BENARKAH ANAK-ANAK TAK PERLU BELAJAR BAHASA INGGRIS SEJAK DINI?

SALAH!

Dalam era MEA - Masyarakat Ekonomi ASEAN - yang sudah bergulir tahun 2016 ini, rugi besar jika kita tak bisa berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang diakui secara internasional!

Yes, I love bahasa!

Sebagai anak yang lahir dan besar di perbatasan, yaitu di Nunukan dan Tarakan, Kalimantan Timur, tak pelak sehari-hari bahasa yang aku gunakan adalah bahasa campuran. 


Ada bahasa Melayu, bahasa Indonesia, bahasa China dialek Hokkian dan bahasa Inggris "aneh" sejenis Singlish dengan aksen India gitu. Belum lagi, di sini semua suku (Jawa, Sunda, Bugis, Padang, Toraja dan Madura) saling berbicara dalam bahasa mereka sendiri!

(Baca : Sabtu Saat Neng Merindu)

Nah, dengan beragam bahasa yang berseliweran di kupingku setiap hari, tentu saja aku jadi anak yang kemal (kepo maksimal) dengan bahasa. Apalagi, almarhum Bapak memang rajin belajar bahasa. 

Ia mengenalkan aku dan kedua adikku dengan aneka buku serta kaset berbahasa Inggris, China dan Jepang kepada kami. Maklum, sebagai pegawai Kehutanan, Bapak memang kerap bepergian ke beberapa negara tetangga. 

Kecintaanku pada bahasa, membuat aku rajin mencari kosakata dalam aneka bahasa. 


Aku juga pernah mengajar bahasa Inggris untuk anak-anak di kampung sekitar rumahku secara gratis. Gratis, loh... semua sampe ke kertas, spidol, fotokopi materi hingga camilan aku sediakan. 

Hasilnya? Aku dimusuhin ibu-ibu mereka! 

Ahahaha... ternyata di era globalisasi seperti sekarang, masih banyak ibu yang menolak anaknya untuk diajarin bahasa Inggris!


Ya sudahlah, tak semua orang ingin belajar bahasa Inggris yah *menghibur diri*

Bagaimana dengan anak-anakku?
Mungkin, orang berpikir, dengan ibu yang suka sekali bahasa, pasti anak-anaknya juga jago berbahasa selain bahasa ibu, yah? 

Salah! 
Lingkungan ternyata juga menentukan, apakah anak bakalan suka atau tidak menggunakan bahasa lain.
  1. Aku dan suami tak sehati dalam menerapkan bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari di rumah. Kami berkomunikasi dengan bahasa Indonesia saja.
  2. Aku memang mengupayakan anak-anak sekolah di sebuah sekolah berpredikat bilingual school. Sayang, sekolah ini tak ditunjang dengan visi dan misi yang kuat, bias dengan keinginan lain mayoritas orangtua yang ingin anak-anaknya gape berbahasa Arab plus lulus tahfiz Qur'an. Hingga akhirnya, seiring waktu sekolah ini malah tak lagi menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya :( *cedih*
Well... ya akhirnya setengah-setengah deh. Bisa bahasa Inggris engga, bisa bahasa Arab boro-boro.. hehehehe..

Pentingkah Belajar Bahasa Inggris?
Satu pagi yang cerah, aku mendapat undangan resmi dari KEB untuk hadir di seminar tentang Optimizing Child's Learning Ability and Elasticity in Early Childhood dari RISE, dengan narasumber Mrs. Hanlie Muliani, M. Psi. Beliau adalah penulis buku How To Deal With Your Child.

Ah, ini dia yang kutunggu! Aku sudah beberapa kali mendengar nama Rise yang sudah memiliki 4 cabang ini. Diprakarsai oleh Bina Nusantara, maka mereka menggandeng RISE Global untuk menghadirkan RISE Immersive Subject-based English (RISE) di Indonesia. 


RISE ini adalah tempat kursus bahasa Inggris untuk anak-anak berusia 2 sampai 12 tahun. Pembukaan RISE di Indonesia ini diadakan di Mall Living World Oktober tahun lalu. 

Rupanya, RISE menyadari pentingnya penguasaan bahasa Inggris sejak dini, sebagai persiapan menghadapi tantangan dan persaingan global di masa mendatang.

Bayangkan, saat ini media belajar di tengah-tengah perkembangan teknologi, menyebabkan perluasan pembelajaran bagi anak-anak. Mereka mendapat arus deras informasi dengan gadget yang mereka miliki. Dan ini berarti, kosakata yang digunakan tidak hanya terfokus terhadap kosa kata sehari-hari, tetapi juga pemahaman yang aplikatif dalam konteks kehidupan.

Sistem Pembelajaran di RISE
Sayang, karena pagi harus menghadiri acara perpisahan Grade 6 bang Dio, aku datang setelah Mrs Hanlie membuka acara. Untunglah, saat sesi pembukaan dilanjutkan dengan Multiple Intelligence System, aku sudah hadir.

Menarik, karena di sesi ini, Mrs Hanlie memaparkan pentingnya mengenalkan beragam kecerdasan. Mengapa? Karena di masa emas ini, anak-anak menjalin neuron otaknya sehingga menghasilkan keinginannya kelak ingin mendalami bidang apa!

