ICIP-ICIP GUDEG BU YATI YANG GURIH DI DAPURAYA



Sore itu, Kim Nana, salah seorang sahabat blogger mengajakku bertemu. 
Tidak ada kepentingan khusus selain kangen, tentu saja. 

Selama ini, kami bertemu saat event blogger. Pertama kali aku bertemu Nana adalah di acara launching buku Kang Maman.

Tapi Kim Nana sudah aktif bekerja lagi di sebuah perusahaan Perancis,  Tebodin.  Aku pun, sedang mempersiapkan beberapa buah naskah buku cerita bergambar anak. Praktis, kami sudah lamaaa tak jumpa!

Karena ketemunya di Blok M, maka kami sepakat untuk ke Dapuraya. Konsep ambience tradisional dengan aneka pilihan menu kuliner Indonesia ada di sini. Tak hanya itu, aku juga senang dengan susunan resto yang cozy.

Dapuraya memang mengusung konsep jadoel lengkap dengan ornamen dan berbagai aksesoris penunjang, seperti sangkar burung, gerobak dan meja-meja makan kayu khas tempo doeloe.

Courtesy : thefreakyteppy.com 
courtesy : Great Indonesia
Dapuraya Pasaraya terletak di lantai LG Pasaraya Blok M, dan diresmikan 21 Desember 2012. Dengan luas area 4.500m2, dan mampu menampung 300 pengunjung yang siap menikmati makanan-makanan khas Indonesia dari 155 gerai yang ada.

Lalu apa saja makanan yang bisa kita lahap di Dapuraya? Banyak sekali tentunya, Rawon, Sop Buntut, Es Doger, Nasi Ayam Bekakak. Di sini juga ada resto masakan Padang, ditambah menu favorit penduduk Jakarta seperti Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih, Sate Padang Ajo Ramon.


Karena di kebanyakan acara hampir selalu dengan sajian western food, atau resto cepat saji, tak salah jika pilihanku jatuh pada Gudeg Yogya Bu Yati. Selain gerai masakan tradisional, juga ada aneka jajanan seperti Kue Cubit, Rujak Bebeg dan Kerak Telor. 

Aku memesan minuman Wedang Jahe, Es Selendang Mayang dan Nana memilih Es Dawet.


Es Selendang Mayang
Cara berbelanjanya hanya dengan menukarkan uang dengan kupon. Kupon ini berlaku sesuai yang tertera, dan bisa di-refund jika tak habis dibelanjakan.



Sambil menghidangkan piring berisi seporsi Nasi Gudeg komplit, sang pemilik resto gudeg, Bu Yati menerangkan bahwa gudeg buatannya adalah makanan khas Jogja. 

Rupanya, ada dua jenis gudeg yaaa *kemana aja kamu Neng? Ada gudeg khas Yogya dan Gudeg Solo.

Perbedaan gudeg Solo dengan gudeg Jogja adalah di warnanya. Gudeg Jogja lebih kering, berwarna coklat tua, dan rasanya manis dan gurih. Sedangkan Gudeg Solo ada sedikit kuahnya dan yang terkenal adalah Gudeg Ceker. 

Umumnya pada gudeg Solo, kita akan menemukan daun singkong dan kacang tholo di dalamnya. Gudeg Solo sedikit berkuah- nyemek istilahnya- selain itu warnanya lebih muda. Gudeg Solo juga tak semanis gudeg Jogja.

Nah, di Dapuraya, saat aku datang ada kedua gerai gudeg ini. Silakan, tinggal pilih sesuai selera. Keduanya enaaaak!


Gudeg Bu Yati


Krecek atau sambal goreng dengan bahan dasar tahu dan kerupuk kulit
Opor ayam kampung yang royal banget arehnya (santan kental)
Terasa meresap gurih hingga ke tulang



Aneka gudangan (daging goreng dan bacem tempe atau tahu)
Telor yang sudah direbus hingga coklat
Gudeg Yogya Bu Yati ini dilengkapi dengan bacem tempe tahu, telur balado, tak lupa sambal goreng krecek, dengan dua jenis sambal yaitu sambal bajak dan sambal mentah. Satu porsi komplit IDR 45K.

