HIDUPMU BERHARGA, KAWAN...

Setelah membaca berita seorang anak pinter (dapet beasiswa, dan sedang kuliah S2 di Institut negeri terkenal sak-Endonesa) mati bunuh diri, karena depresi. 

Aku jadi sedih. 

Udah gitu anak ini nge-blog. Ngeblog. loh!
Ngeblog itu kan, seperti ini. Menulis. Menulis di blog itu curhat. Bisa nyampah sesukanya. MInimal ngurangin sesek di hati, biar gak frustrasi.

Oya .. sebelumnya kuperingatkan loh, tulisan kali ini murni curcol hihi..

Nah ngeblog atau nulis di blog itu bisa sesuka kalian mau. Gak ada yang edit, ga ada yang larang-larang isinya apa aja. Paling kalo terlalu pribadi ya aku ga published. Cukup di draft aja. 

Based on survey, menulis itu bukan hanya merangkai huruf menjadi sebuah kalimat. Menulis merupakan sebuah seni yang bertujuan untuk mengekspresikan diri dan emosi seseorang. Hebatnya, menulis juga bisa membantu meringankan stres, lho! 
Sebuah studi yang dilakukan jurusan kesehatan, menemukan bahwa dengan menulis kita bisa melepas tekanan batin yang kita rasakan.

Kembali ke anak tadi. Atau anak-anak lain di luar sana yang memilih jalan singkat untuk mengatasi masalahnya : bunuh diri. Bukannya mengungkit orang yang udah tiada, ya.. hanya sekedar kontemplasi aja ini. 

Seharusnya aku gak usah mempertanyakan, seharusnya juga aku tidak membandingkan. Tapi ya gitu, aku manusia biasa yang kadang suka usil timbul pemikiran untuk .. untuk apa, ya?

Gini aja deh.

Sepertinya beberapa dari kalian -para pembaca- tahu, September tahun 2017 lalu, aku juga kehilangan anak laki-laki yang ga kalah cakep, pinter dan sedang semangat-semangatnya kuliah dan mencari teman. 

Kenapa sampai kutulis sedang semangat berteman? 

Soalnya saat Allah memanggilnya lewat malaikat maut, dia sedang belajar berkomunikasi dengan orang baru. Almarhum bahkan sedang lirik-lirik salah satu gadis cantik alumni SMU-nya.

Kami kadang berdiskusi lama (baca : berantem) karena dia kan maunya di rumah aja, sementara aku maunya dia bergaul ke luar rumah (emak egois). 

Ya habis gimana, cita-citaku kami berdua, almarhum mau sekolah di luar negeri. Dia suka banget dengan matematika, so kita sedang incer-incer beasiswa ke Jerman (almarhum jurusan Teknologi Komunikasi di Akademi Telkom). Mosok ga bisa ngomong ke orang gitu loh. 

Anakku ini pendiam, dan kalau becanda nyaris sinis jatuhnya. Kadang aku bilang ke dia, bahwa dia itu tipikal-nya persis seperti salah satu pemenang stand up comedian yang bernama Indra Frimawan. Cringe gitu. Hanya orang yang beriman yang bisa tertawa bersamanya. 

Saking diamnya almarhum ini, hobinya di rumah aja. 

Sekolah - rumah - sekolah - rumah. Udah. Nge-gym aja kudu dianterin bokapnya.

Hobi yang agak ngikut temen waktu di SMU cuman satu; nonton JKT 48 di fx Sudirman kala itu. Itu juga masih ga berantakan, lah. Jam pulangnya masih di bawah jam 12 malam.

Yaelah, anak laki gitu, loh. Kalau dia nonton "adu pedang" baru deh aku khawatir. Kalo sekedar nonton, lalu bayar untuk dapat merchandise, foto dan hand shake squad JKT 48 aja sih, aku jabanin. 

Biar pun bapaknya ngga setuju dan ngga ngasih uang buat beli beli foto dedek-dedek gemes ini, kadang kuselipin aja sedikit di lemari bajunya. Karena kutahu, mending dia di-support kesukaannya saat itu, tapi sambil tetep dipantau. Toh nanti kalo dah gede juga malu sendiri .. hi hi...

