UMROH, WISATA RELIGI VS TITIK BALIK HATI? (MHdTS 5 - SELESAI)


"Aku kok ndak mau ya, umroh kalo gitu caranya," batinku kala itu. 

Melihat tetangga sebelah di Islamik nangis karena sudah bayar untuk umroh berdua suami, tahu-tahu batal pergi! Membaca di koran, banyak orang berbondong-bondong dibohongi sama sebuah travel yang terkenal.

Aneh, karena kasus ini sebenernya ngga hanya sekali ini saja. Sudah puluhan -ratusan ribu bahkan jutaan calon jamaah umroh loh, tertipu! Dari jaman Ki Benen, yang namanya orang melihat kesempatan dalam kesempitan itu banyak sekali. Orang ingin ke Tanah Suci berebut pahala dan surga, eh malah ditipu.

Iiish!

Aku masih nggerundel, "Ih, lagian sih, teriming-iming sama pahala!
Umroh itu kan, diadakan cuman untuk kepentingan wisata. Wisata religi, namanya biar keren!"

"Hah? Kok gitu?" tanya temanku, bengong.

"Hee eh,  biar Arab yang punya kepentingan itu jadi tambah kaya raya. Biar kita-kita ini yang teriming-iming pengen ke sana, padahal gak wajib. Yang wajib kan, cuman berhaji di saat bulan Zulhijjah!"

Itu duluuuu...

Waktu Belanda masih jauh, waktu aku mainnya masih seputeran RT. Sekarang, ketika mainnya udah jauhan dikit, pulangnya juga udah maleman, giliran aku yang kadang bengong di depan gambar Ka'bah. Iya, gambar Ka'bah itu dipasang sama Ibuku di kamarnya. Katanya, biar cepet dipanggil jadi tamu Allah. Amiiin...

Iya, kali ini aku cuman pingin nulis tentang titik balik. Titik balik yang selama ini cuman "kudengar" "kubaca" dan "katanya". 

Tak terhitung jumlahnya orang yang -katanya- berubah total ketika pulang umroh. Banyak yang mendapat pengalaman unik, bahkan tak kurang yang mendapat pelajaran berharga. 

Ada yang berharap, karena sudah berdoa full time di dua tempat mustajab di dunia (multazam di Mekah dan raudhah di Madinah) lantas pulang umroh itu langsung kaya raya tajir melintir, semua usaha sukses warbiyasak, sehat walafiat hingga ajal tiba... halah... halah.... 

Tak disadari, 
saat ucluk ucluk pulang dari tanah suci, sebenarnya kita semua sudah kaya raya mendadak. Kita bawa oleh-oleh hikmah, kaya dengan pengalaman batin, sukses dengan Hidayatullah. 



Well, yeah.. untuk yang isi kantongnya sebagian besar emas batangan sama berlian ya gapapa juga sih, borong oleh-oleh parfum di bandara King Abdul Aziz Jeddah atau di Toko Ali Murah yang mahal itu. Tapi untuk orang seperti aku, bawa oleh-oleh  banyak kok yaa.. mikir dua tiga empat kali  -eh, kok curhat.. hiks. Oke, skip.

Eh, tadi mau ngomongin apa ya? Oya, titik balik.

Titik balikku apa saja? 

1. Turning Point 1 : Kita semua sama, tak ada yang beda di Mata-NYA
Bahkan ketika baru sampe di bandara saja, ketemu rombongan, terasa bahwa kita semua itu sama. Dengan seragam yang coraknya sama (hanya beda model, ya) dan tujuan yang sama : i. b. a. d. a. h.

Kebetulan pas rombongan aku, rata rata semua sepuh. Yang usia muda hanya putra dan putrinya dua pasang jamaah umroh. Yang satu kepala polisi di daerah Jawa Timur, satunya pejabat di Jakarta Selatan. 

Dan hebatnya ada sepasang suami istri yang berusia 75 tahun, istrinya petani dan suaminya tukang becak. Hebatnya, sang suami ini diffable, kakinya kecil sebelah, dan beliau nabung .. nabung, mas bro, selama 20 tahun untuk umroh berdua istrinya ini! 

Tadinya harapan beliau bisa langsung haji, lalu terkena pembatasan kuota plus harga. Lah iya, nabungnya di bawah kasur tikar gitu, jadi pas dihitung tuh uang lengket lengket gimana gitu, kata yang punya travel. 

Menjura....

