Ketika Putriku Jatuh Cinta: Bukan Larangan, Tapi Pelukan



Ada satu fase yang hampir pasti dilalui seorang anak perempuan saat beranjak dewasa: jatuh cinta.

Ia mulai mengenal degup yang berbeda saat nama seseorang disebut, senyum kecil saat ponsel berbunyi, atau rasa gelisah yang muncul tanpa alasan yang jelas.

Sebagai orangtua, melihat anak perempuan mulai menjalin hubungan dengan teman seangkatannya di kampus bisa jadi hal yang menggembirakan, tapi sekaligus mencemaskan. Terutama ketika cinta itu masih muda, penuh gejolak, dan kadang tak diiringi kesadaran akan batas.

1. Jangan Menghakimi, Tapi Dekati

Langkah pertama dan paling penting adalah tidak langsung melarang atau memarahi. Kasmaran bukan kesalahan, itu bagian dari tumbuh dewasa. Tapi cinta tanpa bimbingan bisa membuat anak salah arah.

Orangtua sebaiknya hadir sebagai pendengar, bukan hakim. Bukan hanya bertanya “siapa dia?”, tapi juga membuka ruang dengan kalimat seperti:

    “Ayah dan Ibu dulu juga pernah merasakan itu… mau cerita sedikit tentang dia?”

Saat anak merasa didengarkan, ia cenderung terbuka. Dan dari sanalah orangtua bisa mulai menanamkan nilai.


2. Ajarkan tentang Batas dan Bahaya Rekam Jejak Digital

Generasi hari ini hidup di dunia yang tak hanya nyata, tapi juga maya. Foto-foto, story, chat pribadi, semuanya bisa tersimpan dan tersebar dalam sekejap.

Katakan pada anak:
“Apa yang kamu kirim ke seseorang hari ini, bisa saja muncul di layar orang lain bertahun-tahun dari sekarang. Meski kamu sudah tidak bersama lagi.”
Bicarakan secara nyata tentang risiko mengirim foto pribadi, chatting yang terlalu vulgar, atau video call yang tak disadari direkam. Bukan untuk menakut-nakuti, tapi agar anak mengerti: internet tidak pernah lupa.

3. Diskusi Tentang Tubuh dan Pilihan

Mungkin ini bagian paling sulit: membicarakan soal hubungan intim. Tapi diam bukanlah pilihan bijak. Anak harus tahu, hubungan fisik tidak sesederhana “karena cinta.”

Ajarkan bahwa tubuhnya berharga, dan pilihan untuk menjaga batas bukan berarti kuno atau kolot, tapi bentuk cinta pada diri sendiri.
Katakan juga:

“Cinta yang baik tidak akan mendesakmu untuk memberikan sesuatu yang kamu belum siap berikan.”

4. Tanamkan Konsep Harga Diri, Bukan Malu

Daripada membuat anak takut akan “aib”, lebih penting mengajarkan harga diri. Bahwa dirinya bukan hanya pantas dicintai, tapi juga dihargai dan dilindungi—oleh pasangannya, dan oleh dirinya sendiri.

Ajarkan bahwa cinta yang sehat itu tidak menyakiti, tidak memaksa, dan tidak menjatuhkan.

5. Ajarkan Pentingnya Menjaga Pandangan Mata

Salah satu bentuk nasihat yang bijak dan sesuai ajaran Islam adalah mengingatkan pentingnya menjaga pandangan. Karena dari mata, banyak hal bermula—termasuk keinginan yang bisa menjerumuskan.

Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nur ayat 30-31:
"Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: 'Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.' 
Dan katakanlah kepada wanita yang beriman: 'Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya...'"

(QS. An-Nur: 30-31)

Pandangan mata yang dibiarkan liar bisa menjadi zinā kecil, yaitu pintu awal dari perbuatan yang lebih besar. Maka penting bagi anak untuk tahu bahwa menjaga pandangan adalah bentuk penjagaan diri yang diperintahkan oleh Allah.

6. Jadilah Rumah, Bukan Penjara

Anak yang merasa aman di rumah tidak akan mencari sembunyi-sembunyi di luar. Maka peran orangtua adalah menjadi rumah yang ramah, bukan penjara yang dingin. Anak perempuan butuh tahu bahwa saat ada hal yang membuatnya ragu atau takut, ia bisa kembali dan didengarkan—tanpa dimarahi lebih dulu.


Penutup:

    Cinta pertama bisa jadi pelajaran, bisa juga jadi luka. Tapi dengan orangtua yang hadir sebagai teman, penuntun, dan pelindung, anak perempuan bisa belajar mencintai—tanpa kehilangan dirinya sendiri. Dan di dunia yang serba cepat ini, itulah hal terbaik yang bisa diberikan oleh orangtua: panduan yang hangat, bukan kontrol yang membekap.

Tidak ada komentar

Posting Komentar

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)