Scale Up Business dengan 7 Divisi Bisnis



    Cerita bisnis berikut adalah curhatan seorang pengusaha pada seorang mentor bisnis. Nah, karena ternyata hal ini related dengan apa yang sedang kurintis, maka kutuliskan saja ya sebagai pengingat juga!

"Pak, saya pernah ikut sebuah seminar bisnis dari seorang motivator. Dia bilang bisnis yang bagus itu jika usahanya jalan, tapi bosnya jalan-jalan. Saya praktekkan, Pak. Eh ternyata  setahun pertama, yang terjadi adalah bosnya jalan-jalan, bisnisnya bangkrut!"

Kayak deja vu nggak sih? Siapa yang pernah berusaha bisnis tapi hasilnya tak seperti yang diharapkan? 

Lantas, siapa di sini yang tak pernah ikut-ikutan seminar motivasi? 

Baik itu diajak teman dengan sadar, atau bahkan "terjebak" - nyatanya hampir semua manusia dewasa 75% nya pernah tergiur dengan iming-iming bisnis dalam bentuk apa pun.

Jujur saja, aku dan beberapa teman yang berprofesi sebagai lifestyle blogger juga sering kok tergiur dengan iming-iming bisnis ini!

Ya namanya pengen jadi pengusaha kan, siapa sih yang enggak kepengin bisnisnya autopilot? Pengusaha mana sih, yang enggak kepengin bisnisnya ditinggal tapi bosnya jalan-jalan, foto di Paris foto di Amerika, tapi usahanya tetap jalan? Enak banget kan? Tapi setelah dipraktikkan, ternyata malah boncos!

Bahkan kejadian kasir dibobol - karyawan korupsi dan bahan baku yang ditaruh di kulkas hilang! Kenapa ya semua itu terjadi? 

Jika hal itu terus terjadi, bangun bisnis tapi tak pernah percaya dengan sistem dan tak mau diversifikasi usaha, maka bisnis akan terus jatuh bangun, rugi di waktu dan uang. Selain itu bisa menyebabkan stres .. amit-amit kan!

Seorang pakar bisnis bernama Chandra Putra Nagara menuturkan, di dalam sebuah bisnis yang sehat, terdapat tujuh celah bisnis yang memungkinkan bisnis bisa berjalan dan bertumbuh dengan baik.

Tapi, sebelumnya Chandra memberikan 5 level atau tahapan menjadi pengusaha. Yuk kita simak.

1. Level UMKM - semua dilakukan sendiri. 

Ini dilakukan oleh semua pelaku bisnis di awal karier. Mulai dari menyiapkan bahan baku - masak - packing - buat iklan sampai melayani pembeli.

2. level 2 - memiliki karyawan

Bisnis sudah mulai dibantu oleh beberapa orang karyawan. Dengan beberapa orang karyawan tersebut, artinya omset bisnisnya sudah mulai lebih gede. 

Bisnis omsetnya sudah mulai lebih banyak, dan dari situlah akhirnya customer atau pelanggan yang akan menghidupi bisnis tersebut. Artinya, ada modal lebih untuk membuat skala bisnis menjadi lebih besar. 

3. Level 3 

Tantangan untuk scale up ke bisnis level 3 adalah sudah harus menyiapkan tujuh divisi terlebih dahulu, yang akan bisa membuat bisnis menjadi autopilot. Apa saja 7 divisi tersebut?
  • Divisi produksi 
Produksi memegang peran penting, jangan sampai jika produk sudah diminati lalu barang kosong. Pastikan barang ready!

Kan enggak lucu, ketika kita menaruh di menu - ada best seller bakso beranak  atau kopi dalgona contohnya. Eh, ketika orang pesan, barangnya kosong. Ya,  sekali gak apa-apa kalau sudah dua kali, bisa dipastikan pelanggan akan lari. 

Coach Chandra mengatakan, sebaiknya kurangi saja menu yang lain, dan fokus pada menjual yang besteller 

Ini berlaku juga jika barangnya maklon (maakloon atau jasa pengolahan produk yang dilakukan oleh pihak lain atau perusahaan maklon) 

Gunakan MOQ atau minimum of quantity - misalkan kita harus order tertentu 10.000 pieces misalnya.

Pastikan, pada saat menjual kita punya persediaan stok minimal 5 sampai 6 bulan ke depan.

  • Divisi yang kedua yaitu sales and marketing.


Kita tahu, kalau ngomong jualan bakso semua orang juga jualan bakso. Tapi kenapa harus mampir ke Depot bakso Anda?

Pastinya, sales dan marketing yang berperan penting dan berbeda. 

Misalnya, jika menjual bakso yang viral. Pastikan spot-spot warung bakso tersebut instagramable- karena foto memainkan peranan penting, sehingga secara tidak langsung kita membuat pelanggan jadi tim sales dan marketing secara gratis! 

  • Divisi yang ketiga atau celah yang ketiga yaitu; administrasi dan legalitas 
Kita ingin bisnis kita autopilot, tapi surat SIUP aja tidak ada, PT tidak ada legalitas tidak ada, BPOMnya tidak ada. Jika yang dijual makanan halal, pastikan ada label halal dari MUI.

Pastikan juga kita setor untuk PPN dan PPH  - maka dari segi pajak administrasi rapi. Serta satu yang sering dilupa, ada HAKI atau hak kekayaan intelektual.

  • Divisi keempat adalah divisi Finance 
Aturan pertama, jangan lagi gunakan sistem manajemen konvensional. Contoh; kita jualan bakso hari ini dapat uang 2 juta - tapi bahan baku yang keluar berapa, maka kita bingung kalau secara secara konvensional! 