Oya, untuk berangkat aku memang ikut yang rombongan biasa, hanya saat di Mekah pisah hotel. Hotel rombongan jauh dari mesjid dan terletak di pasar. Jadi akhirnya kami pindah ke Pullman di Zamzam tower dan sempat mencicipi Dar El  Tawhid Intercontinental suite room. Letaknya persis di depan Pintu 88 Masjidil Haram. 

2. Turning Point 2 : Saat pasrah bongkokan, Kemudahan datang menghampiri!
Kemudahan demi kemudahan yang agak di luar nalar beberapa kali kurasakan. 

Ketika aku sudah berada di titik pasrah, which is kurasakan beberapa kali selama di perjalanan, ketika itu juga seolah Allah selalu hadir. Menggenggam tanganku, mendorong semangat ku, memberikan tepukan di bahu saat aku bersabar. 

Masya Allah... 

Titik pasrah terendah, hadir saat aku sudah sangat lelah, kaki bengkak dan sakit luar biasa akibat healing crisis. Tau healing crisis kan? Nanti kapan kapan tak ulas ya, apa itu HC plus rasanya gimana.  

Tiba tiba saja, sesudah makan siang 
aku dan ibuku diberikan kesempatan untuk beristirahat dengan nyaman di suite room hotel termewah. 

Kami berdua menikmati duduk manis bobo cantik en ngopi, lalu sholatnya bisa menghadap Ka'bah langsung! 


Hei Nona, jazakallah Khairan yaa..







3. Turning Point 3 :  Saat berbisik Pada NYA, IA Menjawab!



Keesokan harinya, kami melakukan miqot kedua di Masjid Ji'ronnah, 28 km dari Mekkah. Sekalian city tour. 
Ji'ronah ini terkenal dengan mukjizat yang diberikan Allah SWT kepada Rasulullah SAW. Konon, Rasul bersama sahabat tiba di Ji'ronah dan kehausan karena usai Perang Hunain, perbekalan air mereka ludes.

Atas izin Allah SWT, Nabi Muhammad SAW memukul tongkatnya ke bumi dan keluarlah air, yang lalu dibuat menjadi sumur. 
Konon lagi, air sumur Ji'ronah (terletak di belakang Masjid Ji'ronah), dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Karena takut timbul musyrik, sumur ini ditutup Pemerintah Arab Saudi.
Diyakini bahwa Ji’ronah merupakan tempat miqot paling utama, dan paling tinggi derajatnya dibandingkan miqat lain. Keyakinan ini  berdasarkan pendapat para ulama. Dalam sebuah riwayat dikisahkan bahwa Rasulullah pernah melakukan umroh dengan miqat dari Ji’ronah. Beliau bermukim di Ji’ronah selama kurang lebih 13 hari dan berihram dari masjid di tempat tersebut.

"Kurma, kurma... hajjah.. halal! Murah murah!"

"Coba saja, Hajjah.. halal! Murah!"

Teriakan ini kudengar sejak masuk ke pelataran masjid Ji'ronnah yang padat bergizi. Ini tuh rasanya kayak masuk ke area bazaar atau pasar kaget. Dengan pedagang Bangladesh, dan banyak wanita bertubuh tak kalah besar menjinjing banyak sekali kantong belanjaan. 



Memang, berwisata kemana pun, godaan terbesar wanita Indonesia itu.. shopping!  Untung saja, muthawwif kami mengingatkan, waktu kami kali ini terbatas. Kami harus ke tiga tempat lain, lalu melaksanakan umroh kedua. 

Sebagai anak yang ga terlalu bloon, umroh kali ini aku menyiapkan satu setel baju ganti berwarna hitam, lengkap dengan pakaian dalam plus tisu basah dan dua buah jilbab yang berwarna hitam juga. 

Kenapa? Baca ini, kemaren aku bauuuu sekali! 


Umroh kedua ini kuniatkan untuk almarhum ananda tercinta, Naufal Arfriyandi, karena almarhum Bapak sudah diwakili oleh suami, bang Dho waktu ia umroh tahun 2016 lalu. 

Aku pesimis, karena umroh pertama aja aku nyengir, karena kakiku bengkak dan ngilu.  Gimana ini, yang abis city tour naik turun bus?

Tapi, begitu kuniatkan, dan tiba di pelataran Masjidil haram kembali, aku berbisik pelan, "Yaa Allah, ijinkan aku melaksanakan umroh kedua untuk kakak, ya.." Lalu kutambahin dalam hati juga, "Kak, temenin Mamah supaya kuat ya, sayang, kita umroh bareng, oke?"




