PENYAKIT YANG DIDERITA OLEH PENULIS


Haaai, apakah kalian PENULIS?

Jika "Ya!" silakan lanjut baca sambil manggut-manggut tapi jika jawabnya "Tidak!", pahami jika penyakit-penyakit  itu memang ADA  (^_^)

Jadi, setelah menggeluti dunia tulis menulis sejak tahun 2011 secara serius, ku baru paham bahwa ada beberapa penyakit penulis yang aku temui. Aku loh, ya. Jujurly, aku baru ngeh ada "penyakit" ini setelah terjun di dalamnya. 

1. Writer's Block

Para penulis - apalagi penulis pemula sepertiku- sering loh mendapat penyakit ini. Sedang asyik menulis - Eh, tiba-tiba stuck!

Padahal, saat di kepala, cerita itu seolah menari-nari namun ketika hendak ditulis, aku merasakan kebuntuan mendadak! 
Rasanya syaraf otak dan tangan tak lagi sinkron. Jadilah.. cerita itu menggantung - entah sampai kapan  😞😢

Bingung akan kelanjutannya.

Istilah popular untuk penyakit ini adalah
WRITER’S BLOCK.

    Satu hal yang menyebabkan ini terjadi, biasanya ada di  mindset penulis karena ia berambisi agar tulisannya terlihat bagus. Eniwei, this is actually good. 

Tapi pada saat menulis, sebisa mungkin acuhkan dulu pemikiran semacam itu. Biarkan tulisan mengalir begitu saja. Bahkan tanpa peduli itu bagus atau jelek, benar atau salah. 

Kuncinya : 

1. Setia pada outline. Jika menurut kalian ada ketidaksesuaian, obrak abrik karakter utama pada outline - lalu buat alur lagi sesuai dengan karakter tersebut. 

2. Terus menulis sampai habis. Setelah itu minta beberapa teman untuk menjadi first reader, terima masukan beliau, baru lakukan tahap pengeditan untuk memperbaikinya.

2. KURAP (Kurang Percaya Diri)


"Kalau kau tidak bisa menghargai karyamu, 
bagaimana dengan orang lain?"

Yes, aku sering kok merasa begitu.

Kayaknya tulisan yang aku buat capek-capek itu : 
  • "mentah"
  • tak bernyawa
  • garing
  • tulisannya tak jelas juntrungannya 
  • tak ada pesan moralnya sama sekali
  • diksinya biasa saja
  • lantas benyanyi dalam hati "Mau dibaaawa ke mana, hubungan kita?" (not-not lagu mengambang di sekitarku)

Tak jarang tulisanku kemudian menjadi penghuni komputer tercinta, teronggok sepi di pojokan berdebu. 

Mau sampai kapan?

Rasa kurang percaya diri itu diam-diam merenggut pola pikir kita (eh aku maksudnya). 

At the end, aku akan berdiskusi panjang lebar pada hatiku, untuk kemudian mempertanyakan, "Apa sih yang ingin aku capai?’ 

Jika jawabannya timbul dengan "Aku ingin dipuji, aku takut tulisanku dihujat!"

Maka....ketahuilah : 
Kritik adalah makanan pokok penulis. Dengan kritik, kita akan dengan mudah merombak isi tulisan untuk kemudian belajar lagi memperbaiki kualitas karya. Kebayang tidak, jika tidak ada kritik, itu berarti tak ada orang yang peduli pada karya kita? Ahaaa!

Kuncinya apa Mak Neng? Be positive, always! 

Setiap orang berhak memiliki persepsi masing-masing. Barangkali menurut kita, karya kita tidak bagus, tapi di sebelah sana ada orang kok yang kagum dengan buah karya pikiran kita!

3. KUDIS (Kurang Disiplin)

Yap. Aku sedang berbicara tentang si DEADLINE. 