Gudeg Bu Yati ini adalah salah satu pilihan menu kuliner terlaris di Dapuraya. Selain itu, di setiap acara, Pasaraya Blok M selalu menampilkan Gudeg Bu Yati. Perpaduan rasa manis gudeg, asin gurih pedas krecek dengan cabe rawit, maknyuuusss!

Tahu tidak, asal kata kuliner dan nama 'gudeg' ini berasal?
Alkisah, makanan ini dikenal ketika Raja menitahkan pembangunan kerajaan Mataram Islam yang berada di daerah Kota Gede pada tahun 1500an.

Saat itu, para pekerja harus membersihkan lahan yang banyak ditumbuhi oleh berbagai jenis pohon termasuk pohon nangka, jati dan melinjo. Nah, karena para pekerja melihat banyak sekali buah nangka muda dan berbagai jenis sayuran lainnya akhirnya mendorong para pekerja untuk memanfaatkannya sebagai bahan makanan.

Buah nangka yang ada akhirnya diolah dan dimasak dalam jumlah besar untuk bisa memenuhi kebutuhan para pekerja yang jumlahnya sangat banyak. Proses pengadukan (dalam bahasa Jawa disebut hangudek) menggunakan alat yang berukuran besar seperti dayung perahu. Nama gudeg sendiri diambil dari proses pengadukan tadi (hangudek menjadi ngudeg atau gudeg).

Karena ketersediaan buah melimpah dan relatif mudah didapat, maka dalam sekejap gudeg menjadi populer. Sebenarnya, bahan pembuatan gudeg itu sendiri tidak hanya terbatas pada buah nangka saja. 

Pondoh kelapa atau bunga kelapa (manggar) juga sering dibuat menjadi gudeg yang dinamakan gudeg manggar. Selain itu, terdapat pula gudeg yang dibuat dari rebung atau anakan pohon bambu, namun jenis gudeg ini sangat sulit untuk dijumpai, sehingga kita hanya mengenal gudeg yang terbuat dari buah nangka muda saja.

Citarasa gudeg yang manis dan gurih memang menjadi ciri khas dari makanan ini. Rasa khas dari makanan ini berasal dari proses memasak yang cukup lama. Proses memasak gudeg berlangsung hingga beberapa jam lamanya agar buah nangka muda tadi bisa benar-benar empuk dan bisa dikonsumsi. 

Gudeg dimasak bersamaan dengan daun jati, daun inilah yang memberikan warna coklat yang khas dari masakan ini.

Gudeg yang dimasak dengan menggunakan santan dan gula biasanya disajikan dengan nasi putih, lengkap dengan berbagai jenis lauk pauk seperti telur rebus, ayam kampung, tahu, tempe dan sambal goreng krecek yang terbuat dari kulit sapi. 

Salah satu gudeg Yogya terkenal, milik Bu Melly

Penyajian Gudeg Komplit
Jenis gudeg yang paling populer adalah gudeg basah yang memiliki kandungan santan yang cukup banyak. Namun seiring dengan perkembangan jaman dimana banyak orang yang ingin membawa gudeg sebagai oleh-oleh, muncullah varian dari gudeg yaitu gudeg kering dengan sedikit santan yang mampu bertahan lebih lama daripada gudeg basah.

Acara bincang santai dengan Nana ditutup dengan mencicipi es dawet ireng dan tempe mendoan dan cocolan sambal kecap.



Oh, tak lupa secangkir kopi hitam yang nikmat menutup perbincangan kami di sore hari itu. 

Sampai ketemu, dear Kim Nana.. 


9 komentar

  1. Aaaghhh mengundang selera. Bisa dicoba ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuk, ketemu Bu Yati biar didongengin sekalian

      Hapus
  2. Pertanyaannya adalah emang habis makanan segambreng gitu. Gue lihatnya juga dah kenyang

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahha... iya makan gudeg itu kalo lagi lapeeerrr banget

      Hapus
  3. Es selendang mayangnya menggoda

    BalasHapus
    Balasan
    1. Enak Tian, lembutnya tepung beras berpadu dengan kuah santan gurih dengan aroma pandan, manisnya dari gula aren. Sehat!

      Hapus
  4. Kenapa akoh mampirnya pas banget ke postingan yang ini ya mbak.. siang-siang puasa gini liat makanan enak-enak, pengen tempe tahu bacem jadinya huhu

    BalasHapus
  5. Hadeuhhh salah mampir, langsung mupeng sama es nya yang warna-warni mbak

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)