Tak kusadari, thawaf berjalan sangat cepat. Nah, ini... sa'i. Sa'i kan ada kewajiban berlari kecil tuh di lampu yang nyala itu. 

Tak kusadari, aku berlari saat Sa'i! Ngga pake lihat-lihat lampu lagi, pokoknya kalo dikomando, aku lari kecil saja! 

Rasanya luar biasa, karena di umroh pertama aku hampir nangis, menyeret kaki saat berjalan ! Oiya, kan yang "umroh" anak muda! Tentu saja dia kuat. 

Penasaran, aku tanya suamiku pas udah di rumah Tangerang.  "Beib (eh salah ding, sebenernya aku panggil dia bang) dulu waktu umroh-in almarhum Bapak, rasanya gimana?"

Yang ditanya jawab cuek, "Ya gitu, biasa aja,"

Dih, masak biasa aja? 

Maksa. "Biasa gimana? Ah, kamu bo'ong ya.. coba, cerita deh, yang kualamin beda soalnya."

"Iya, rasanya waktu itu kan udara dingin, aku kedinginan. Eh, waktu sa'i aku malah kepanasan, soalnya kayak jalan sambil gandengan, tapi rasanya lebih kuat sih, Bapak kan suka golf ya? Beliau kuat jalan kakinya!"

Aaaah....

Titik pasrah terakhir, 
Yaitu saat thawaf wada dan berniat mendekat ke hajar Aswad. 
Thawaf Wada’ ini adalah sebuah momen yang paling berat dirasakan oleh setiap jamaah. Momen perpisahan dengan Baitullah ini pasti bikin hati kangen, bercampur haru, bercampur harap. 
Tak lupa, aku juga memanjatkan do’a semoga Allah SWT memberi kesempatan untuk aku sekeluarga datang lagi suatu saat ke Baitullah, baik untuk berhaji maupun umrah. Amiiin yra.

Seperti thawaf lain, thawaf wada’ ini pun terdiri dari 7 putaran dan dilakukan mengelilingi Ka’bah ke arah kiri. Diawali dan disudahi di Rukun Hajar Aswad.

Nah, 
di sini, muthawif kami yang keren, pak Arif bertanya, apa ada yang ingin mencium Hajar Aswad? Jika ya, lepas semua perhiasan dan backpack, lalu usai thawaf kami kembali lagi ke tengah! Ahshiaaaap!


Hajar Aswad
foto diambil dari akun Fairus Firdausy
foto diperagakan oleh bukan model, tapi askar beneran


Ekspektasi : difoto dari jarak dekat dengan pose
menangis haru sambil mencium Hajar Aswad
Realita : ......rrrrrr......

Hajar Aswad
berasal dari bahasa Arab, Al-Hajar yang artinya batu dan Al-Aswad yang artinya hitam. Pada awalnya, Hajar Aswad ini batu berwarna putih susu berkilau yang diturunkan dari surga. Namun karena banyaknya maksiat dan dosa yang dilakukan oleh manusia, Hajar Aswad akhirnya berubah warna menjadi hitam.
Batu (yang bukan meteorit ini) sekarang tertanam di pojok Selatan Kabah dan diikat dengan perak, pada ketinggian kurang lebih 1 meter dari tanah. Panjangnya sekira 25 sentimeter dan lebar kurleb 17 cm.
Dulunya, Hajar Aswad ini sebongkah batu besar, tapi lalu pecah berkeping jadi 8 soalnya pernah dicuri (((dicuri!))) oleh sekte dari Syiah Ismailiyyah al-Baatiniyyah pengikut Abu Thahir al-Qarmathi yang mencabut Hajar Aswad dan membawanya ke Ihsaa pada tahun 319 H, tetapi kemudian dikembalikan lagi pada 339 H. 

Mencium Hajar Aswad dan menyentuh Rukun Yaman itu tidak wajib. Sekali lagi, tidak wajib. 

Ini semata dilakukan hanya sebagai upaya meneladani Rasulullah SAW dengan sepenuh hati. Bukan juga jadi satu kebanggaan, karena toh menaati perintah Allah SWT tidak butuh kebanggaan, hanya butuh ketulusan dan keikhlasan melakoninya.

