KARYA MINIMALIS DALAM DUNIA SENI

karya Sol LeWitt: A Wall Drawing Retrospective

Satu dekade terakhir, aliran seni dunia dibanjiri oleh konsep minimalis. Minimal dalam segala hal.

Coba saja lihat,  sampai-sampai kendaraan juga ikutan berbentuk mini!

Belakangan beredar lagi aliran seni lukisan minimalis mengusung kesederhanaan dan fokus pada elemen-elemen esensial. Misalnya, hanya menggunakan dua warna - dan dengan konsep garis sesederhana mungkin.

(apa kabarnya neng Tanti yang kalo gambar sungguh memperhatikan detail ya!)

Pada dasarnya, seni minimalis mengekspresikan keindahan dan kebenaran melalui bentuk-bentuk yang sederhana dan garis-garis yang tegas. Untuk mengenali konsep minimalis ini, yuk kita lihat pakemnya dan siapa saja seniman terkenal di balik karya mereka yang legendaris itu!

Konsep Aliran Seni Minimalis

1. Menggunakan Pola Geometris: 
Seni minimalis sering menggunakan bentuk geometris seperti lingkaran, persegi, atau garis lurus. Warna yang digunakan biasanya terbatas dan kontras.


2. Monokromatik: 
Beberapa seniman minimalis memilih palet warna monokromatik, dengan hanya satu warna dominan. Ini menciptakan kesan tenang dan harmonis.


3. Penggunaan Ruang Negatif:
Seni minimalis sering memanfaatkan ruang kosong atau negatif untuk menonjolkan bentuk-bentuk dasar.

Jadi memang seni minimalis ini konsep utamanya adalah mengurangi kompleksitas dan menghadirkan keindahan melalui kesederhanaan. Setiap interpretasi tergantung pada pengamatnya, dan itulah daya tariknya.

Seniman di balik Karya Minimalis

Josh Sperling

Dive Into the Surprising "Daydream" of Artist Josh Sperling adalah tajuk yang dibawakan oleh Josh Sperling. 

Ia  mempersembahkan 4 rangkaian lukisan warna-warni dalam pameran bertajuk "Daydream" yang wajib dilihat di Perrotin di New York.





Karya Frank Stella: 

Salah satu seniman minimalis terkenal adalah Frank Stella. Karyanya yang berjudul “Die Fahne Hoch!” (1959) adalah contoh bagus. Meskipun namanya diambil dari lagu resmi para Nazi, karya ini sebenarnya tidak memiliki makna tertentu selain judulnya. Stella menggunakan garis-garis dan bentuk sederhana untuk menciptakan karya yang menggugah pemikiran.





Mono-ha, Seni Minimalis di Jepang 

As always, Jepang selalu punya sebutan khusus untuk karya seni mereka. 
Di Jepang, gerakan seni minimalis dikenal sebagai Mono-ha atau “Sekolah Benda.” 

Para seniman Mono-ha mengeksplorasi bahan-bahan alami dan sifat-sifatnya, menggabungkan elemen-elemen sederhana menjadi karya yang memperlihatkan keberadaan benda itu sendiri.


Mono-ha (もの派) adalah nama yang diberikan pada gerakan seni yang dipimpin oleh seniman Jepang dan Korea pada abad ke-20. Para seniman Mono-ha mengeksplorasi pertemuan antara bahan alami dan industri, seperti batu, pelat baja, kaca, bola lampu, kapas, spons, kertas, kayu, kawat, tali, kulit, minyak, dan air, menyusunnya dalam keadaan yang sebagian besar tidak diubah dan bersifat sementara. 


Karya-karya mereka berfokus pada ketergantungan antara elemen-elemen ini dan ruang sekitarnya, selain pada materi itu sendiri.

Gerakan Mono-ha muncul sebagai reaksi terhadap beberapa peristiwa sosial, budaya, dan politik yang terjadi pada tahun 1960-an. Para seniman Mono-ha, kecuali Lee Ufan yang lebih tua satu dekade, baru saja memulai karier mereka ketika protes mahasiswa yang keras terjadi pada tahun 1968–69. Pada saat yang sama, terjadi banyak protes terhadap perpanjangan kedua Perjanjian Keamanan AS-Jepang (dikenal dalam bahasa Jepang sebagai Anpo) pada tahun 1970, yang mengikat Jepang untuk memberikan dukungan logistik bagi perang AS di Vietnam.

Gerakan Mono-ha menandai pendekatan inovatif terhadap seni dengan mengeksplorasi bahan dan kualitas inheren mereka, sebagai reaksi terhadap perkembangan dan industrialisasi yang tak kenal lelah di Jepang.

Itu dia beberapa aliran minimalis yang saat ini dikenal dunia. Sepertinya masih banyak aliran minimalis lainnya yang kapan-kapan akan aku tulis!

8 komentar

  1. Karya minimalis tetapi kalau dijual harganya maksimal ya, hehehe. Bagus bener ituu karya-karyanya. Apa para seniman sudah capek membuat karya yang terlalu detail dan melelahkan sehingga bikin yang minimalis aja?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haaa bener banget Bun. Di era kemunculan seni minimalis biasanya setelah era detail yang ruwet

      Hapus
  2. Yang menarik memang karya seni lahir sebagai bentuk 'reaksi' dari peristiwa sosial, budaya, dan atau politik tempat si seniman itu berkarya. Sehingga di balik teori/aliran yang selalu berkembang, satu yang nggak berubah dari karya seni itu sendiri adalah 'ide'.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang bikin "mahal" (valueable) memang IDE ya bang Raja

      Hapus
  3. Terlihat simpel ya mbak tapi itu pasti harganya mahal. Tapi jujur saya lebih senang melihat yang minimalis begini ketimbang lukisan yang abstrak heu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini sih masuknya juga abstrak mbak Antung, deskripsinya ada di tulisan yang lalu deh kalo ga salah

      Hapus
  4. Meskipun disebut karya seni minimalis, tapi hasilnya gak minimal, karena wow sekali. Kadang enggak kepikiran ya, dari satu objek aja bisa jadi tampilan yang cakep. Permainan warnanya juga enggak banyak, kontras tapi nyambung. Eh, gimana? Hahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbaaak! Namanya juga minimalis - ya MINIM warna - minim gaya
      kok jadi inget ya quote lucu yang apa tuh, kalo kamu kebanyakan gaya maka apaaaa gitu (((LUPA :( )))

      Hapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)