Jadi, kebayang kan, rasa perihnya gimana? 
Yang satu menghadap Sang Ilahi pada saat sedang senang-senangnya belajar tentang kehidupan itu sendiri, dan berusaha meraih impiannya..

Yang satu, memutuskan untuk menghadap Ilahi, padahal sudah nyaris sampai tujuan. Dia bahkan sudah melebihi ekspektasi dan impian banyak orang. Juga sudah banyak diberikan kemudahan.... hiks ...

Apa iya, kita harus menjerit, "Tidak adiiiiil!" 
Tanda tanya. Jawabnya, tentu saja tidak. Untuk sang buah hati, kontraknya di dunia memang sudah habis. 

Untuk itu, Allah tentu memiliki alasan tersendiri. Dan apa pun yang Allah berikan, adalah yang terbaik untuk kita.

(besut air mata dikit). 

Hell yeah...
Ngga usah lama lama membuka memori almarhum kesayangan, nanti daku nulis sambil meler lap lap ingus pulak...

Ya gitu. 
Kita ngga akan pernah tahu, kapan si Tuan Depresi ini menyelinap. Kalo dibilang depresi, well.. kita semua harus kenalan dulu sama frustrasi.  Frustrasi ini calon kakeknya depresi. Sepupuan sama kesedihan yang berlarut-larut.

Gak muda gak tua. Level frustrasinya tentu saja beda-beda.
  • Ada yang frustrasi pengen punya cewek A, tapi ternyata si A udah digebet temen deket. 
  • Ada yang frustrasi karena pengen di mata pelajaran nilainya 100 semua, eeeh.. gurunya ngasih soal beda ama yang dipelajarin.
  • Ada ibu muda yang frustrasi karena uang belanja jauuuuh dari kebutuhan. 
  • Ada pasutri frustrasi karena udah 10 tahun belom dapet momongan. 
  • Ada yang frustrasi karena jabatan nggak naik-naik, sementara di depan mata ada newbie melenggang kangkung langsung duduk sebagai manajernya!
  • Atau kayak aku, frustrasi udah diet mati-matian, terus nyerah lalu gendats berkepanjangan.
Banyak, lah.

Tapi, kadang kita lupa ini, nih.
Kesulitan selalu datang sepaket dengan pelajaran. Toh, Tuhan tak akan memberi ujian yang di luar kemampuan.
Setiap masalah akan datang dengan solusi dan setiap pertanyaan selalu berpasangan dengan jawaban. 

Ketika jawaban atau jalan keluar dari masalah itu tak kunjung datang, kita hanya harus menunggu, berdoa, dan berusaha. Yakinlah kalau waktu bisa membantu kita menjawab semuanya. 

Bahkan, waktu juga membantuku menyembuhkan rasa rindu dan sakit karena ditinggal orang yang kucintai.

Masalah datang untuk membuat kita merasa kalah atau menyerah. 


Tapi, apa kita mau terjebak disana? 

Hah?

Merelakan hidup untuk dikalahkan masalah? 

Seandainya saja... 
eh tapi tidak ada seandainya, sih.. yang sudah terjadi biarlah terjadi. Untuk ke depannya, aku dan kamu, ya kamu, yang saat ini sedang sedih, sedang banyak hutang, sedang kesulitan keuangan, sedang ditinggal yang terkasih, sedang diselingkuhi seseorang, atau bahkan ditusuk dari belakang sekali pun.  

Biar klise, tetap harus kuingatkan, KEGAGALAN ADALAH SUKSES YANG TERTUNDA. Tidak peduli berapa lamanya "gagal" itu ada dalam hidup, tapi di ujung jalan sana, selalu ada kesuksesan. 

Hari ini sedih, nonton SUC pasti ketawa lagi, minimal mesem. Punya utang banyak? Ya kerja dan sedekah sebanyak-banyaknya, pasti ketutup lagi semua. Kesulitan keuangan? Percaya pada hukum LOA, tak lama pasti ada aja rejeki datang menyapa.

Diselingkuhin teman or relasi or pacar? 

Percaya, dia bukan terbaik untuk kita. Nangis aja di pojokan seminggu, makan es krim dan coklat banyak-banyak sampe puas. Besok juga ada yang lebih cakep lagi menghampiri.

