CARA MENULIS CERITA BERGAMBAR (PICTURE BOOK)


"Mbak, boleh minta tolong jadi first reader cerita bergambarku yang baru?"
seorang teman menghubungiku melalui aplikasi WA.

Ia adalah Kepala Sekolah di sebuah TK PAUD, dan tentu saja biasa bergaul dengan anak-anak.  Sekolah mereka pun, adalah sekolah yang termasuk menengah ke atas karena mengedepankan pendidikan karakter.

Jadi, tentu saja banyak buku cerita bergambar bagus-bagus, sebagian besar import di sana. 

Tapiiii..... 

saat menulis, tentu saja berbeda dengan saat kita sekedar membaca saja.
Apalagi menulis cerita anak! Menulis cerita anak memang gampang-gampang susah.

Konon, tak semua penulis mampu, seorang sastrawan yang menghasilkan puluhan novel keren pun angkat tangan saat diajak menulis cerita anak.

Apa boleh buat, aku terpaksa mengawali kalimatku dengan kalimat klise ini :

Di jaman yang serba cepat,
menulis tak bisa hanya sekedar menulis. Ide cerita unik, tidak membosankan sekaligus harusnya menghibur untuk anak!

Syukur jika kita tak perlu menggurui saat menulis, namun pembaca bisa mendapat ilmu baru, atau merasakan petualangan baru. 

Buku adalah sahabat yang lebih manis dari sebatang coklat, lebih hangat dr mentari. 

Buku seperti hujan yang turun saat kemarau. Ia mampu menghilangkan dahaga pada musafir di padang pasir!

Membuka buku, ibarat membuka sekarung berlian yang teronggok tak terasah. 
Membacanya lembar demi lembar, pastinya terasa seperti memasuki dunia ajaib, di mana hanya kamu yang dapat melihatnya!

Isn't that interesting? 

Alyssa de asis illustration for fantasy children book

Cerita anak mungkin hanya sepanjang tiga halaman, atau terdiri dari kosakata yang sedikit, tapi tidak semudah itu menulisnya, Bang!

Menulis adalah serangkaian pekerjaan menulis kembali. 

Merevisi. 

Jadi, revisi tulisanmu hingga maksimal. Sebelum mengirmkan tulisanmu pada yang berhak, tanyalah pada diri sendiri. Jujurlah pada dirimu, cerita kamu begini adanya:

1. Will the children like my story?

Jujurlah pada diri sendiri jika menurutmu anak-anak akan menganggap ceritamu membosankan.

2. Why is your story brilliant?

Apakah ceritanya jelas? Ngalor-ngidul nggak? Plotnya gimana?

Coba bacakan ceritamu pada anak-anakmu, ponakan, muridmu, tetanggamu. Lihat reaksi mereka. Tertidurkah? Berbinar-binar sambil teriak, we want more..we want more?

3. Is the idea ‘original’?

Apakah cerita ini kira-kira akan berhasil di pasar? Apa yang unik dari cerita yang kamu bikin?

4. Is it logical?

Bahkan dalam cerita fantasipun, perlu logika!
Di dunia ini yang tak ada logika hanya lagunya Agnez Monica.


5. Is character engaging to children? Is my combination of character interesting?

Ngga mungkin kan, tokoh utamanya seorang Ibu muda yang suaminya selingkuh dan selalu protes "It's my dream,  mas... not her!"

Yang 'relate', lah sama dunia anak. Pak Kelinci baik hati, yang berhadapan sama Maga-maga si naga penunggu gunung lebih diterima anak-anak! 

6. Did I choose the engaging beginning and ending?

Nha ini. 
Kadang aku menemukan antara kisah pembuka sama sekali jauh dari ending. Mungkin saking jauhnya fantasi si penulis ya?

MEMILAH PEMBACA

Menurut pakar penulis buku anak terkenal Indonesia, Ary Nilandari,
pembaca anak-anak bukan audiens tunggal, tapi dibagi menjadi banyak level dan banyak ahli mempunyai pembagian sendiri karena pertimbangan tertentu.

