MANA EKORKU ?



Menjadi benda yang kecil, putih dan berbulu itu tidak menyenangkan, loh. Aku kasih tau ya, penyebabnya.
Sedang santai di kandang atau pagi saat aku menikmati sarapan, tau-tau.. sett .. digendong. Melayang-layang dengan kaki menjuntai, terus dicium-cium.

Ih.. bukan yang mencium saja kegelian terkena bulu-bulu lembutku. Aku juga! Coba bayangkan, yang menciumku itu biasanya juga belum mandi. Eh, itu geli sama baunya yah.. hi hi..

Sekilas info, ya. Namaku Lion. Yap. Lengkapnya Lion Nesolagus Netseherischlgel. Nama yang terlihat keren ini sebenarnya karena majikanku malas mencari nama. Jadi ia menempelkan nama Latin rasku. "Beres!" mungkin begitu pikirnya.

Dan kata nenek buyutku, nama kelinci itu diambil dari bahasa Belanda, konijntje yang berarti "anak kelinci".


Aku hijrah dari Sumatera dua tahun yang lalu, dibawa oleh Paman Jo Sinaga.
Umurku waktu itu baru 2 bulan. Aku dihadiahkan pada putrinya, Rumondang yang
berkawat gigi dan berkacamata tebal. Aku sih tidak menolak menjadi
peliharaannya. Tapi majikan kecil ini sering menyuruhku makan. Aku sampai mengalami kegemukan.

Oh ya, paman Jo adalah pemilik Pet Shop atau toko binatang peliharaan,
sehingga aku memiliki banyak teman. Ada marmot, burung kakatua, burung kenari, tikus putih, dan lain-lain. Kami juga sering diikutkan dalam berbagai kontes binatang peliharaan.

Seperti pagi ini. Paman Jo berencana mengikut sertakan aku dan beberapa jenis kelinci lainnya dalam Kontes Kelinci Ras Nasional. Seperti biasa, menjelang kontes aku sudah dimandikan dan diberi makanan sehat berupa rerumputan segar dan sepotong wortel.

Tiba-tiba..

“Heh, Lion… kalo makan pelan-pelan dong. Kan kamu sudah gendut!” 

Si cantik Lupita Loopy, seekor kelinci fuzzy lop Perancis yang sering memenangkan
kontes, mengernyit .. hidungnya yang bangir bergerak-gerak menggemaskan.

Bah. Aku mengerem kunyahanku seketika, menatapnya tajam.

“Lupita,  jangan suka mengganggu. Selera makanku jadi hilang!”

 “Huuh , kelinci pemarah. Lihat saja nanti, pasti aku yang menang. Kan ekormu tidak ada.”  Ia melenggang pergi bersama teman-temannya.

Haha.. dasar kelinci sombong, batinku. Kres..kres.. apa iya ekor bisa hilang. Aku masih mengunyah. Kres.. kraauk.. kraauk..  Iseng, kuputar wajahku hingga sembilan puluh derajat, mencoba melihat belakang tubuhku. Aku terkesiap.

Benar! Ekor bulat dengan bulu panjang kebanggaanku lenyap! Segala cara kucoba, tapi ekorku hilang! Dengan panik aku berlari ke arah kandang, berharap ekorku ada disana. Nihil. Aku segera berlari lagi ke kebun. Kukitari dengan teliti. Tidak ada!

“Liooon.. Lion, dimana kau..” suara Rumondang  melengking
memanggil. Aku merunduk dalam semak rhododendron, sambil dengan cemas mataku mencari-cari. “Ah, aku sarapan dulu saja.” gumamnya. Keringat sebesar butir jagung membasahi buluku yang tebal. Bagaimana ini.

Bibi Audrey, seekor kelinci tua yang sudah rabun dan sedang makan di dekatku menolehkan kepalanya. “Ada apa, Lion, kelihatannya kamu gelisah sekali?”

“Bibi Audrey, hari ini ada kontes kelinci ras, dan aku kehilangan ekorku..huk..huk..” terbata-bata aku bicara, dadaku sesak menahan tangis. Bibi Audrey terkejut.

“Wah! Gawat sekali. Mari kita cari bersama ekormu. Terakhir kamu bermain di mana?” Aku menunjukkan tempat-tempat terakhir aku bermain. Tapi sampai cape kami melompat, ekorku tidak ada juga.  Saat ini ingin rasanya aku masuk ke perut bumi, malu kalau di kontes nanti hanya aku kelinci yang tidak memiliki ekor!

Dalam kebingunganku, Lupita Loopy dan kelinci lain yang sudah duduk manis dalam kandang terlihat geli melihat tingkahku. Aku menunduk lemas. Dan.. apa itu? Ada beberapa helai bulu menyembul tapi tidak bisa terlihat karena terhalang perut buncitku.

“Bibi Audrey, tolong bibi ke belakangku, dan raba di bagian bawah ini, apa benar ini ekor?” pintaku. Bibi Audrey memutar ke belakang. “ Ya, benar.. aduh, kamu ini yaa.. “

“Maaf bi, tadi Lupita yang memberi tahu.” Aku memandang gemas kearah Lupita dan kawan-kawannya. Meledaklah tawa Lupita Loopy, dan beberapa kelinci lain. Bahkan ia terpingkal-pingkal geli.

“Haa.. haa.. kena kamu, Lion! Makanya jangan kegendutan.. hi hi ..hug.. uhug..kkk…hiiik” mata Lupita melotot, suara tawanya hilang, berganti dengan wajah panik. Ternyata ia tersedak wortel yang sedang dikunyah! Kami semua terdiam.

Sigap, aku menghampiri dengan bibi Audrey, dan.. hap! Bibi Audrey melompat ke punggung Lupita yang
putih, dan.. pluk! Wortel itu terlontar dari mulut Lupita Loopy, sebagai
gantinya, punggungnya sekarang kotor terkena kaki bibi Audrey.

Saat itu, Rumondang berlari kecil menghampiri. “Nah, Lion dan Lupita, kita berangkat ya. Papaaa..! Lupita Loopy kotor sekali bulunya! “ ia memanggil papanya.

Paman Jo bergegas menghampiri. “Wah, sudah terlambat nak, untuk membersihkan bulunya lagi. Kali ini biar Lion saja yang ikut kontes.”
Rumondang mengangguk setuju. Seet. Digendongnya aku dan dimasukkan kandang. Sekilas kulihat bibir mungil Lupita bergerak-gerak mengucapkan terimakasih. Ia tertunduk malu mengawasi kepergianku.

Aku mengedipkan sebelah mata padanya. Well…kalau saja tadi ia tidak jahil padaku, mungkin saja saat ini kami berdua sudah berangkat menuju tempat kontes itu. Nah.. teman, lain kali kalau mau berbuat jahil sama teman, kakak atau adik kalian, ingat kisahku ini ya.

Oh!  Aku juga berjanji dalam hati, selezat apapun kangkung dan wortel, aku akan berusaha mengurangi porsi makanku, agar lain kali tidak 'kehilangan' ekor lagi..

Tidak ada komentar

Posting Komentar

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)