CURHATAN ISTRI

"Pagi Ibu,"

"Pagi pak Alex,"

"Ini sudah ada kepastiannya untuk acara di Batam. Ibu Tanti berangkat ke Batam ya, minggu depan dengan pak Ridho," suara pak Alex renyah.

"Hah? Berangkat ke Batam, pak? Serius? Horeee!" Aku tidak menutupi kenyataan kalau aku happy bingit!

Kebayang ngga sih,
sesudah nikah selama 20 tahun (eh iya, ya.. sampe lupa berapa tahunnya) kayaknya ini pertama kalinya aku dan suami bisa pergi berdua aja! Udah gitu, jauh pula perginya.

Kami beruntung, acara diadakan saat weekend, jadi kami akan berangkat di hari Jumat, Sabtu dan Minggu.

Aku bergegas merapikan barang milik anak-anak, membeli aneka frozen food, jajanan aneka biskuit dan snack. Aku meminta ijin pada Ibuku, untuk menaruh anak-anak di rumah eyangnya di Ciputat.

Untunglah Ibuku dalam keadaan sehat walafiat, dan kebetulan pula salah seorang keponakan yang tinggal di Cianjur sedang berlibur sehingga anak-anak malah bahagia bisa bertemu dengan sepupunya.

Kami berangkat subuh dari rumah bersama anak-anak, meninggalkan mobil dan berangkat dari rumah Ibuku dengan naik bus DAMRI menuju bandara.

Dengan pesawat Garuda, rombongan kami berangkat menuju bandara Hang Nadim Batam di siang hari itu, Jumat tanggal 24 Agustus 2018.

Kali ini, karena perusahaan mengadakan acara tahunan, maka kami diberi fasilitas menginap di Hotel Radisson, dan aku bersama bang Dho menempati kamar superior di lantai 9.

Walau aku sering bertugas ke luar kota, dan menginap di hotel, bahkan pernah di suite room, serta acara perusahaan kali ini akan padat merayap, tapi hatiku membuncah bahagia.

Kali ini berbeda. Rasanya tidak ada beban, dan bisa mengenang kembali masa sebelum anak-anak hadir berturut-turut 4 orang!

Sesekali aku mencuri pandang ke arah pak suami, dan baru menyadari betapa besarnya cintaku padanya!

Cinta yang selama ini terkubur bersama kebutuhan dan rutinitas harian.

Cinta yang nyaris punah karena betapa semua seolah terbuka begitu saja setelah menikah. Kejelekan istri atau suami, tabiat dan perangai yang tadinya tak diketahui pasangan hidup, semua dijembreng begitu saja, tak ada lagi rahasia di antara kita.
Padahal, konon rahasia adalah afrodisiak yang paling ampuh, namun justru itulah yang hilang dalam kehidupan perkawinan
Lyss Stern, pendiri dan direktur Divalysscious Moms, sebuah perusahaan gaya hidup premium untuk kaum ibu urban, bahkan menulis di The New York Times bahwa pergi berlibur tanpa anak adalah sebuah terapi.

Bagi Stern --dan mungkin jutaan orang lain-- punya anak membuat orang bisa melupakan pentingnya waktu berkualitas untuk diri sendiri dan pasangan.

Karenanya, punya waktu berkualitas itu bisa membebaskan diri dari stres, dan tentu saja bermanfaat bagi hubungan.

Aku mengenang kembali masa awal pernikahan. Aku memang nyaris tidak pacaran dengan suamiku. Hanya berkenalan sebulan, dan langsung acara lamaran, di bulan berikutnya kami sudah menikah!

Jangan ditanya rasanya… langsung hidup serumah dengan seseorang yang nyaris tak kukenal.

Sebagai anak pertama, watakku keras dan emosiku sering meledak-ledak seperti petasan jangwe. Belum lagi, gaya hidup senimanku.

Aku nyaris tak pernah berhenti berkarya, ngopi bergelas-gelas dan tidur hingga larut malam setiap hari. 

Sementara suamiku yang ganteng sejagad raya adalah seorang yang berpembawaan santai, kalem dan terbiasa hidup teratur.

Lelakiku ini, keluar dari zona nyaman. Ia menikah dengan seorang seniman yang latar belakang keluarganya pun seniman.

Almarhum Bapakku adalah pemain gitar klasik, penyanyi yang "terperangkap" menjadi pegawai negeri.

Saudara-saudara kandung bokap –which is om dan tanteku, sepupu sepupu, sampe ke cucu nyokap - adalah penyanyi, musikus, penulis, penari dan juga ilustrator. 

Sepupu-sepupuku menuruni darah seni mereka. Adikku yang bungsu selain seorang ilustrator juga piawai menggebuk drum.

Sementara, ia sendiri lahir dari 10 bersaudara yang semuanya adalah pekerja. Ayah dan ummi mertuaku adalah seorang ustadz dan ustadzah pemimpin pengajian.

Tak jarang, kami beradu argumen (baca : berantem) karena betapa besarnya jurang menganga di antara kami berdua.

Seiring waktu, kami akhirnya menyadari, kami harus sepakat sama-sama harus keluar dari zona nyaman sebelumnya.

Dan ini surat untuk suamiku tercinta 
(yang obviously gak bakalan dia baca, karena dia ngga bakalan baca blog-ku hihihi)

dear suamiku….

Pernikahan adalah sebuah kontrak kerjasama seumur hidup. seiring waktu, aku dan kamu bertumbuh.

Tidak mungkin tidak ada kekurangan dalam kehidupan pernikahan, dan untuk itu semua, aku bersyukur karena kamu yang Tuhan pilih untuk menjadi kekasihku, lelaki hebat yang sangat menyayangiku, lelaki tangguh yang setia mendampingiku.

