilaku yang tidak percaya diri, mudah marah, memiliki kecemasan tinggi, ketakutan akan disakiti oleh orang lain dan merasa tidak aman.

Bagaimana kaitan healing dengan journaling?

Pengasuhan Inner Child ternyata bisa disembuhkan (healing) dengan teknik sederhana bernama “journaling”. 

Journaling adalah kegiatan menulis untuk menuangkan perasaan dan pemikiran agar kita dapat mengetahui serta menelusuri penyebab dari suatu permasalahan berdasarkan tulisan kita dari waktu ke waktu.

Inner Child Journaling memberikan pengalaman sekaligus mempelajari hal baru pada journaling, dalam rangka menyapa kembali dan mengasuh Inner Child pada diri.

Sepertinya pernah dibahas juga oleh mom-blogger di blognya  Ivayana C Wichayanti, seorang wanita yang terlahir di Kota Semarang. Ia sering sekali menulis tentang home education

Seperti apa sih bentuknya Inner Child Journaling ?

Sesederhana seperti : menuangkan isi kepala! Oya?

Kalau dijabarkan seperti ini sih :

  • Tuangkan RASA yang negatif terlebih dahulu; marah, sedih, kesal

  • Tuliskan KEINGINAN : sembuh - sehat - berjaya - powerful - mencintai - disayangi. Apa saja yang diinginkan|

  • Berikan gambar-gambar menarik tentang diri dan rasa. Gak perlu bagus, yang penting menyampaikan koneksi diri dengan keinginan itu.


Apa tujuan journaling ini?

Tentu saja untuk melepaskan beban emosi dan trauma dari Inner Child, dan berdamai dengan Inner Child.

Journaling akan melepaskan rasa marah, sedih, kesal, kecewa dengan jujur, menuangkan segala bentuk pemikiran dan perasaan, melepaskan emosi maupun luka batin, dan mengenal sosok Inner Child dalam diri 


Apa yang Perlu Disiapkan untuk Mengikuti Workshop Ini?

  • Journal (buku/ kertas) dan pena
  • Aneka spidol 

Isi Journal,   Ho’oponopono Pribadi


Ho’oponopono adalah proses memaafkan yang berasal dari Hawai, yang membantu kita membangun kembali hubungan dengan orang lain, tidak terkecuali dengan inner child

Langkah yang dilakukan dengan meluangkan waktu menyendiri dan melakukan selftalk :

“I am sorry”.
 
Katakanlah pada diri sendiri karena telah memendam emosi negatif dan tidak berusaha menyembuhkannya

“Please forgive me”. 
Katakanlah rasa maaf yang mendalam pada inner child kita karena tidak peduli dan bahkan mencoba melupakannya. Hal ini dapat membantu meningkatkan self love.

“I love you”. 
Ungkapkanlah bahwa apapun yang terjadi, kita harus mencintai diri kita tanpa syarat. Mencintai diri sendiri karena telah bertahan sejauh ini.

“Thank You”.
 
Tunjukanlah rasa syukur akan kehidupan yang kita punya, termasuk pengalaman yang telah membentuk sosok kita yang sekarang, serta rasa syukur pada inner child yang telah bertahan dari luka yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat membantu kita melepaskan emosi negatif yang kita punya.

Selain melakukan proses diatas, kita juga dapat memvisualisasikan dan membayangkan kembali pengalaman-pengalaman dan perasaan masa lalu. Dengan melakukan upaya ini, kita dapat menjadi lebih lega dan jujur pada diri sendiri. Jika merasa kesulitan dalam menghadapi inner child, kita dapat meminta bantuan pada ahli profesional seperti psikolog untuk membantu menyembuhkannya.

Setiap orang memiliki inner child dengan kapasitas luka dan proses penyembuhan masing-masing, it’s okay to not be okay

Sadari dan rangkul inner child kita. Lalu mencoba untuk memaafkan, dengan memaafkan bukan berarti kita mengalah pada keadaan tetapi sebagai salah satu fase di mana kita bisa melepaskan rasa bersalah, rasa amarah dan rasa benci, baik pada diri kita atau orang lain.

 Jika kita mengabaikan inner child juga akan menciptakan rasa sakit yang tiada ujungnya hingga dapat diturunkan pada generasi selanjutnya. Tentu saja, kita tidak ingin hal tersebut terjadi. 

Maka dari itu, penting bagi kita untuk menerima, memaafkan, dan mencintai inner child dalam diri kita bagaimanapun keadaannya.

Tidak ada komentar

Posting Komentar

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)