Berdoalah. Minta pada Sang Pemilik Semesta.

Ketika sedang sendirian menghadapi masalah, mengakhiri hidup adalah satu-satunya yang terdengar menarik. Tapi, menemukan seseorang yang bisa membantu kesulitan kita itu sangat mungkin. 
Belum bukan berarti tidak ada. 
Kita bisa mencari di tempat-tempat yang bahkan tidak pernah kita pikirkan. Kejutan bisa datang dari orang-orang di sekitar, kita hanya perlu mengenal mereka dan meminta bantuan. Yang pasti, segala ketakutan akan kesulitan yang datang bisa dikalahkan dengan kekuatan doa.
Keluarlah dari rumah. Jalan jalan muterin taman kota, dan sering sapa manusia yang berada di sekitarmu, yang kehidupannya jauh lebih buruk dari kehidupanmu..

Ada pemulung sedang lewat dengan tangan sebelah, ada pengemis yang kakinya busuk dibalut perban, ada ibu tua yang memikul dagangan beraaat banget di kepalanya. Ada anak sekolah yang sambil ke sekolah tapi bawa sepeda untuk menaruh dagangan tahu milik orangtuanya...

Lihaaat! Lihaaat! Eh loh kok aku jadi marah 😒😒😒😒😒 
maaf .. maaf.... esmosi sayah.




Barakallahu ya le.. 



Kalo kamu mahasiswa, sapalah para security yang menjaga kampusmu. Mereka cuman lulusan SMA, pengen kuliah tapi biaya tidak punya, dan rela begadang sampe bengek demi sesuap nasi.

Kalo kamu punyanya "cuman" sepeda motor, sana sapa para pedagang sayur di pasar terkumuh yang sepeda saja tidak ia miliki. 

Kalo kamu bener bener "miskin", coba ke Panti Asuhan, mereka tidak punya orangtua. Ke Panti Jompo, mereka sudah tidak berdaya. Ke SLB, mereka bahkan ada yang tak punya kaki dan tangan.

Bersyukur... biar kalo sedih ngga berlarut-larut. 
Biar kenalan sama frustrasi tapi ya sambil lalu aja, ga sampai depresi.

Aku bisa ngomong gini, tentu saja juga pernah mengalami itu semua. Bahkan saat menulis ini pun, aku sedang memikul masalah segede lapangan bola. 

Berat, iya. Tapi aku masih bersyukur karena dengan begitu Tuhan sedang mengingatkan bahwa aku masih punya tanggung jawab ke Ibuku, dan anak-anak tiga, adik-adiknya almarhum.

Aku juga masih belajar terus supaya gambarku semakin baik, belajar mengelola rumah supaya minimal rumahnya bersih dan wangi, tertata rapi. Aku berusaha menikmati hidup yang tak kutahu sampai kapan. Rasanya waktu itu terbang secepat kilat. 

Aku masih mengejar banyak ketinggalan. Terutama ketinggalan hapalan Quran, mendengar banyak pengkajian. 

Pengen sih, masih pengen banget keliling dunia dan bangun mesjid mewah. Tapi bersama berlalunya waktu aku jadi sadar. Tiap manusia sejatinya punya tugas masing-masing, punya fungsi sendiri-sendiri. Saat ini mungkin tugasku membesarkan permata hati yang tersisa, ya... 

Sejak menyadari itu, aku jadi sibuk sendiri. Gimana bisa dan sempat mempertanyakan ini dan itu, yang terutama mempertanyakan hak pererogatif Allah SWT, which is : jodoh - rejeki - maut. 

Kalo dulu pertanyaan template aku tu masih kayak;
"Kenapa aku begini, Tuhan? Kenapa hidungku ga mancung kayak si itu? Kenapa bodiku gak kayak Kardashian bersaudara?"

"Kenapa aku gak lahir jadi anak orang kaya raya? Kenapa utangku gak lunas juga?"

"Kenapa jodohku dia, gak Brad Pitt aja?"

"Kenapa si A yang Kau ambil kenapa gak si B aja yang udah bau tanah?" 