Deadline ini ada yang menganggapnya sebagai challenge, namun ada juga yang malah mati gaya. Konyolnya, kadang di grup penulis atau blogger - si orang mati gaya ini tidak berusaha menuntaskan tugasnya sama sekali, eeeh malah KELUAR DIAM-DIAM dong dari grup!

Huhuhuuu... ketahuilah teman,
dunia menulis ini sangat luas namun sekaligus terpantau dengan jelas.  

        Untuk beberapa orang, deadline seolah menjadi sindrom aneh mematikan yang bisa melumpuhkan otak dalam mencari ide tulisan. Apalagi jika waktu yang diberikan oleh panitia lomba, misalnya, terlampau singkat. Alhasil aku akan tergopoh mengejar target, dan .. jelaaas... terkadang hasilnya kurang memuaskan.

    Aku pernah kok, mengalami hal ini. Aku sedang sakit, anak-anak sedang punya kesibukan luar biasaaaah - sementara suami di luar kota. Ironisnya, si transferan di bank malah macet, dan e-wallet error mendadak, tak bisa digunakan!

Dengan berjuang menahan segala rasa - baik rasa sabar sekaligus rasa sakit, aku berjuang menyelesaikan tulisan karena satu kata : KOMITMEN!

Kuncinya : 

1. Percepat saja tulis, kumpulkan data dari mana-mana, lalu tulis. 
Editing? Ntar aja kalo mood sedang bagus. Minimal, kamu tak terkejar deadline!

2. No hard feeling. Bahasa gaulnya : ojo baperan.  Yah memang, menulis itu sama seperti jati diri.

Aku sering merasa minder jika meluncurkan tulisan yang menurutku belum bagus atau belum sempurna. Akhirnya, aku menunda menuliskannya. 

Bisa ditebak gaes, aku tergopoh berjuang menyelesaikan tulisan itu hingga akhir tengah malam, persis sebelum Cinderella terbirit -birit ngejar kereta labunya. 

Tapi gaes.. jika berhadapan dengan sebuah team, tolonglah... selesaikan tenggatmu tepat waktu, yaaa! *jiwit manjyaah*

3. Tulis saja dulu!
Aku tu punya satu grup WA  yang isinya aku sendirian. Jadi kadang ada terlintas ide menulis, segera kutulis! Aku menganggap itu adalah bank data-ku.

Hal ini bisa menguntungkan ketika DEADLINE mengejarmu tanpa ampun. MInimal aku punya sebuah tabungan artikel atau sekedar paragraf!

4. PIKUN MENDADAK


"Percayalah, ide ada dimana-mana. 
Dan biasanya datang tanpa diduga-duga."

Ini sodaranya si nomor 1 itu, writer's block!

Ku pernah, tiba-tiba terlintas ide pada saat sedang membuat sebuah novel bertema fiksi fantasi (as always).

Saking senangnya, aku sambil senyam senyum merasa mendapat ilham cemerlang,  sibuuuuk merangkainya di dalam kepala, dan... tak dicatat!

Ah, kalian benar. 
Saat malam hari tiba, aku sudah siap duduk manis depan Mr. PC dan hendak menuangkan si Ide Cemerlang itu dalam untaian kalimat di Ms. Word, aku LUPA! 

Bukan hanya lupa, idenya lenyap begitu saja dari memori. Blank Idea!

Aku sibuk membolak balik peristiwa itu, dan si Ide semakin berlompatan keluar, seperti kelinci berlarian dari topi tukang sulap. Pikun? Ya tentu saja, karena seolah aku merasa tak tahu apa-apa sama sekali!

Kuncinya  :

Selalu sediakan waktu untuk menulis, boleh di buku catatan atau di grup WA-mu sendiri. Jangan lupa! CATAT!

5. DEUS EX MACHINE

Siapa di sini yang pernah tercengang dengan sebuah film? Atau baca buku bagus tapi, lah kok alurnya semudah itu? Lah kok dengan jalinan kisah yang serumit itu, penyelesaiannya "gitu doang"?