Tapi secara garis besar ada yang menurut usia:

- 0-2th (baby)

-2-4 th (preschool)

-4-6 th (TK)

-6-8 th (transition)

-8-10 th (middle grade)

-10-12th (middle grade)

-12-14th (young adult)

-14-17th (young adult)

Ada juga yang menurut kemampuan bacanya (terlepas dari usia dan kelas)

1. Early readers (pembaca pemula)

2. Reluctant readers (pembaca enggan)

3. Avid readers (pembaca getol/rajin)

4. Gifted readers (pembaca berbakat)

Untuk plot cerita, misalnya ada yang beranggapan flash back (kilas baik) sebaiknya baru diperkenalkan setelah anak berusia 7 tahun (SD)

Untuk PAUD, cerita berfokus pada satu tokoh utama, satu konflik. Dan tentunya dibantu visual yang kaya.

Untuk tema, ini yang banyak diperdebatkan. Di negara maju, tema apa pun dibolehkan untuk anak-anak usia berapapun tentunya dengan cara penyampaian yang tepat dan menarik. Misalnya tema kematian, perceraian, depresi, perpisahan, perang, dsb.

Tapi sebagian kalangan berpendapat, anak-anak kecil hanya perlu buku bertema-tema ringan dan cerah.


Catatan Coaching : Alur Cerita!

Di dalam alur cerita, 
yang paling penting lagi adanya konflik antar-tokoh. 

Kelemahan umum selain penokohan dan perwatakan dalam eksplorasi cerita adalah menyajikan alur. 

Dalam cerpen usahakan alur yang 'lincah' dan hindarkan kelambanan karena asyik dengan dialog atau menggambarkan suasana yang tidak perlu. Maka ending pada setiap alur pun menjadi penting dan ending tidak harus diselesaikan dengan sebuah nasihat untuk kemudian membuat sang tokoh yang tadinya berkelakuan buruk menjadi berubah.... Hehehe

Obrak-abrik alur yang ada, bereksperimen menyajikan alur yang dinamis, rewrite lagi jika ada komponen-komponen cerita yang tidak penting dengan cara menghilangkannya atau mempersingkat alurnya.

YA, MENULIS CERITA ANAK ITU TAK MUDAH

Menuliskan satu kalimat saja untuk cerita anak bukan hal mudah tapi juga bukan sesuatu yang rumit. 
(Ary Nilandari) 

Satu kalimat dari cerita anak merupakan akumulasi dari imajinasi, pengalaman, dan pengetahuan penulis itu sendiri. 

Masalahnya cerita anak bukanlah karya tunggal sang penulis tapi ada karya rupa (illustrator) yang juga menjadi penyokong penting dalam kualitas karya sebuah cerita bergambar.

Mengapa kualtias cerita bergambar dari negara-negara maju itu begitu terintegrasi antara tulisan dan gambar?

-Yang pertama penulis dan illustrator mengawinkan diri.

Sehingga penggarapan sebuah buku diawali dengan dialog. Menyatukan pandangan tentang konsep buku tersebut.

Joyce Danbar, seorang penulis cerita anak asal inggris yang sekarang sudah berusia diatas enampuluhtahun pernah bercerita betapa pentingnya kerjasama penulis dengan illustrator.


-Pengetahuan tentang dunia anak seorang penulis dan illustrator hampir setara. Sehingga lebih mudah dalam mengkomunikasikan konsep sebuah buku.

-Penulis dan illustrator buku anak bukan profesi ecek-ecek. Penulis dan illustrator buku anak adalah profesi yang sangat dihargai. Sehingga mereka berkarya dengan kesungguhan yang total. 

Saya terkesan dengan buku NONTAN, karya Suchiko Kiyono. 



Karakternya adalah seekor kucing. Karyanya sangat sederhana baik teks maupun gambar. Tapi dia begitu menguasai apa yang disenangi anak-anak.





Anak sayapun sangat terkesan ketika adegan Nontan menakut-nakuti teman-temannya dengan ekspresi wajah seram. Nontan tak berhenti usil sampai menakut-nakuti matahari.



Kemudian matahari balik menakuti Nontan dengan gambar close up penuh satu halaman.

Setiap halaman buku itu begitu mengejutkan bagi anak-anak. Dan inilah sejatinya buku cerita bergambar yang hebat!