Sekarang,
boro-boro mau tanya. Lawong untuk hidup ini saja, ternyata waktuku kurang! Boro boro mah hafiz Quran, juz Amma aja sungsang sumbel hapalannya. ODOJ? One juz a month aja masih kayak gigi Monster Inc. Jarang-jarang!

Boro boro hapalin hadits, mengamalkannya aja nyaris ga pernah!

Hidup ini singkat sekali, kawan. Hargai waktumu, sebelum malaikat maut mengambilnya. 

35 komentar

  1. Selalu sedih kalau baca cerita soal orang yang mengakhiri hidup padahal hidup masih bisa diperjuangkan. Tapi kadang yang mengambil jalan demikian, acap kali karena merasa sendirian dan sudah nggak kuat menghadapi masalahnya (dibalik apakah ada ikatan yang kuat atau nggak sama Maha Pencipta)~

    Tapi memang sudah sebaiknya ketika ada masalah, harus dihadapi dengan hati lapang. Saya jadi belajar lebih dalam lagi dari post mba kali ini, dan karena saya baru banget tau blog mba (hanya beberapa kali blogwalking) jadi baru tau juga kalau mba kehilangan putra terkasih. Mba kelihatan kuat sekali, always be strong ya mba <3

    Dan terima kasih untuk sharing bermanfaatnya kali ini, saya jadi ingin lebih berusaha untuk mensyukuri hidup dan selalu bersyukur meski saat harus menghadapi masa sulit :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Subhanallaaah... terimakasih banyaaaak untuk atensinya. Iya aku kehilangan kakak Naufal - putra pertama - yang waktu itu pulang kuliah hiks hiks....

      Alhamdulillaaah kalau tulisan ini bermanfaat buat yang baca. Maaf ya daku marah marah dan nyampah di sini ..

      Hapus
  2. Awal tahun bahkan aku dikejutkan berita temen keponakan bunuh diri terjun dari tingkat atas PGC, merinding liatnya, lemes, padahal anak tersebut cakep, bersih, gayanya anak terpelihara, ternyata anak broken home. Ahh andai dia tau jalan yg lebih baik dari itu

    BalasHapus
  3. Astaghfirullahaalaziiim.. aku shock bacanya ��������

    Aku kasian sama anak anak muda ini. Beneran dirangkul yuk para ortu para guru para tetua adat.... Jangan kau biarkan mereka dibully juga...

    Kita ga tau beban hidup mereka

    BalasHapus
  4. Terus perdalam ilmu2 ikhlas, iman, taqwa.
    Memang tantangan hidup semakin berat.
    Semoga ALLAH menjaga dan merahmati kita semua.
    Aamiiin aamiiin ya robbal alamiiin
    --bukanbocahbiasa(dot)com--

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget mbak, komenku sudah tersampaikan lewat mbak nurul. Intinya kita hidup harus banyak2 bersyukur :( kadang aku juga sering ngeluh ini itu, kenapa aku begini sedang mereka bisa begitu. Padahal masih banyak orang di luar sana yg lebih sedih dibanding aku, yang ujiannya lebih berat daripada aku. Baca postingan ini, aku langsung intropeksi diri. Betapa banyak kufurnya aku selama ini -,- thanks mak tanti udah mau nulis unek-unek yg bisa membuka hati.. :3

      Hapus
  5. Semoga Mak Tanti selalu diberikan kekuatan dan kesabaran ya Mak. Kadang kasih logika memperlihatkan kehidupan orang yang jauh lebih berata beban deritanya gabisa masuk ke orang depresi apalagi untuk yang muda yah. Kadang yang orang bilang sudah sukses sudah ini sudah itu juga luput dari penglihatan mereka yang sedang depresi. Ya emang susah sih kalau udah kena kelamnya depresi. Mungkin bisa dimulai dengan kita mansupport tanpa menjudge dan tanpa pamrih ke orang2 yg kita sayang ya Mak :)

    BalasHapus
  6. Betapa beratnya cobaan yang mbak hadapi kehilangan putra tercinta. Namun betapa besarnya juga pahala sabar atas cobaan ini. Jika ibadah lain ada ukuran dan hitungan pahalanya. Maka sabar itu hanya Allah saja yang mengetahui kadar pahalanya. Sungguh Dia Maha Penyayang dan Pengasih. Tak kan pernah mengecewakan hamba-hambanya yang ikhlas serta sabar.