Si tokoh : 

1. Terbangun karena peristiwa itu hanyalah mimpi belaka

2. Mendadak mendapat pertolongan dari Superman (bisa Ibunya, Bapaknya bahkan Neneknya) - dan....  snap! Kelar.

3. Seorang cewek miskin - ibunya sakit keras - mendadak "tabrakan" dengan pemuda ganteng - kaya raya - baik hati - berjiwa malaikat - dan jomblo pula!

Bahkan ada sebuah drakor yang dengan gampangnya "menabrakkan" tokoh utama wanita dan prianya dengan terpeleset dan .. gubrak! Bibir ketemu bibir!

(pengen nangis sambil misuh-misuh nontonnya)

Deus ex machina adalah sebuah perangkat alur - 
dimana sebuah masalah yang tampak tak terpecahkan 
dalam sebuah cerita, secara mendadak dan rancu terpecahkan oleh sebuah kejadian tak terduga, biasanya membuat banyak orang terkejut.

Jika kalian ingat kembali, 

bahkan tokoh-tokoh penyihir sejak dulu hingga kini, yang sekarang digandrungi anak-anak, karena ganteng dan masuk sekolah bergengsi dunia (yang jelas-jelas ga ada di dunia nyata) itu saja, mendapat banyak rintangan - hajaran - cibiran bahkan bullying!

Tak mentang-mentang dia penyihir terus angkat tongkat sihir terus kelar gitu aja masalahnya!

Yes, jangan jadi penulis kek gitu ya man teman! Jangan suka menggampangkan logika berpikir, karena jadinya tidak logik sama sekali. 

6. PATAH SEMANGAT

"Begitu banyak orang yang menginginkan kemenangan. 
Tapi sedikit yang siap akan kekalahan."

Aku suka sih sama quote ini.

Penulis itu wajib memiliki jiwa besar - pantang putus asa - pantang mundur sebelum berperang -  selain skill semata. 

Mental kudu tahan banting! Coba bayangkan, rasanya setelah menunggu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan untuk sebuah pengumuman penting. Dan ternyata yang didapat hanya kekalahan?

DOWN!

Sangat manusiawi ketika kita merasa down dan berkeluh atas kekalahan. Aku sering dong, bahkan sampai detik ini pun. 

Tak mudah melenyapkan sifat manusia yang satu ini. Aku pernah baca di sebuah platform tentang kalimat motivasi ini. Ditulis ulang oleh seorang penulis :
Mengeluh, 
Menyerah, 
Bangkit! 
Tiga frase kata ini pasti dialami oleh semua pejuang pena.

It is totally normal. 

 Dan ini sangat normal. Namun yang perlu digaris-bawahi ialah bagaimana caranya frase ‘Mengeluh’ dan ‘Menyerah’ hanya bertahan singkat, tidak sampai menggerogoti energi dan semangat yang tersimpan di dalam diri kita.

Kuncinya :

1. Cari beberapa lomba menulis sekaligus

2. Cari kelas dalam waktu berdekatan 

3. Kalau bisa, sekalian aja kamu nulis novel atau cerita anak!

Dijamin, fokusmu tak terpusat di satu lomba saja. Otakmu akan berkelana buat mengerjakan yang lain. Boro-boro mikir "menderita" ... 

Nah, itu dia beberapa penyakit penulis yang aku temui, kalau kalian ada "penyakit" lainnya sila komen ya!