Sayyidina Umar radliyallahu anh, suatu saat mendatangi Hajar Aswad lalu menciumnya. Umar berkata:

إِنِّي أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ، لاَ تَضُرُّ وَلاَ تَنْفَعُ، وَلَوْلاَ أَنِّي رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ

Artinya: “Sungguh, aku tahu, kamu hanya batu. Tidak bisa memberi manfaat atau bahaya apa pun. Andai saja aku ini tak pernah sekalipun melihat Rasulullah shallahu alaihi wa sallam menciummu, aku pun enggan menciummu.” (HR Bukhari)

Sebagai muslim yang banyak dosa, aku ingin berupaya sekuat tenaga meraih Hajar Aswad. Dari perspektif ummat, aku hanya ingin mendekat, tak lebih. Itu pun jika diijinkan oleh NYA. 

Bismillahirrahmanirrahiiim... 
Aku mengikuti 'geng Kancil' mendekat ke lingkaran terdalam, dan satu.. dua.. tiga... aku terlempar keluar dari lingkaran! Itu terjadi beberapa kali. 

Aku hampir menyerah saja, ketika sekali lagi, aku berbisik dalam hati, "Yaa Rabb, ijinkan aku menyentuh Hajar Aswad, semata bukan karena syirik. Tapi semata hanya karena ingin mencium TanganMU yang telah mengundangku kesini, terimakasih Allah.."

Dan, seketika... tanganku seolah ditarik ke dalam Hajar Aswad! Aku menempel di situ seperti cicak, ga bisa lepas! Rasanya lama sekali, aku mencium berulang kali dan mengelus Hajar Aswad. 

Aku bersyukur, "Terimakasiiiih Allah.. terimakasiiiih.. sekarang aku pamit pulang ya, terimakasiiiih..."

Aku terlempar lagi keluar lingkaran! 

Aku melambai sekali lagi, dan pelan-pelan dalam perjalanan pulang, mataku basah air mata. Sungguh, Allah itu dekat.

Alhamdulillah... 


55 komentar

  1. Mak.tanti, aku merinding bacanya malah meneteskan air mata, gak tau kenapa mungkin karena kepingiiiin banget umroh bareng bertiga sama suami dan anakku tapi belum diberi kesempatan, tapi aku percaya Allah tahu kapan waktu yang tepat untuk segalanya, baca blogmu makin memantapkan hati untuk lebih sabar dan pasrah, semoga bisa dikabulkan Allah, Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yaa Allah, mudahkan sahabatku Hanny untuk umroh atau haji ya,
      insya Allah semua pasti diundang menjadi tamuNYA. selalu husnuzon Hanny sayang

      Hapus
  2. Jadi umroh itu perjalanan religi, bukan piknik.
    Maknanya penghapusan dosa, bukan riya'

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itu dia, makna yang sebenernya. DUlu aku sih masih nyangkain itu sejenis piknik orang berduit, ih, sinis sekali yaaaaa

      maakasih ya Ci komennya

      Hapus
  3. Mantul bu haji... awesome !!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah terimakasiiih pa Toeting. Giliranmu nanti cerita yang banyak juga ya broooo

      Hapus
    2. LOOOOOTS OF THANKS pa Tuting

      i hope your journey also awesome next!

      Hapus
  4. Loh aku mewek bacanya...MasyaAllah benar2 penuh perjuangan ya mbak. Semoga lain waktu mbak Tanti beneran bisa menunaikan rukun islam ke 5...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masya Allah... Sally apa kabaaaar....
      alhamdulillah aku doakan dirimu juga .. hugs and kisses

      Hapus
  5. Duh mbak.. Alhamdulillah terharu aku bacanya. Meskipun belum pernah umroh. Tapi aku yakin Allah maha dekat. ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillaah ... semoga kita selalu di dekatNYA ya ..thanks for stopping by

      Hapus
  6. Setiap baca postingan ttg umroh, aku nanya ke diri sendiri : kapan ya?

    Merindng bacanyaaa...umroh itu perjalanan religi tentang titik balik. Bukan piknik apalagi gaya2an.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Witri .. hanya hati kecilmu yang bisa menjawab. Sudah 'siap' atau belum, juga tinggal bilang ke yang empunya bumi seisinya .. kudoain secepatnya amiiiin

      Hapus
  7. Harus pasang gambar juga ini di dinding, dan harus makin sering dilanjutkan doa2 biar bisa dipanggil jadi tamu Allah, Aamiin.

    Perjalanan yang menyenangkan ya mbak, bikin ngiri ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju..ini kali yang disebut afirmasi ya.