Lelaki super yang tak pernah bosan mendengar semua keluh kesah dan kegalauanku. Lelaki kuat yang tak pernah mengeluh menemaniku membaca atau melukis berjam-jam walaupun aku tahu kamu pasti sangat lelah.

Kamu benar-benar lelaki sempurna di mataku, aku yakin banyak orang di luar sana yang merasa iri dengan hubungan kita.

Perjalanan cinta kita tak semulus apa yang dilihat orang lain, pernah kita bertengkar dengan sangat hebatnya hingga kita memutuskan untuk berjalan masing-masing.

Kamu tahu? 
Berpisah denganmu adalah keputusan terburuk dalam hidupku.

Melewati hari-hari tanpamu begitu hampa, menangisimu setiap hari menjadi hobiku saat itu. Berlebihan ya? Tapi memang begitu adanya.


Hai lelaki hebat yang namanya tak pernah absen kusebut dalam setiap doa. Jangan pernah lelah untuk menuliskan cerita baru denganku, jangan pernah bosan untuk menemaniku dalam perjalanan panjang ini karena memilikimu adalah salah satu hal indah dalam hidupku.


15 komentar

  1. Mbaaa 😭😭

    Jadi kangen bayangin dirimu kalau ngomel, kalau ngopi, kalau ngeledek. Salam sama bang Dho ya, semoga samara sampai akhir hayat aamiin

    BalasHapus
  2. Ternyata waktu berkualitas hanya berdua aja dengan pasangan hidup itu penting dan harus ya. Terkadang kalau suami isteri sudah punya anak2, jadi merasa ga perlu our time, riweuh terus urusan domestik hihihihi :D

    BalasHapus
  3. Manis banget surat cintanya. Setelah 20 tahun mengeluarkan curhat seorang istri lewat blog. Langgeng terus ya mba

    BalasHapus
  4. Semoga sakinah mawadah warahmah terus Mak Neng.
    Saya banyak belajar dari ceritanya. Karena saya dan suami pun memilih banyak perbedaan. Saya yg cerewet dan suka keluyuran, dia mah pendiam, alim dan memilih ngumpet dari peredaran. Kita bersatunya di gunung, hahaha... Kalau soal mendaki, baru klop...

    BalasHapus
  5. Omaygat mbak Tanti, so sweet .
    selamat yaa...
    Semoga semakin banyak pasangan yang rukun seperti mbak Tanti dan suami, amin

    BalasHapus
  6. Beuh! Ini kalau Pak Ridho baca, langsung diajak bulan madu ke pulau manaaa gitu, hahaha ...

    Sukaaa deh sama curhatan cintanya. Aku pun ternganga-nganga membaca ini karena ya gitu deh. Jodoh nggak ada yang tahu datang dari mana dan gimana latar belakangnya. Keluarga ustadz ustadzah ketemu keluarga seniman. Jomplang banget! Tapi bukan berarti nggak bisa bahagia, aman, damai kan, yaaa?

    Semoga senantiasa sakinah, mawaddah, warrahmah ya, Mbaaak ...

    BalasHapus
  7. Masya allah, jadi inspirasi nih saat daku berkeluarga nanti. Samawa until jannah ya mbak, aamiin

    BalasHapus
  8. so sweet banget suratnya.
    Kok saya jadi pengen pergi piknik berdua aja dengan suami ya....
    Iya sih sejak punya 3 buntut, waktu berdua jadi berkurang jauh.

    BalasHapus
  9. Barakallahu semoga menjadi keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Btw, walaupun nggak ditanya, pengen ngasih tau hari ini pas anniversary 17th saya & paksu. Baca surat Mbak Tanti untuk suaminya kok ya jadi keinget ama surat yang pernah kami berdua tulis (itu pun karena disuruh oleh narsum waktu seminar pernikahan..udah lama banget, pas anak kami baru baby). Ya begitulah kita & pasangan, bersatu karena 'adanya perbedaan & keunikan' pada diri masing-masing hehe.

    BalasHapus
  10. MashaAllah. Sering menghabiskan waktu bersama memang jadi kunci awetnya cinta dan kasih sayang dalam pernikahan. Saya juga sering melakukannya Mbak. Apalagi anak-anak saya sudah mandiri semua. Saya juga sudah tidak bekerja kantoran. Jadi waktu-waktu untuk melakukan kegiatan bersama suami jadi lebih banyak, gampang diatur dan fleksibel.

    BalasHapus
  11. Curhatan seorang Doodler, cerita curhatannya menarik nih. Semoga menjadi keluarga sakinah mawadah warahmah, sejak punya 2 anak ini ya jarang banget keluar berdua ��

    BalasHapus
  12. YAng baca surat cinta ini akan ikut larut. Apalagi yang disurati.
    Semoga langgeng pernikahannya, sakinah, mawaddah, warrahmah. Aamiin

    BalasHapus
  13. MasyaAllah, indah banget surat cintanya mba. Semoga selalu jadi pasangan harmonis, bahagia sampai jannah ya mba. Aamiin

    BalasHapus
  14. Semoga sehat terus ya mba dan juga pasangannya. Baca curhatan mba, mewakili para istri lainnya yg kadang juga mengalami hal yang sama, itulah namanya pernikahan, di mana di sana ada canda, tawa, duka, pertengkaran, dan kangen2an. 😁

    BalasHapus
  15. Wah, sayang sedang pandemi mbak, biasanya kalau ke Batam pelancong langsung jalan ke Singapura atau Malaysia.

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)