45 komentar

  1. Waaaah kereeeeen banget tulisannya, berasa makjleb dihatiku, secara sbg penulis pemula akuuh banget ini, tengkiuuuuu mama Neng, love banged deh sama tulisannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi hihi makasih banget kunjungannya ...
      Yuk mare kita sama sama tuntaskan penyakit ini

      Hapus
  2. Mbak Tantiii, masya Allah masih merasa penulis pemula padahal pengalamannya sudah luar biasa banyaknya ^__^

    Bte, yang KUDIS itu ... terima kasih sudah menyuarakannya hihi. Gemes kalau sudah dekat sekali DL tiba2 pengen mundur dengan berbagai alasan padahal sebenarnya setting waktunya sudah sangat panjang. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi aku teringat dengan kasus di grup sih jujurly (geleng geleng kepala tak mengerti)

      ... Inspiratif banget ya ada di sebuah grup super besar dengan event super keren, lalu... Mundur tanpa berita!

      Makasih ya sudah dimasukkan ke grup super kece

      Hapus
  3. Wow, begitulah jadi penulis atau profesi apapun selalu ada halangan atau penyakit2 'mistis' yang bergentayangan, butuh suntikan percaya diri dan semangat tinggi hahaha :) Paling ngeri itu Kudis ya mbak Tanti, soal dikejar2 deadline baik artikel biasa maupun yang diperlombakan. Tentunya semangat wajib ada terus dong, kan melakukan hobi yang kita sukai.

    BalasHapus
    Balasan
    1. KUDIS itu penyakit yang paling ditakuti PENULIS!

      Hapus
  4. Makanya...aku sebenernya rada malas dengan drakor genre romcom, kak Tanti.
    Soalnya adegan klasik "kepleset, trus bibir ketemu bibir."
    Dan kaya uda gak kerasa lagi deg-degannya.
    Hahaha...ini aku malah bahas scene drakor.

    Tapi mantap banget, kak Tanti menuliskannya. Dimana ada masalah, disana jualah ada jalan keluarnya.
    Dan tau gak sih, kak Tan.. Aku menyimpulkan nih, setiap ide yang akan kita tuliskan lalu kita tunda, maka ide tersebut akan berpindah ke orang lain.
    Yang KZL, kalo kita kenal orang tersebut.

    Huhuu...meski setiap orang tentu berbeda cara menuangkannya dalam sebuah kalimat, tapi tetep aja, berasa ZONK kalo liat ide kita diwujudkan oleh orang lain yang lebih gercep.

    Ini penting banget untuk menyegerakan konten.
    Persis seperti yang kak Tanti katakan bahwa menulis saja dulu, editing belakangan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. QI QI QIIIIII maafkeun ngikik, ini kayaknya sama dengan yang pernah aku alami deh, de ja vu jadinya pas tulisan orang lain udah tayang,

      lah perasaan gue udah mengangan-angan nulis itu dah

      Hapus
  5. Nah aku juga suka gemes tuh ama yang suka KUDIS, padahal PJ udah sering mengingatkan di group kapan batas akhir penulisan, tapi tetap aja ada yang telat dan mesti di mention berjamaah

    BalasHapus
    Balasan
    1. tooos mbak Nanik, soalnya aku beberapa kali jadi PJ pingin jiwit manjyaaah yang bandel

      Hapus
  6. Saya lagi di masa writer block nih mbak, solusinya saya biasanya membaca buku self development heheh. Menulis pun perlu strategi ya biar tidak terkena penyakit kurang displin hingga writer block.

    BalasHapus
  7. Kyknya penyakit terbesarku tuh kudis maakk huhu
    Padahal pengen gitu, misalnya pas ngeblog ya ODOP, nulis buku minimal kudu dapat berapa halaman, tp dengan alasan kesibukan akhirnya berdampak jd kudis huwaaa.
    Semoga start Juni ini bisa mulai awal baru bisa lbh berkomitmen menulis dengan disiplin lagi shg semua target2 tercapai :D TFS

    BalasHapus
    Balasan
    1. hiks samaaaa ... kena "mental' deh pokoke kalo ketemu "monster" deadline!