GARIS BESAR CARA MENULIS PICTURE BOOK


1. Buatlah karakter tokoh yang kuat, baru temukan ceritamu. 

Bikin tokohmu sedetil mungkin, mulai dari karakter fisik, keadaan internal dan eksternal. Ini akan membuat tokohmu semakin nyata. Juga memudahkan ilustrator untuk menggambar ceritamu.

2. Buat karakter unik. 

Jika tokohnya adalah binatang, pilih yang jarang ditulis. Misalnya keong, cicak, kadal, kutu, hyena, apa lagi ya? hehe. Tokoh utama bisa hewan, manusia, tumbuhan, bahkan benda seperti puzzle, kerupuk. Hehe.

3. Nama tokoh dalam picture book untuk pembaca pemula, jangan memakai huruf X, Q, Z. Sulit dicerna.

4. Bumbui ceritamu dengan humor. Anak-anak suka.

5. Hindari ceramah verbal dari tokoh orangtua dalam picture book untuk problem solving. 

Minimalisir kehadiran orangtua sebagai penceramah. sudah terlalu banyak di buku anak terutama karya penulis Indonesia. Jleb!

6. Show, don't tell.

Teknik dalam Show, don't tell by Dian Kristiani

1. Narasi , misal: Rumah Jono berukuran 4x4 meter, itu pun harus dihuni oleh sebelas orang. Setiap hari, Jono bekerja sebagai pemulung.

2. Dialog : "Ya ampun, lagi-lagi Jono dapat nilai tiga! Padahal, kemarin dia dapat nilai dua,"

3. Simile : Hidup itu seperti kembang api --> terserah, tapi lalu harus diikuti dengan alasan yang logis.

Hidup itu seperti kembang api, karena penuh warna dan suara.

4. Imagery 

Contoh Show don't tell:
  • Ayah marah besar --> tell
  • Ayah menatapku dengan pandangan nyalang. Tinjunya terkepal. Aku hanya diam terpaku. "Pergi!" teriaknya. "Jangan pernah kembali,"
Show don't tell BUKAN deskripsi, karena melibatkan emosi dan penghayatan di dalam kalimat-kalimatnya.

7. Jangan lupa riset dulu sebelum menulis. 

Misalnya tentang daerah asal orangutan, keadaan Sungai Musi. Fiksi is fiksi, tetapi logika cerita tetap berlaku. Pun untuk anak.

8. Tujuan si tokoh dalam cerita itu jelas. 

Endingnya pun harus ada jawaban: apakah anak itu berhasil atau gagal mencapai tujuannya?

9. Satu cerita terdiri dari 2-4 tokoh saja. Jangan kebanyakan.

10. Stimulasi ide dengan melihat sekeliling. 

Cari gambar-gambar unik dan tulislah cerita berdasarkan gambar itu.

11. Jangan terlalu memikirkan pesan moral yang mau disampaikan pada anak. Be imaginative, be creative, berpikir out of the box. Liar!

70 komentar

  1. Wah cerita bergambar memang pas banget untuk si kecil walau kelihatannya sepele cuma gambar dan secuil kata, ternyata rumit juga karena harus memperkirakan juga bagaimana agar anak tertarik membaca cerita tersebut. Keren!

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Cerita bergambar memang menarik, aku kadang lebih suka membaca komik walau gak berwarna tapi memang membantu dalam hal imajinasi. Tapi rumit juga pembuatannya, ya.

    BalasHapus
  4. Buat menarik si kecil agar suka membaca memang ya buku bergambar ahlinya, cuma jarang nemu penulis cerita bergambar saking sedikitnya, ya.

    BalasHapus
  5. Wah menarik juga menjadi penulis cerita gambar, tetapi gak mudah. Asyik pastinya kalau bisa belajar kayak gini apalagi bermanfaat untuk anak bukunya.

    BalasHapus
  6. Keren juga gambarnya di atas, nah, bener banget penulis dan ilustrator kayak gini memang luar biasa walau jarang kita ketahui. Cerita bergambar yang selama ini beredar melalui tahap yang gak mudah, ya, terima kasih infonya.

    BalasHapus
  7. Mbak, keren banget ini tipsya. Menulis cerita anak memang tak mudah, apalagi kalau ini picture book ya...Memang perlu kerja sama yang baik antara penulis dan ilustrator ya biar picture booknya sukses dan mengena.