Begitu juga dengan cara kita menggunakan bahasa. Tak apa, aku dan papanya berbeda bahasa, yang penting anak-anak dibiarkan mendengar saja! Nah loh.. coba tahu ini dari dulu yaa!

Selanjutnya ada Mrs Imelda. Beliau ini memaparkan bahwa kedua putranya juga memiliki pribadi yang unik, saking uniknya, Imelda harus menghadap guru BP setiap saat. Selain tak bisa mengikuti sistem belajar mengajar di sekolah sehingga nilainya nyaris semua di bawah rata-rata, ia juga dikenal anak yang "usil" atau "liar" imajinasinya.

Tapi, apa yang terjadi?
Di usia ke 15 tahun, si anak ternyata melejit menjuarai aneka bidang fotografi! Ya, ternyata ia "tak bisa" belajar dengan sistem yang mainstream. Ia bosan!

Aku jadi ingat,
di perjalanan menuju Kuala Lumpur waktu itu, aku menonton sebuah film berbahasa Belanda, berjudul ... nggg... aku lupa judulnya. Anyway, anak ini merasa bosan, karena tak sesuai dengan karakter yang ia inginkan. Oh, ternyata ini pola yang "keliru" selama ini. 

Anak "belajar" bukan hanya dengan "tangan di depan duduk yang manis", tapi ia belajar dengan banyak cara! Bahkan, jika pernah melihat seorang anak mendorong gelasnya berkali-kali ke bawah, itu pun cara ia memahami sesuatu! 

Ada tiga cara mengembangkan kecerdasan anak di RISE

1. Dengan metode active learning

Seorang anak belajar dengan cara berimajinasi, dan mempraktekannya di kehidupan sehari-hari. Ia belajar dengan cara bermain, menjelajah dan tugas gurulah sebagai fasilitator.


2. Positive guidance

Disiplin yang positif. Peraturan itu dibuat dan ditegakkan dengan cara dilakukan berulang. Bukan melarang, tapi justru membiarkan anak bebas berekpresi namun tetap bertanggung jawab.


3. Scaffolding

Anak diajarkan untuk bisa problem solving dengan caranya sendiri.

Dengan begini, guru bertindak sebagai fasilitator, dan anak merasa percaya diri. 


RISE Living World Alam Sutera
Center pertama Mall Living World ini terbagi menjadi 10 kelas dengan kapasitas 10 - 15 anak. Setiap kelas didampingi oleh 2 orang guru.

Untuk mendukung proses pembelajaran ini, RISE memfasilitasi ruangan kelasnya dengan teknologi terkini Smart Board.  Papan ini memiliki konten animasi Destination Learning Series ---> untuk menciptakan suasana belajar yang interaktif dan eksklusif serta mudah dipahami bagi anak-anak.

Di RISE anak belajar dengan cara terjun langsung (Immersive) untuk menggunakan bahasa Inggris. 

Bahasa Inggris ini diintegrasikan ke dalam empat bidang studi pokok, yaitu: 
  • Matematika, 
  • Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), 
  • Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan 
  • Sastra. 
RISE mengadakan Leadership Training Program (Program Pelatihan Kepemimpinan) untuk mengembangkan keterampilan sosial yang dibutuhkan oleh anak-anak dimasa depan seperti keterampilan manajemen proyek, bekerjasama dalam kelompok serta public speaking.

RISE juga membuka Trial Class dan juga sistem diskon dengan menggunakan voucher. Kali ini yang beruntung mendapatkan voucher adalah Dennise, Dian Onasis dan Febri dari Komunitas Emak Blogger.


Coba ada yah, belajar bahasa sekeren ini untuk emaknyaaaa!

(baca ini yaa : BRITISHENGLISHCLASS.COM : BELAJAR BAHASA MUDAH MURAH DAN PRAKTIS!)

Visi Misi RISE
Melalui sistem pembelajaran RISE yang terstruktur dan menyeluruh dengan didukung teknologi yang interaktif dan menyenangkan, diharapkan dapat menghasilkan generasi muda Indonesia yang berpotensi dan kompetitif serta mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan lancar, baik secara lisan maupun tulisan, serta memiliki keterampilan kepemimpinan yang siap dipakai untuk menjadi global citizen di masa depan.

RISE ada di mana saja?
Untuk sosial media :
  • fanpage : Rise Indonesia
  • twitter : @ Riseenglish
  • instagram : riseenglish

5 komentar

  1. ahhh tempatnya keceee, kuning2...

    iya ya jaman sekarang banyak tempat belajar b. inggris, ga kaya aku waktu kecil makNeng.

    makanya aku ra iso ngemenk londo, cuma ngerti dowank.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah yaaa kita kalah ama anak anak ziziziiiiii (karena xixixi udah mainstream)

      Hapus
  2. Harusnya ibu-ibu bersyukur kalo dilingkungan rumahnya ada yang ngajarin bahasa inggris secara gratis. Rise ini masih asing terdengar ditelingaku. Hmm, soalnya Rise belum hadir dikotaku.

    www.aloha-bebe.com

    BalasHapus
  3. lucu banget tempatnya ya :) bikin suasanya ceria/

    BalasHapus
  4. Eh kalo bisa sekarang malah bilinggual yaaa

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)