      Alhamdulillah iya indah sekali .. masih ga percaya bisa ke sana

      Hapus
  8. Masya Allah membaca cerita ini membuat mata berembun, rasa haru, tubuh merinding. Ingin sekali menjejakkan tanah suci. Smoga segera bisa menyusul dan jalannya dilancarkan seperti pengalamanmu ya mba. Aamiin Ya Robb.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yaa Allah.. seperti itu rasanya memang. Amiiin yra kudoakan juga untuk mu (ni lihat, aku langsung menengadahkan tangan)

      Hapus
  9. Kok aku jadi mrebes mili bacanya. Apalagi pas mau mencium Hajar Aswad itu. Kudu bener-bener niat yang tulus dan enggak ada kesyirikan, ya?

    Ya Allah, semoga kami yang belum Umroh/Haji bisa dimudahkan dan disegerakan. Aamiin..

    Dan saya setuju, Mbak, 'Pasrah', cara terbaik ketika kita sudah berjuang sepnuh hati dan tenaga, hasilnya biar Allah yang menentukan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Subhanallah aku bersyukur ngga nyangka dirimu sampai mbrebes mili
      ..
      Semoga disegerakan juga perginya Erry. Percaya deh, saatnya berangkat itu semua seolah "tersedia" seketika

      Hapus
  10. Baca postingan ini diakhiri dengan perasaan merinding, hari dan mata berkaca-kaca. Dan berpikir kapan bisa umroh dan diundang ke rumah Allah untuk ibadah di sana.
    Wallahu A'lam
    Terima kasih untuk sharing ceritanya ya mbak. Inspiratif sekali ini 😭😇😍😍😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. subhanallaaaaah

      sekarang saya yang merinding, karena teman teman semua berkomentar seperti ini.. hiks hiks

      Hapus
  11. MasyaAllah tabarakallah..labaikallah humma labaik.. kapan yah aku diundang juga? Ingin banget bun merasakan berdoa lebih dekat.. melihat perjuangan dan sejarah Rasulullah. Aduh pasti pengen kesana lagi yah bun?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiiin Yaa Allaaah,
      insya Allah segera menjadi TamuNYa ALlah yaaa Mega .. amiin allahumma amiin

      Hapus
  12. MasyaAllah....merinding bacanya mbak, bisa mencium Hajar Aswad. Aku ke sana umrohnya bulan Ramadhan, konon katanya malah lebih ramai Ramadhan kalau dibanding saat musim haji. Lihat orang sebanyak itu dan aku berdiri jauh dari Ka'bah, nggak berani mendekat karena itu juga badanku udah kebanting-banting kanan kiri kedorong jamaah yang badannya gede-gede. Tapi udah bisa lihat Ka'bah langsung aja hatiku udah seneeeennngg banget, sampai gak sadar air mata menetes pas pertama kali liat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah bisa merasakan umroh Ramadhan ya,
      iya insya Allah tidak menjadikan doa kira berkurang hanya karena tidak menyentuh Hajar Aswad karena memang ga harus..

      baca Al kahfi yuuk setiap minggu biar kita bisa ke sana lagi ^^

      Hapus
  13. Masya Allah, aku nangis bacanya padahal lagi maskeran, Mbak..Alhamdulillah kuat saat umrah ya, Al Fatihah buat Kak Naufal..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih mbak Dedew sayang.. Alhamdulillah diberikan kekuatan. Terimakasih sekali lagi untuk ampirannya ke sini

      Hapus
  14. Mak, merinding bacanya. Airmataku langsung netes pas baca niat umroh buat si kakak. Semoga Ananda Naufal semakin tenang di alam sana ya Mak, kelak bisa jadi saksi dan pembela bagi kedua orang tuanya kala hari pengadilan tiba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah mbak Nanik terimakasih

      Bisa merasakan kekuatan dan kasih sayang selama di sana itu bersyukuuuuur banget

      Hapus
  15. walau beda keyakinan, tapi saya ikut terharuuu baca postingan mak tanti..kalau belum tersentuh hati, orang mau bilang apa, kita memang belim terbuka ya mak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masya Allah mbak Lisdha terimakasih .. terimakasih banyaaaaaak

      Hapus
  16. terharu bacanya, mak...semoga doanya terkabul dan bisa umrah atau naik haji bersama keluarga ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiiiin.. doa yang sama juga untuk dirimu ya mbak Yessy

      Hapus
  17. Mau pasang potret kakbah juga ah siapa tahu ketularan dipanggil ke tanah suci. Aamiin. Titik balik ternyata semua manusia itu sama ialah poin terpenting. Tahu sendiri kadang ngerasa minder kalau ada orang yg lebih sukses atau lebih kaya, rasanya diri ini hanya remahan rengginang. Hiks

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi ya mbak .. ternyata manusia itu BUKAN REMAHAN RENGGINANG tapi REMAHAN BERLIAN ...