    BalasHapus
  8. Bener juga ya tipsnya mbak Tanti untuk membacakan ceriota ke anak-anak di sekitar untuk mengetahui ceritanya membosankan atau tidak, bagus atau tidak apakah mereka tertarik.
    Menulis cerita bergambar pun gak asal aja ya mbak harus tau ilmunya, keren kalau mbak Tanti nih

    BalasHapus
  9. Jujur susaaah bagaimana menyederhanakan kalimat panjang menjadi ringkas dan mudah dimengerti. Belum lagi ilustrasinya kudu membuat imajinasi pembaca terbuai.

    Aku suka membaca cerita anak apalagi yang early Reader itu karena ilustrasinya luar biasa. Membawaku berimajinasi terbang tinggi.

    Belum lagi wordless picture book.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kepencet padahal belum selesai nulis. Hahaha

      Wordless ini keren bangeeeet! Aku punya 1 buku wordless cetakan 1950-an. Kreatif! Anakku minta bacakan tiap hari dan aku mikir kek mana ini ceritanya. Hahaha

      Hapus
    2. ooow aku langsung auto liat di youtube!

      iya emang sekeren itu kalo untuk picture book - sesusah itu bikinnya!

      Hapus
  10. Huhuhu ternyata susah ya maak cerita menulis bergambar. Harus punya daya imaginasi yang kuat.

    Emak yg bacain buku bergambar dengan minim tulisan saja suka bingung 😃😃.

    Acungin jempol buat yang membuat buku cerita bergambar buat anak anak.

    BalasHapus
  11. kereeeen pisan mbaaa.. tapi memang perjuangannya berasa ya, mulai dari ide, memilha pembaca hingga eksekusinya. Tapi aku sellalu kaguuum dengan ilustrasi dari dirimuuu y

    BalasHapus
  12. tes komen,
    komenku barusan udah masuk belum yah?huhu

    BalasHapus
  13. Kalo baca buku anak tuh berasanya simple dan ringan aja, ternyata di balik semua itu proses pembuatannya gak sesederhana yang kita pikirkan yah mbak. Butuh banyak riset juga.

    Dan aku setuju tuh di bagian yang gak usah banyak ceramahin sih hahaha. Semangat terus yah mbaaak

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya risetnya - diksinya - buanyaaak deh pertimbangan yang harus dimasukkan
      belum lagi : jumlah kata yang sesuai dengan napas anak anak

      Hapus
  14. Sumpah keren banget tipsnya.. Mak nggak tertarik bikin kelas buat nulis cerita bergambar untuk anak nih? Aku ikutan ntar. Atau ajak KEB buat bikin ya.. biar seru..

    BalasHapus
    Balasan
    1. waa maluuuu .. di KEB ada penulis kaliber Dewi Rieka - Fita Chakra - buanyaaak!

      Hapus
  15. Jangankan menulis utk anak. Menulis utk sesama kita aja hrs jg susah loh kak. Hehe..Pasti tulisan yang kita tulis ada pasarnya sendiri. Begitu jg dgn buku anak, yg juga ternyata segmennya dibagi2 menurut usia seperti di atas tadi.

    Aku juga baru tahu ternyata buku anak di luar negeri bahasannya udh seluas itu ya. Pantesan mereka udh paham hingga urusan kematian.

    Di sini ya msh blm bisa. Pgnnya ya kasih gambar/cerita yg seru2. Kasih yg khayalan/fantasi biar pikiran anak bisa bebas berkreasi macam2.

    Ya apapun itu, selamat berkreasi. Salut ama penulis anak ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya bener kok ini mas Didik
      sungguh menguras emosi jiwaaah

      Hapus
  16. Aku masih tipe orangtua yang memberikan anak buku bacaan atau belajar dengan gambar. Tujuan pertama sebenarya biar anakku mau membaca atau belajar. Karena dia suka banget dengan buku yang bergambar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. membaca jendela dunia, tiket ke dunia yang belum terjamah!

      Hapus
  17. Kok aku happy banget liat ilustrasi kak Tanti.
    Aku saluutt sama kak Tanti. Belanja idenya pasti banyak nih.. termasuk berinteraksi dengan anak-anak. Karena kekayaan warna, alur cerita hingga pemahaman kalimat ini kudu sesuai usia.
    Detil dan semoga penulis, ilustrator dan penerbit bisa saling bersinergi yaa..