      Hapus
  8. Ada Kudis, ada Kurap, haha penyakit kulit semua itu, eh penyakit penulis ya :))

    Aku belum pernah bikin WA grup yang anggotanya aku sendiri. Selama ini aku pakai cara nyimpen ide-ide yang suka muncul dadakan itu di chat yang kukirim ke nomorku sendiri, trus aku pin :D
    Hanya saja, maksimal ngepin nomor di WA itu cuma 3, sedangkan aku harus ngepin nomor suami dan kedua anakku, jadinya ga cukup kalau ngepin nomor sendiri. Nah cara mbak Tanti nih mau kutiru, dengan cara bikin WA grup itu ya. Makasih idenya mbak. Selanjutnya aku bakal nyimpen ide2 ku di situ.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh .. lah aku baru tau malahan! Sama-sama mbak Rien (^_^)

      Iya grup WA pribadi ini ada 2 atau 3 biji (sesuai mood juga) tapi paling banyak ya di Neng's File itu, Pas bikin grupnya aku masukkan anakku, terus aku keluarkan lagi. Jadilah!

      Hapus
  9. Wah mbak Tanti, kreatif
    Aku sampai kaget, ada kudis dan kurap juga
    Hihi, mirip penyakit kulit
    Ternyata penyakit penulis ya
    Benar mbak, hampir semua penyakit penulis diatas pernah aku alami
    Kalau Uda sakit gitu, aku menepi sejenak, perbaiki mood
    Baru ntar nulis lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe maafkeun agak menjijaikan ya istilahnya
      aku paling sering ketemu monster KUDIS sih, makanya kapoook

      Hapus
  10. Alhamdulillah mpo bukan tipe nulis pas akhir deatline. Displin aja karena kita dipakai karena attitudenya

    BalasHapus
  11. Aku termasuk Kudis tuh mba.... Bikin disipilin ternyata gak bisa klo gàk Ada deadline padahal banyak Hal yg menarik di kepala trust nulisnya itu nunggu mood terus

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jiaaah ,.. terbaik lah pokoknya kalau yang menganggap deadline is a challenge

      Hapus
  12. Aku kok kayanya menderita semua penyakit di atas yah?
    Ngeri jugaaa karena penyakitnya sepertinya akut dan kambuhan. Huhuhu.

    Kalau writer's block sebenernya nggak pernah, ide selalu berlimpah hanya saja eksekusinya melempeeemmm...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hiks hiks.. itu penyakit juga mbak, makanya kudu diobati

      Hapus
  13. Wah, aku pernah mengalami beberapa penyakit menulis seperti di atas, Mak. Yang sering ya writer's block, sih. Kalau soal disiplin dan komitmen, duh harus hati-hati ini. Jangan sampai deh merusak nama sendiri. Pernah aku telat ngumpulin artikel, ya bilang aja jujur kalau telat dan kasih alasan yg jelas. Jangan sampai lari tanpa alasan yaa :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah kan . Biar gimanapun teteeep attitude is number one

      Hapus
  14. Ya kudis, ya kurap, ya pikun wkwkwkkw.. oke semuanya pernah dialami. Sering juga lihat yang tiba-tiba keluar pas DL tu hahaha.. ampun dah. Baru tau lo kalau nulis itu dikelarin dulu dan minta orang lain baca dulu sebelum disunting. Bisa ini ditiru, nyari editor sekalian :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. wk wk wkwwwwkkkkk ayok cepat obatin satu per satu - kalo KUDIS well.... ya sesekali deh gapapa, tapi yang lain, hmmmmm

      Hapus
  15. Aiih tulisan ini kok bernyawa sekali. Kayaknya aku tuh menghindari banget sama yang namanya pejuang DL garis keras.