      Itulah yang kadang kita rasakan kalau di dunia nyata, padahal kita semua sama di mata NYA

      Hapus
  18. membaca kisah nyata yang dialami mak Tanti saat Umroh, menghanyutkan rasa banget, sampai basah kelopak mata, terlebih saat baca yang ini :

    "Yaa Rabb, ijinkan aku menyentuh Hajar Aswad, semata bukan karena syirik. Tapi semata hanya karena ingin mencium TanganMU yang telah mengundangku kesini, terimakasih Allah.."
    Subhanallah, luar biasa banget sekali !

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak Riri terimakasih sudah membaca tulisan ini.. ini beneran curhat sambil ketawa sambil nangis sendiri ...

      Masya Allah ngga nyangka teman teman yang baca jadi tuurt merasakan

      Hapus
  19. Mbaaaa.. sungguh cerita yang betul-betul menyentuh hati. Aku pun ingin segera ke sana dan menjadi tamu di rumah-Nya. Allah SWT memang sungguh dekat ya mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masya Allah, Alhamdulillah terimakasiiih untuk komennya mbak Indah Nuria kesayangan...

      Yaa Allah kabulkan doa sahabat ku Indah Nuria Savitri amiiiiin

      Hapus
  20. Aku terharu bacanya mbak, dan ingin segera menginjakkan kaki di tanah suci. Semoga terkumpul tabunganku datang ke rumah Allah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak terimakasih banyak komennya . Aku jadi ikutan terharu baca komentar teman teman hiks hiksss..

      Doa yang indah mbak Laras semoga Allah kabulkan amiiin

      Hapus
  21. Barokallah Mba Tanti sudah bertandang ke rumah Allah
    semoga saya dan keluarga juga bisa mengunjungi ke sana. Apalagi menyentuh Hajar aswad masyaAllah. Mba terima kasih sudah diajak umroh lewat tulisanmu. Berkah ya Mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih banyak Dewanti. Semoga bisa segera menyusul amiiin

      Hapus
  22. Selalu saja ada cerita yang mengharukan setiap kali ada kenalan yang kembali dari tanah suci. Barakallah ya Mbak. Semoga ibadah umrohnya bisa menjadi penyemangat untuk meningkatkan ibadah sehari-hari. Aamiin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak Merida, kurasa semua pasti merasakan itu ya.

      Insya Allah betul mbak, sekarang kalo ibadah merasa kuraaaang terus. makasih ya mbak doanya

      Hapus
  23. Barakallah mak Tanti. Selalu ngiri kalau dengar teman / saudara umrah, ngiri dlm arti sy pengen juga.kapan ya kapan...pengen juga umrohin orang tua.

    BalasHapus
    Balasan
    1. engga lama Insya Allah Rina,
      saat "iri" dengan segala yang di JalanNYA sebenarnya saat itu Allah sedang mengetuk pintu hatimu, semoga segera berangkat amiin

      Hapus
  24. Beruntungnya Mba bisa ke Baitullah
    Aku mau banget tapi ga tahu kapan bisanya sama suami
    Pengen rumah supaya kami lebih lapang nabungnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. hiks hiks.. iya aku merasa beruntung bangeeeet
      Jangan bilang "ga tahu kapan" tapi tentukan aja, KAPAN KE SANA karena itu doa, dan sekaligus afirmasi

      Hapus
  25. Subhanallah mak. Adem banget baca tulisan ini. Semoga aku juga secepatnya bisa ke baitullah sama suami dan anak-anak. Amin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiin, Liz pasti bisa,
      hanya tunggu waktunya aja kan yaaa...

      Hapus
  26. Masya Allah mba Tanti, baca kisah turning pointnya adem banget. Hikmah juga buat yang baca. Semoga aku sama suami (dan anak2) juga bisa menginjakkan kaki ke sana untuk ibadah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. amiiin allahumma amiiin Indri, insya Allah pasti diijabah Allah doa-doa yang terbaik untuk Indri sekeluarga yaa

      Hapus
  27. Membaca tulisan ini aku merinding mbak tanti. Ya Allah, aku ingin memgunjungi rumahmu. Aku ingin melihat tempat dimana Islam bermula

    BalasHapus
    Balasan
    1. subhanallaaah.. berarti saat ini Allah swt sudah mnegetuk pintu hatimu mbak... semoga dipercepat amiiin

      Hapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)