    Karena pernah ada buku yang dicekal dulu itu..gara-gara bahasanya kurang pas untuk belajar anak usia middle grade.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya betul.. hahaha yang ga sesuai sebeenrnya banyak sih, itu aja yang keungkap padahal niatnya ga gitu

      se- su-lit i-tuh emang

      Hapus
  18. Zaman anakku masih kecil sering dongengin anak dengan cerita bergambar.Dan anak-anak tertarik ya sambil cerita sambil kasih unjuk gambarnya.Tapi zaman sekarang lebih menarik lagi gambar dan tokoh yang diceritakan.Belum lagi gambarnya berwana dan tokohnya juga yang lagi trend,hebat deh euy zaman sekarang

    BalasHapus
    Balasan
    1. asal bacanya ga pake gadget ya Dennise,eh tapi gapapa juga sih, kan jamannya dah berubah

      Hapus
  19. Masyaallah rangkuman tentang menulis cerita anak yang lengkap mbak. Terus terang saya beberapa kali menulis cerita anak dan diikutkan ke lomba/ke penerbit. Tapi sampai hari ini belum ada yang lolos.hehe ternyata memang ga mudah menulis cerita anak ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oooohhhhh .. coba ikut Room to read - ya mbak?
      di situ sama di PBA pastinya

      Hapus
  20. Saya aja yang orang dewasa juga suka dengan buku anak yang "simpel". Gambarnya jelas, tulisannya sedikit, tapi tetap ada pesan yang ingin disampaikan.

    teknik show, don't tell ini jadi lebih rinci ya, dengan membacanya jadi bisa membayangkan

    BalasHapus
  21. Makasih mak neng, alhamdulillah jadi belajar lagi dari artikelnya mak neng nih seluk beluk menulis cerita anak. Shop dont tell ini sulit banget, harus banyak baca dan eksplorasi yaa. Nuhun

    BalasHapus
  22. Salut banget Mak Neng. Aku pribadi harus banyak sekali belajar. Tapi menurutku apa yang disampaikan seperti buat karakter yang unik serta selipkan humor tuh bisa jadi pilihan

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya kalo ga ada humornya ama anak bukunya dibuang *sigh :(

      Hapus
  23. buku, buat anak yang paling utama gambar sih, mereka bahkan tak perlu membaca teks untuk mendeskripsikan , aku kadang suka kaget mendapti anak2 di rumah kayak gitu, hehehe.

    BalasHapus
  24. keren banget kalau udah belajar dengan Mbk Ary pastinya makin sukses deh nulis picbook-nya karena aku juga pernah ikut kelasnya jadi terbakar nulis picboook

    BalasHapus
  25. Catat! Jujur aku sampai sekarang belum bisa bikin cerita anak. Imajinasiku kurang oke nih. Dunia anak-anak kan lebih simpel. Akhirnya ikut baca buku bergambar saja, hehehe. Gak kalah seru dari novel

    BalasHapus
    Balasan
    1. hayuk ikutan, tingkat kesulitan menulis cerita anak jauh lebih tinggi soalnya

      Hapus
  26. Buku anak dalam bahasa Jepangnya bagus mbak. Itu khas anak2 banget. Yg belajar bahasa Jepang pemula jg baca buku2 kyk gtu hehe
    Btw mak anakku tu suka bikin buku2an gambar dan juga cerita simple2 gtu krn niru2 buku yang dibacanya. Ada saran gak kalau anak usia 7 sebaiknya aku arahkan ke mana ya? Apa perlu ikut les gambar atau sebaiknya biarin aja dia gambar sesuka hatinya aja?
    Cita2ku pengen punya buku yg aku tulis ceritanya dan anakku ilustratornya haha muluk2 gak sihh :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cita-cita yang sungguh mulia!
      Kalo aku memang menfasilitasi kebutuhan dia tanpa menyuruh les di tempat lain, karena aku ingin dia punya warna sendiri, tapi basicnya anakku Dio juga belajarnya sama orang lain, karena ya beda aja ya, kalau emaknya kan lebih ke "ngomel" daripada ngajarin... hahaha

