The Ice Coffee is Melted...

   
    Ada dua orang cewek, mereka bersahabat sangat akrab. 

Pada suatu hari, -katanya- mereka bertengkar karena seorang cowok. Si A merasa marah, lalu janjian ngopi sama si B. Sampai di cafe, si A -katanya- memasukkan racun bernama sianida ke dalam gelas kopi si B. Si B meminumnya dan meninggal. 

    Polisi datang, mengusut, gelar perkara, si A didakwa membunuh dengan terencana - terkena Pasal 340, lalu dihukum 20 tahun penjara. 

    Selesai? Ternyata tidak, sodara-sodara.

    Lama berselang, 7 tahun berlalu, sebuah acara film dokumenter yang dibuat di negeri tetangga mengangkat kembali kasus ini. Alasannya? Sederhana, ternyata racun yang bernama sianida itu -katanya- tak pernah terbukti ada, di tubuh korban! Ada sih tapi jumlahnya tak mematikan, dan anehnya ada di tubuh korban sesudah dibalsem!

Lah kok bisa?

Ya, karena ternyata si B yang adalah korban - ternyata tak pernah menjalani autopsi, lagi-lagi ini katanya.

Ah, kamu penasaran? Sama, aku pun. 

Sebagai blogger yang hobi ngutak-atik artikel, bohong kalo aku ngga pernah baca dan dengar kasus es kopi beracun ini, apalagi aku kan suka banget minum kopi!

Oh btw kalian travel blogger? Atau kalian suka review-review hotel, penginapan sekelas resort gitu?

Sedang ada festival di Kerala India loh, coba sana pantengin website-nya mana tahu dapat rejeki review hotel mereka?

    Anyway.... tapi gini loh, di tengah kesimpang-siuran berita Ice Cold a.k.a kasus Es Kopi Vietnam yang membawa nyawa Wayan Mirna melayang, tersirat beberapa pertanyaan mendasar di dalam hati. 
"Siapa sih, Jessica itu? Siapa pula Mirna, sehingga kasus mereka seolah menjadi maha penting, dan anehnya melibatkan banyak sekali aparat dan petinggi negara?"
.... hell yeah...

    Sebagai bagian dari negeri Konoha yang telah lama dipimpin oleh Hokage, jika mendengar kasus-kasus aneh, bikin merinding, dan tuntas secara ajaib (baca : lenyap) - maka aku telah lama melatih urat saraf "ojo gumunan - ojo kagetan - ojo dumeh" (jangan mudah kagum, jangan mudah kaget dan jangan mentang-mentang/sombong) sebagai bagian dari menjaga kewarasanku.
"Ah, elo masih mending hidup di Konoha, daripada hidup di Wakanda?" salah seorang teman menyeletuk. Ia sendiri kabur dari negara Wakanda beberapa tahun lalu, karena tak kuat dengan sistem pemerintahan berupa kerajaan.
    Konoha dan Wakanda memang layak menjadi sarkasme dari penggambaran kondisi sebuah negara, terutama yang menyangkut sistem. Tentu saja sebuah sistem semrawut dengan berbagai permasalahannya.

Res Judicata pro Veritate Habetur

Yes.
Kata orang-orang hukum, "Putusan majelis hakim harus dihormati, dihargai dan dianggap benar." 
    Di dalam sebuah kasus, apalagi kasus yang berat dan besar, tentu saja sudah ada inkrah atau memiliki kekuatan hukum tetap. Tapi, lagi-lagi ini kan opini yang berkembang, ada banyak sekali netizen yang akhirnya membongkar kasus ini dari banyak sudut dan point of view (thanks to media social, if we don't have it, we can't speak up louder).

    Aku sih, karena tidak kompeten membahas ini semua, karena bukan anak hukum, dan juga tak terlalu paham, aku hanya bertanya-tanya : 

>> Kenapa kasus ini seolah terbuka lebar - namun sebenarnya banyak yang ditutupi?

>> Kenapa banyak sekali petinggi dan aparat yang terlibat?

>> Kenapa tuduhan itu terang-terangan ke sahabatnya - padahal yang bisa melakukan hal ini banyak sekali?

>> Kenapa autosi menyeluruh di awal kasus tidak dilakukan? 

>> Kenapa asuransi Mirna menyentuh  angka miliaran?

>> Kenapa .. kenapa .. kenapa... 

Banyak sekali kenapanya!

Kalo kata mas Yonathan, seorang tiktoker - yang ahli hukum - kasus ini tuh  secara hukum, banyak sekali proses scientific crime yang digunakan cacat prosedur!

Jadi, masih ada secercah harapankah buat Jessica? Ada, jika ada novum atau bukti-bukti baru! Peninjauan kembali ini sesuai dengan SEMA No 4 tahun 2016.

Titik Hulu, Kasus Yang Mbulet dari Mula?





    Opini yang berkembang -tentu saja tak bisa disalahkan. Sebagai bagian dari netizen budiman yang mengamati dari kejauhan, aku hanya menelan ludah.

    "Kawan, kalian kok berani kali? Nyawa orang loh ini.. nasib orang loh, ini!"

    Aku tidak tahu siapa yang "bersalah" dan siapa "otak" di balik semua ini. Aku hanya mendoakan semoga keadilan dan kebenaran, akan dibukakan oleh Tuhan Sang Maha Adil, Sang Maha Penyayang, Sang Maha Hakim Agung. 

Udah ya, aku mumet.















3 komentar

  1. Saya juga beberapa hari yang lalu sempat membaca berita ini. Semoga saja keadilan tetap berdiri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, gemes juga baca dan dengar beritanya ya

      Hapus
  2. Saat tujuh tahun lalu, kasus Jessica ini disidangkan, keriuhan luar bisa tuh tak terhindarkan. Jessica, Mirna, dan semua saksi termasuk ahli menjadi materi pembicaraan hangat. Ruang sidang dipenuhi publik yang terpecah pada dua sisi. Apalagi setelah pengacara Jessica berpindah ke tangan Otto Hasibuan. Pertempuran pendapat para ahli pun seru banget, kita, publik yang tak paham dengan konsep otopsi, racun meracun, planned crime, mendadak dapat banyak ilmu baru.

    NETFLIX nih yg kemudian bikin gara-gara hahahaha. Film dokumentari mereka mendadak hibes, naik daun, sehingga kasus ini jadi pembicaraan kembali. Alamak jang. Kasus yang sudah inkrah, melewati berbagai level pengadilan pun seperti tidak ada maknanya. Serem banget ah.

    Sama seperti Tanti, akupun tak punya keyakinan memihak kemana. Karena semua kembali absurb tanpa petunjuk dan bukti yang jelas. Apalagi kehadiran ayah almh Mirna mendapatkan perhatian istimewa karena keberaniannya dalam bersuara.

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)