    Btw aku lho baru tahu bisa bikin grup WA isinya aku dong 🤣 Segera otw bikin ah, biar kalau mau kirim foto ya di grup itu

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya kah? Makasiiih Rani
      iya kamu buat WA isinya kamu sendiri aja jadi bisa kirim tulisan gondok panjang lebar sekalian hahahahaaa

      Hapus
  16. Kreatif sekali tulisannya. Penyakit penulis yang disambungkan ke penyakit yang memang ada. Dari semua penyakit yang dipaparkan, penyakit aku KUDIS. Kurang disiplin, nulis masih semaunya. Sering mengkhianati jadwal yang sudah dibuat sendiri. Huft!

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasiiih bang Raja

      wadidaaaawwww sayang lo bang kalo punya jadwal sendiri - dikhianati sendiri ..berasa nonton layangan putus saya (eh apa hubungannya ya)

      Hapus
  17. Hihi aku kok baca2 ini sambil senyum2 sendiri Mbak Tanti.. Kerenn dan ternyata penyakit Kudis nih peer besar buat aku. Dan penyakit lainnya tentu semuanya pernah mengalami. Hehe,yang penting semangatt dan optimis ya Mbak..

    BalasHapus
  18. Hahahah, kudis ini salah satu penyakit akutku. Aaa sebel rasanya kadang. Mau coba lebih disiplin supaya ga keteteran deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. jujurly ini penyakit aku juga, but as always aku kan challenging gituuuh anaknya yaaaa jadi mudah dikomporin

      Hapus
  19. Dari semua penyakit penulis yang ada, emang yang paling ngeselin itu yang tiba-tiba pikun mendadak dan membuat semua yang sudah dipikirkan atau ingin ditulis hilang atau blank. Mana momennya gak pas banget kalau lagi ikut lomba terus berada di menit-menit terakhir hha

    BalasHapus
    Balasan
    1. qiqiqiqiqi ingin ku berteriiiaaaaak rasanya kak!

      Hapus
  20. Lucu mbak hihi aku senyum-senyum baca ini. Tapi aku juga akhirnya menyadari bahwa aku suka cerita yang ada deus ex machinanya hahaha asal ya bikin kaget aja. Soalnya kalau ceritanya predictable, it's a bit boring IMHO

    BalasHapus
  21. Wah mak Tanti merendah nih ha ha ha, dari poin poin di atas aku merasa kurang disiplin nih...mood on off juga. Alhamdulillah nulis ya nyantai aja kayak zaman nulis diary pun pakemnya makin ke sini ya sambil terus belajar, jadi tahu

    BalasHapus
  22. Mak Neng ... sa ae dah kudis kurap eh tapi memang begitu. hahah. Kalau nulis blog kan termasuk pendek yah, 500-1000 kata selesai. Kerasa banget waktu menulis buku solo, maraton ratusan halaman. Outline jadi pegangan supaya enggak kemana-mana.

    BalasHapus
  23. Aku banget nih suka kurang percaya diri kalau buat tulisan novel gitu. Akhirnya cuma jadi penghuni laptop dan mimpi pengin punya novel aku relakan karena sekarang fokus nulus artikel saja. Hehe

    BalasHapus
  24. Bikin grup WA yg isinya cuma diri sendiri? Takjub gueeee hahahhaha ini ide yg brilliant.

    Anyway, artikelnya manteb banget. Bener banget tuh apa yg ditulis: Kurap, kudis (untung ga pake gatel jamur segala hahah), dll sering banget menghinggapi.

    Terimakasih buat "tamparannya".semoga makin semangat menulissssaa!!

    BalasHapus
  25. Assalamualaikum....
    Tok, tok, tok...

    Ada sabun Lifebuoy?
    Eh, gimana-gimana itu dulu ada tok tok wow :(

    Ini saya bawa bolu kukus gula merah, buat nemenin Mbak Tanti nulis hehehehe

    Lengkap banget ini. Sampai saya catat.
    Kalau Mbak Tanti nggak percaya, nanti saya fotoin upload di Twitter. Ahahahaha

    BalasHapus
  26. mbaaa... seru amat penyampaiannya. bismillah bisa jadi pengingat buat jadi lebih baik lagi. :D

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)