      Usia 7 tahun pastinya ada kang Maman Mantoux yang sering buka kelas - lalu ada Giant Sugianto - atau sanggar (tapi kejelekannya sih katanya kalo sanggar itu membuat anak jadi seragam karyanya)


      Hapus
  27. Selama jadi penulis, menulis picture book tuh bagiku susah banget ceritanya kudu menarik, jumlah kata terbatas pokoknya lieur pisan..salut buat penulis picture book

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku kaaaaan pengagummu Deeewwwww! Aku kudu piye jal

      Hapus
  28. Saya masih belum bisa no 5 tuh, Mba. Menghindari ceramah 1 tokoh orangtua.. Kayaknya masih perlu banyak latihan nih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itu PR kok emang, karena penulis cerita anak kan bukan anak anak yaaaa

      Hapus
  29. Saya kan kerjaannya kang foto sekolah. Nah yang punya sekolah sering nulis buku anak. Buku-buku beliau sering untuk kegiatan literasindi sekolah.
    Pernah fotoin beliau lagi proses bikin buku. Beliau sampai bikin potongan tokoh terus lay out-nya ditunjukan ke illustrator.
    Tata letak tokoh dan printilan (obyek gambar) yang ada di halaman buku (per halaman) juga dipikirkan beliau.
    Ya, apa yang tersimpan di benak anak akan lama. Meski saat ia baca/melihat belum paham.

    Terus sering banget nemuin anak (balita) kalau sudah suka satu buku, akan ia ulang-ulang baca (minta bacakan).
    Bahkan setiap mau tidur harus dibacakann buku tersebut.

    Trims Neng, tulisanmu inspiratif (menginspirasi, h h yang benar aku gak tahu dari dua kata tersebut)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wooow boleh itu Cil, dibuat feature aja founder sekolahnya, soalnya beliau kok concern banget! Kagum deh sama orang yang seperti itu.

      Hapus
  30. Mak Neng, maaf aku tertarik banget sama buku Nontan, itu beli di mana ya Mak? Online apa offline? Anakku lagi suka buku Jepang, cuma selama ini kami baca terjemahan, kan, yang ini seru masih pakek hiragana.

    Btw, saya termasuk yang kagum dengan penulis pictbook anak. Salut dengan penulisnya juga ilustratornya. bagaimana pun juga merangkai kata yang mudah dipahami dan dicintai anak itu nggak mudah. Harus sederhana tapi menarik. Apalagi memvisualisasikan adegan dalam gambar. Wah, angkat topi untuk para ilustrator dan penulis cerita anak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. oalaah iya waktu itu ke Japan Foundation Summitmas - dan pinjam itu mbak hehehe

      Hapus
  31. Masya Allah tabarakallah mak Tanti deh, aku masih sebatas bacain cerita aja sama anak pas masih kecil, cerita bergambar emang bikin anak anak selalu exciting ya mak, karena warna - warnanya juga yang seru, sukses selalu mak

    BalasHapus
  32. "Penulis dan ilustrator harus "kawin"" bener bangeeeeet ini. Buku anak yang sukses, gambarnya lucu2 dan imaginatif. Artikelnya keren banget ini. Super bermanfaat.

    BalasHapus
  33. lebih rumit untuk buku anak-anak ya mbak, dan aku pernah baca cerita Its okay not to be okay, dimana sang ilustrator hrs deket2an ama penulis..biar crtanya ok kali ya

    BalasHapus
  34. Bener kak ..kebayang banget lah proses cerita bergambar untuk anak ..sangat tidak mudah... Jadi kalau kita bisa menikmati produk cerita gambar yang keren pastilah prosesnya panjaaanggg

    BalasHapus
  35. Bener banget. Rasanya, menulis cerita untuk anak itu susahnya setengah ampun. Walaupun ceritanya pendek ya, taoi banyak sisi yang harus ngena, mulai dari logika, karakter, dan lainnya.

    Ehhh aku jadi penasaran sama Nontan deh.

    BalasHapus
  36. Menulis buku cerita anak memang bukan pekerjaan mudah, ya. Aku suka salut sama penulis buku anak, bisa mengemas cerita dengan sederhana tapi menarik dan kaya akan maknanya.