    BalasHapus
  7. Aaah jadi merinding baca postingan ini.
    Miris sekali baca berita anak yang bunuh diri karena depresi tsb. Jadi ngebayangin yang sebaliknya, orang-orang yang sedang sakit dan berjuang untuk hidup hiks.
    Semoga kita selalu ingat kepada Sang Pemberi Hidup, semoga kita tak lupa untuk selalu berdoa dan bersyukur dalam setiap keadaan yang kita lalui.

    BalasHapus
  8. Aku gak ngikuti kasus anak ITB itu kak.. semoga Tuhan mengampuni aegala kesalahanya ya.. dan keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan.. Semiga kekuatan juga bersamamu kak...Pokoknya kita harus bersyukur dengan apapun yang Allah beri ya... karena hanya Dia yang tahu apa yang terbaik buat kita.

    BalasHapus
  9. Org2 depresi itu butuh lingkungan yang bisa merangkul dia, Mba. Memang ngeselin ngeliatnya, karena kita menyamakan org depresi itu sama seperti kita. Jadi disaat dia ga sesuai harapan kita, kesel jadinya.

    Semoga kita bs jadi lingkungan yang merangkul mereka agar tidak terus terkepung dengan depresinya.

    BalasHapus
  10. Tiga tahun lalu, di usia jelang 40 aku memulai studi magisterku. teman-teman sekelasnya? Ya model dedek-dedek gemes gitu. USia awal 20an. Kadang aku gemas ngelihat mereka. Baru dikasih tugas dikit ngeluh. Kulaih sulit dikit, ngeluh, lari ke kafe-karaoke, dsb. Dalam pikiranku, lu cemen banget sik nak! Tapi kemudian aku sadar. Ya seperti yang ditulis Mbak Tanti. Apa yang buat aku enteng, mungkin bagi mereka udah macam nyunggi gunung himalaya di atas kepala mereka.

    Baidewei aku bacanya sambil pilek. Srat srot sambil ngetik nih. Jadinya aku nano-nano. Antara perih, getir, tapi juga pengin ketawa baca ini. Ah...hidup...

    BalasHapus
  11. Turut berduka cita ya Kak atas kepergian putranya.

    hmm, tentang anak yang bunuh diri, rasa-rasanya sekarang memang banyak terdengar kasusnya. Saya pun pernah dan masih menjadi tempat cerita oleh saudara yang memang punya tendensi dan sempat melakukan percobaan bunuh diri. Yang bisa saya tangkap, bagi mereka yang depresi, melawan stigma buruk dari dan untuk diri sendiri adalah yang paling berat.

    Mereka sulit untuk melihat bahwa ada kesempatan-kesempatan baik atau hal-hal baik yang pernah mereka lakukan, meminta mereka banyak bersyukur atau melihat kepada yang kurang beruntung juga dirasa kurang tepat karena nanti yang muncul adalah rasa inferior dan menganggap mereka tetap yang terburuk.

    sejauh ini saya juga hanya bisa menyiapkan telinga dan meluangkan waktu membaca keluh kesah sambil mengingatkan bahwa dia berharga, akan banyak yang kehilangan kalo dia pergi dengan cara begitu, kasarnya lebih baik menelan kegagalan anak dalam hal pendidikan atau pekerjaan daripada ditinggalkan karena bunuh diri.

    BalasHapus
  12. Ya Allah, saya turut berbelasungkawa untuk mendiang Almarhum. Insya Allah mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah.

    Tentang depresi, ya, saya pun pernah mengalaminya. Rasanya dulu itu saya ingin mengakhiri atau lari yang jauh. Ingin menepi dan menenangkan diri, tapi tak bisa. Aku pun pernah berhari-hari hanya berurai air mata. Meratapi hidup yang rasanya, "Kok hidupku kayak gini banget, apa-apa enggak punya. Orang yang dicintai milih cewek lain. Hutang masih ada. Pertanyaan-pertanyaan dari keluarga, yang kapan ini, kapan itu terus bertubi-tubi,"

    Rasanya nyesek banget. Sampai saya cuti beberapa hari dari kerja. Dan hari terakhir cuti saya tlp Ibu HRD untuk curhat, dan Alhamdulillah, beliau bisa menenangkan saya. Dan perlahan masalah pun selesai. Memang enggak sekaligus, tapi waktunya berangsur-angsur.

