SEPINGGAN KANGEN DI WARUNG MELAYU MEDAN


Warung yang terletak di lintasan Gading Serpong itu terdengar sayup-sayup menyuarakan musik Latin yang lembut. Beberapa pengunjung terlihat santai menyesap secangkir kopi sambil bermain catur. 

Sesekali mereka terbahak, jika ada yang kalah. Catur memang satu strategi tertua dunia yang tetap dimainkan di semua kalangan. Serius tapi santai, ditemani secangkir kopi tubruk dan sepiring kecil kue Lopis ketan dengan kuah gula aren  kental. Aiiimakkk! Tak usah kau tanya, mertua lewat pun tak kau sapanya! 

Sekilas kulirik panel kayu besar bertulisan Warung Melayu Medan. Aaah, seketika terbit seleraku, membayangkan seporsi Lontong Sayur Medan yang berlimpah kuah kuning santan dengan aroma jintan.




Nah, itu dia si pemilik kafe. Wanita yang akrab disapa kak Merry, dan yang punya hajat mengundangku malam ini, Tuty. Senyum manis Jeng Tuty dengan renyah menyambutku dan keluarga. Segelas minuman dingin segera terhidang di hadapan kami. Anak-anak semangat meminum es markisa yang segar. 

 Ssst, kabarnya es Markisa asli ini memang bukan sembarang markisa, loh. Khusus diolah sendiri di dapur keluarga. Tak heran, sebotol besar dibandrol dengan harga ID R160ribu. Segelasnya saja sih murah, cukup merogoh kocek 19ribu, sejuk segar asam manis Markisa bisa kita nikmati. 





Menu yang tersedia di Warung Melayu Medan ini memang menu nostalgia. Buat "sesonoan" (kangen)  gitu.. Lihat saja. Soto Medan, Mie Sop Medan, Lontong kuah Medan, Nasi goreng teri Medan dan aneka kuliner terkenal Medan. 

Buatku, Soto Medan yang malam ini kucicipi rasanya juara! Seporsi Soto Medan merupakan pengejawantahan  kekayaan kuliner Indonesia yang memiliki banyak penggemar.

 Bukan hanya soal rasa, Soto Medan juga memberikan tampilan menggugah selera.

Kabarnya, ciri khas Soto Medan adalah terletak pada kuahnya yang berwarna kuning kehijau-hijauan, karena mengandung santan dan rempah. 

Semua bumbu yang ada di Warung Melayu Medan memang sengaja didatangkan oleh Mamak Tira. Wanita ayu bernama asli bukan Mamak Tira ini,  dipanggil sesuai dengan adat kebiasaan Medan, yaitu mamak dari anak pertama. 

Soto Medan adalah menu yang kerap dipesan dan  paling terkenal. 
 Di  Medan,  pengunjung bisa mencoba soto dengan memilih daging sapi atau daging ayam. Di sini kita pun bisa request. 

Malam ini, aku sukses menikmati lezatnya  Soto Medan yang gurih dan pedas. Soto Medan selalu terhidang dengan condiment semangkuk kecil sambal cabai rawit khusus asli Medan, seiris jeruk limo dan sepotong besar perkedel kentang.

Untuk penikmat Soto Medan *spoiler alert*  yang membedakan Soto Medan dengan soto lainnya adalah penggunaan jinten (jintan) pada bumbunya.

"Rasa kuah pasti segar ketika disantap,  meskipun kuahnya relatif kental karena mengandung santan. Semua karena kami hanya memakai bumbu rempah asli Medan," Mamak Tira memaparkan rahasia dapurnya. 

Ia menuturkan, di warung makan Melayu Medan, perkedel kentang  ternyata menambah cita rasa sehingga pengunjung dibuat ketagihan. Oya, di Medan sana, Soto Medan juga menjadi menu favorit masyarakat Kota Medan saat berbuka dan lebaran.



Usai bersantap malam diiringi live music yang sesekali mengalunkan music bosses, latin atau lagu Trio Sahata, kue lopis terhidang. Lagi lagi... terbit selera melihat lopis  ketan yang montok bermandikan gula aren dan serutan Kelapa. 

Tuan rumah yang berdandan cantik pun, tak segan turun tangan membantu membereskan piring hidangan. Ckck... satu manajemen luar biasa! Jika pun kapasitas 50 orang untuk dua lantai warung ini penuh, ringan sama dijinjing membuat pesanan cepat tersaji, dan meja sekejab bersih kembali! 

Malamku pun sempurna, ketika ditutup dengan menyesap kopi Singgalang yang terkenal itu. Aroma kopi yang wangi menguar, dan menemani langkahku pulang.




 Hmmm... rasanya tak segan kuayun langkah setiap kali senggangku, ke Warung Melayu Medan ini!

Terimakasih undangannya, Mamak Tira, kak Mona dan Merry!

5 komentar

  1. Enak banget itu lopisnya kayak bikinan orang Betawi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ih lopisnya beda bangeeet, lembut dan gurih gitu mbak

      Hapus
  2. aku gak nyobain lupisnya, tapi kayaknya menggoda banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. masak sih, itu loh yang tinggal sepotong hehehe

      Hapus
  3. Mbaa... ni tulisannya nikmat bgt dibaca.. jd kayak beneran ada dsana smbil dengerin live music :)

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)