    BalasHapus
  37. Benar, menulis cerita apalagi untuk anak jelas lebih banyak tantangannya.
    Karena harus tahu hal apa saja yang bisa membangkitkan minat anak untuk mengikuti ceritanya.

    BalasHapus
  38. Bagian 'mengawinkannya' itu saya membayangkan kayak banyak tantangannya. Karena cerita yang bagus, bisa jadi terasa garing kalau ilustrasinya kurang menarik. Sebaliknya juga begitu. Makanya perlu ada chemistry biar 'kawinnya' klop ya, Mbak

    BalasHapus
  39. Hehehe iya, menulis cerita anak tu paling sulit. Apalagi picture book. Semakin sedikit tulisan, semakin sulit. Bahkan ada rumusnya. Mendingan nulis novel. Meskipun nggak semudah itu juga.

    BalasHapus
  40. kemarin baru aja ikutan zoom bareng penulis dan ilustrator buku anak di Let's Read. Ada satu buku yang menarik perhatianku, judulnya Saat Banjir Datang. Imajinasinya luar biasa. Inspirasi dari mana? ternyata pengalaman sang penulis waktu kena banjir saat kecil.

    BalasHapus
  41. Wah menarik banget. Aku udah lama ingin menulis cerita anak tapi ketunda melulu kebanyakan mikir pesan moral. Padahal harusnya seperti kata mak Tanti :Be imaginative, be creative, berpikir out of the box! Terima kasih.

    BalasHapus
  42. aaahh akupun jg seneng baca apa aja yang ada ilustrasi gambarnya, terlebih buku bacaan anak yg bergambar begini bisa membawa imajinasinya dari gambar yang mewakili. Pengen bisa gambar juga mak Tanti....

    BalasHapus
  43. mba ternyata serumit itu yah membuat cerita bergambar untuk anak-anak, sebagai penikmat buku anak-anak aku gak pernah kebayang deh bagimana hebatnya para penulis dan ilustrator bisa eksekusi cerita dan gambar yang menarik perhatian anak-anak, karena anak-anak itu mudah sekali terdistraksi bila buku yang dibacanya tidak memikat hati mereka dengan baik

    BalasHapus
  44. pengen banget ini bikin raffi udah mulai tapi yang model via kertas gitu mba doodle tapi ya gitu aja tulisan dan gambarnya hiks

    BalasHapus
  45. Waahh seru ya, ini anakku yg sulung lagi seneng-senengnya bikin cerita bergambar mak neng. Kalo deket udah ku bawa berguru ke mak neng deh.

    BalasHapus
  46. Makasih tipsnya, Mba. Lengkap banget deh.

    Membaca tulisan Mba Tanti di atas membuatku sadar bahwa saya gak punya bakat untuk nulis buku anak. Biarlah saya jadi penulis yang suka curhat di blog saja, hehehe

    BalasHapus
  47. Kliatannya aja yg mudah ya Bun bikin pict book ini tapi kudu kreatif banget dan gmn caranya anak-anak bisa suka dan gak. Bosan baca ceritanya

    BalasHapus
  48. iya loh mba, aku baru ngerasain pas ikutan mind mapping bikin cerita, ternyata bikin cerita dan meta narasi cerita se-njelimet itu yaa, harus logis dan ga boleh plot hole juga

    BalasHapus
  49. Jadi nambah wawasan soal picture book
    Ternyata enggak semudah itu bikinnya
    Padahal kalau dilihat sekilas gambar aja plus tulisan dikit hehe

    BalasHapus
  50. nulis cerita anak memang susah, mbak. saya dulu pernah ikutan kelas mbak nurhayati pujiastuti dan nggak berhasil masuk media. heu. padahal kalau dilihat pasar menulis cerita anak itu cukup menjanjikan sekarang, mbak

    BalasHapus
  51. Cukup menantang ya profesi penulis cerita anak-anak ini. Perlu keahlian tersendiri biar tulisannya bisa diterima anak-anak

    BalasHapus
  52. Wahhh, ternyata menulis cerita anak itu tidak semudah yang dibayangkan ya mbak. Karena penulis buku cerita anak dalam hal ini mesti logis dan paham poinnya. Jadi tahu kalau dibalik layarnya seperti ino toh

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)