Kedua, sediakan CCTV - sehingga jika ada karyawan atau kasir yang korupsi langsung bisa diselesaikan masalahnya, tak sampai terjadi berlarut-larut dengan efek kerugian yang semakin menumpuk.

Ketiga, tentu saja harus dibedakan antara uang buat modal kerja sama uang belanja keluarga dan uang pribadi.

  • Divisi kelima ini adalah divisi pembukuan atau accounting 

  • Divisi keenam yaitu divisi research and development 
Ini hal yang sangat penting! 

Kita semua tahu, ada yang namanya trend dan  life cycle product. Dengan memiliki tim R & D kita bisa memastikan ikut yang sedang trend dan juga memastikan produk masih lama expired date-nya.

  • Divisi ketujuh yaitu inventory system atau sistem pergudangan 


Kita mengenal sistem namanya FIFO atau first in first out - jadi barang yang datang duluan itu harus dikeluarkan duluan.

Misalnya kita lihat ada  promo buy one get one atau minum kopi free donat . Kenapa kok bisa dipromo dengan harga murah? Karena dia mau mengejar barang expired. Karena itu barang yang cepat harus keluar duluan!

Jika semua diversifikasi tujuh divisi ini sudah berjalan dengan baik, maka bukan tak mungkin level bisnis kita akan meningkat dengan pasti dan kita akan jadi pengusaha yang bisa jalan-jalan, dan bisnisnya scale up.

Terakhir, coach Chandra memberikan tips mendapatkan pelanggan tetap yang loyal, atau mempertahankan pelanggan yaitu : 

  • Berikan nilai tambah! 
Saya pernah makan di sebuah resto dan dipersilakan ambil nasi putih sepuasnya. Kebetulan customernya adalah mahasiswa, daaan... kita tahu mahasiswa itu kalau makan kan banyak yaa buuun.... nasi putih enggak cukup satu kadang-kadang bisa tambah berkali-kali.

Nah karena resto ini tidak memberikan batasan nasi, maka bisa dipastikan pelanggannya akan ke sana lagi dan lagi, karena apa? Karena butuh!

  • Memberikan free flow di jam atau waktu tertentu

Ini misalnya : setiap Kamis pagi dari jam 10.00 - 12.00 free gorengan setiap beli es teh manis. 

Ini kan diberlakukan oleh para all you can eat resto itu, mereka mempersilakan kita makan sepuasnya selama 2 jam, kan?

  • Komen positif - review bintang 5 di google map

Bukankah ketika orang sekarang searching sesuatu produk dia Googling dulu dia cek dari aplikasi tertentu, dia lihat rate-nya bintang berapa dulu, di bawah rate bintang berapa? 

“Seorang pengusaha dapat terus menghasilkan uang bila sanggup menemukan solusi dalam menghadapi tantangan dan membentuk sistem guna meningkatkan omzet. 
Sistem lah yang akhirnya membantu uang mengalir dengan sendirinya. Mindset ini yang harus Anda tanamkan jika ingin menjadi pengusaha,” tutup Coach Chandra.

Semoga tips-tips di atas bisa membantu scale up your business yaaa!

5 komentar

  1. Aku pernah buka warung pempek dulu, dan kalau dilihat dari penjelasan ini, berarti usahaku itu udah masuk level 2. Sebenernya nyerempet ke level 3 tapi apa-apa masih dikerjakan sendiri. Soal salah satu ide menggratiskan orang nambah nasi putih itu emang oke banget. Sebetulnya ya kayak subsidi silang. Nggak semua orang makannya banyak. Yang makannya sedikit atau kalau lagi diet karbo hehe, maka jatah nasinya kan diambil sama yang nambah.

    Biasanya akan ada aspek lain buat nutupin itu. Misalnya dengan menjual aneka minuman kemasan. Jualan air itu yang untungnya luar biasa banyak, bahkan bisa nyaingin jualan makanannya itu sendiri ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dengan adanya kemudahan teknologi digital - gak mempekerjakan karyawan (karena kan pertimbangannya belum sanggup menggaji ya) bagus kalau pake tools ya mas

      Hapus
  2. Wah..suka deh dg tulisan ini. Kumplit tips-tipsnya.. Insyaallah akan bermanfaat bagi pembacanya baik yg sedang merintis bisnis atau yg ingin menaikkan skala bisnisnya. Terima kasih sharing nya ya....

    BalasHapus
  3. Dulu pernah buka bisnis tapi masih level 1. Kalo paksu pernah bisnis jualan minuman sari mawar dan sampai ke level 2.

    Dari bisnis maka aku belajar bahwa gak cukup untuk belajar teknik2 marketing tapi juga manajemen, produksi, dll.

    Salut ama pengusaha yg bisnisnya udh autopilot.

    BalasHapus
  4. Aku sebenernya gak paham bisnis, ka Tanti.
    Tapi akhir-akhir ini jadi dipaksa paham karena memang suami seorang businessman yang bergerak di bidang desain dan konstruksi. Dan kudu banget kalau di bidang ini tuh uangnya muter dengan jumlah yang lumayan besar. Istilah uang dingin untuk pelancar proyek ini, iya banget.
    Dimana-mana kejadiannya begini.. dan membuat kita kudu bener-bener memisahkan rekening pribadi dan rekening pekerjaan di beberapa pos kebutuhan.

    Masih tetep lieeuurr kalau ngobrolin bisnis.
    Huhuhu... kaya yang prakteknya gak semudah yang dibayangkan.

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)