    Yeaah, intinya ketika kita punya masalah jangan dipendam, harus diceritakan ke orang yang memang dianggap tepat untuk meminta bantuan.

    BalasHapus
  13. Peluk eraaaaaat Mbak Tanti. Aku baca ini kayak reminder buat diri sendiri. Kemarin juga baca blog ybs, kayak dia sedang berjuang melawan anxiety-nya sejak lamaaaa. Merasa sendiri, sepi

    Btw, katanya ada rencana mau ke Solo ya? Kmrn kata Pak Prapto dr Musafir Solo, Mbak Tanti mau Nyolooo

    BalasHapus
    Balasan
    1. peluuuuk juga... terimakasih

      jiahahahaaha rencana botjoooorrrr . iya Aya, tanggal 19 ke SOlo, tungguin yaak

      Hapus
  14. Seberat apa pun masalah, pasti ada jalan keluarnya ya, Mak. Daya tahan tiap orang menghadapi masalah juga beda-beda, jadi nggak bisa juga membanding-bandingkan dan menghakimi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siap mbake, aku ngga nge-judge, tapi rasanya ingin mengingatkan .. please back to basic aja

      kita ADA DI DUNIA INI BUKAN KEBETULAN, brojol dari rahim Ibunda yang mematahkan miliaran aja udah PRESTASI BESAAARRR

      coba kawan kawan tercinta ini merenung, KENAPA KITA YANG MENDAPAT COBAAN INI? KENAPA TUHAN? KENAPA GAK TETANGGA GUE AJAAAH?

      see, aku jadi esmosi... *minum air putih sambil istighfar

      Hapus
  15. Mba, makasih banget loh udah diingatkan meski melalui tulisan dengan gaya curcol begini.
    Depresi memang bisa menyerang siapa saja. Untuk itulah dari kecil sudah selayaknya memberitahu anak, jika masing-masing kita tuh punya kekuatan yang manusiawi. Ketika ada kesulitan yang kita rasa sudah melebihi kekuatan, sudah waktunya memasrahkan kepada Yang Maha Kuat. Kita pasti akan dibantu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. lha ya ituuu jeng, aku tau, depresi itu menyerang semua orang sebenernya. Aku membantu dengan jadi teman sebener-benernya teman buat anak-anak, ga peduli anak aku apa anak orang lain.

      Dan believe me, it is soooo hard! Tapi seandainya bisa membantu walau sejenak kuharap mereka tahu bahwa di luaran sana masih ada kok yang peduli

      Hapus
  16. Mak Neng, syedih aku membaca tulisan ini. Syedih juga aku buat tahu kenyataan ini. Smoga Allah slalu lindungi anak -anaak kita ya. Aku ya slalu bilang ke anak buat slalu bersyukur atas nikmat yang Allah berikan. Kita harus berusaha semampu kita

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiiin yra yaa ALlaaaah, iya anak-anakku tu tipe gituan juga,
      maklum anak jaman now, instan.

      Untung mereka ga lahir dengan sendok emas, pake sendok perak dulu jadi tau merihnya hidup ini

      Hapus
  17. Iya kabarnya gitu ya yg kudengar, si alm mahasiswa ini juga blogger ya katanya. segitu blogger ada media buat penyaluran uneg2 tetap aja ya dia merasa kesepian. Memang penting ya untuk keseimbangan teman secara online dan offline ya. Supaya gak kena depresi seperti ini. Semoga kasus ini jadi pembelajaran untuk kita semua, terlebih kita sebagai orangtua.

    Peluuuk buat alm anaknya mba Tantiii...

    BalasHapus
  18. Mudah2an anak mba tenang dan damai di alam sana, amin ya Rabb.

    Aq jg pernah bertanya2, mengapa ad org di luar sana yg tdk menghargai hidupnya, padahal ada org lain yg mati2an mempertahankan hidupnya

    BalasHapus
  19. Dari bacaan ini aku dapat simpulkan, bahwa hidup perlu banyak-banyak bersyukur. Bicara soal depresi, ibuku pernah mengalaminya mba. Kala itu aku alhamdulillah setia dalam mendampingi proses pemulihannya, apapun aku lakukan demi kesembuhannya:)

    BalasHapus
  20. Butuh waktu banyak memang mendengarkan orang-orang yang depresi ini.
    Ini juga yang dibahas temen-temen di grup ODOP. Karena orang depresi itu gak ada hubungannya sama iman, katanya.

    Tapi menurutku, kalau orang percaya Tuhan, in syaa Allah jauh-jauh dari depresi dan pemahaman yang salah mengenai yang namanya "kematian".

    Jadi ingat kasus seorang Ibu lulusan ITB yang mengakhiri hidup anaknya, padahal sang Ibu juga agamanya kuat.
    Ia memiliki pemahaman bahwa biarlah ia yang menanggung beratnya dosa sekarang asal anak-anaknya bahagia kelak di surga.

    Kan aneh kalo uda begitu yaa..

    BalasHapus
  21. Saya juga baca blognya..tidak tahu seberat apa masalahnya tapi kok sedih dia memilih jalan pintas. Semoga Allah mengampuninya, dan memberikan kesabaran untuk orang tuanya yang pasti sangat terpukul. Ikut berduka cita juga ya nb, atas meninggalnya putra tercinta. Semoga alm. Memperoleh tempat yang nyaman di sisi Allah SWT... Aamiin...

    BalasHapus
  22. Huhuhu mba...aku kena babyblues mba. Makanya emosi naik turun ga karuan. Huhuhu. Kalau lagi sadar ya sadar
    Tapi kalau lagi nggak huhuhu ya gitu :((((

    Nangis2 geje. Berkali2 berusaha ngingetin diri kalau aku itu ibu ank2 tersayang huhu
    Ingetin aku mba, aku cuma takut hilang ga berjejak

    BalasHapus
  23. kalo baca tulisan ini saya ingat dulu sekali, sekitar liam belas tahun, ada cerita seorang teman yang didatangi oleh teman yang lainnya ingin curhat, kenetulan ia lagi sibuk dan tidak bisa ditemui, eh ternyata besoknya tersiar kabar dia gantung dri, nah, hal ini kembali mengingatkan bahawa butuh banget curhat dan teman, selain membangun iman dan taat

    BalasHapus
  24. Aku tipe orang tertutup Cici.... Tau lah pasti hahaha, kemaren-kemaren ngobrol sama dokter dan dia nebak dong apa yang bikin aku cuek. Trus aku merasa enggak ah, ternyata itu denialnya aku. Dianya santaaai banget ngajak aku buat move on. Buatku kalau curcol diungkapkan ya malu, kalau disimpen aja jadi draft ya gimana, ya? Sayang ga publish, tapi kalau publish ya malu hahaha... Galau ya?

    BalasHapus
  25. Masya Allah, terharu bacanya juga bahagia membaca kenangan tentang kakak..benar banget ya mak neng pasti ada jalan keluar dari segala masalah...peluuk..

    BalasHapus
  26. Air mata saya merebak membaca ini. Terharu membaca kisah mbak, juga merenung karena sedang mengalami waktu-waktu yang lumayan sulit. Terima kasih ya mbak, artikelnya sungguh menguatkan. Yap, setiap duka pasti datang sepaket dengan suka, walau kita tak tahu kapan akan tiba, tapi terus percaya rencanaNYA pasti yang terbaik.

    BalasHapus
  27. Kalo lagi ga enak pikiran aku juga suka nulis mba. Kalo mentok banget ya palingan aku tidur sambil nnagis. Ehhe

    BalasHapus
  28. Bunsay sini aku peluk atau mungkin aku ya yang butuh peluka hihihi. Aku sedih bacanya. Bener bun kita nggak pernah tahu tentang hidup kita ini ya. Smga ktika kita pergi dari dunia ini dalam keadaan Allah ridha pada kita ya ��

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)