SHIFTING PARADIGM DI ERA NEW NORMAL


Bumi Java Station #21
Research Laboratory 
459th Colony - August 2051

“Bzzzz…”

Pintu desinfektan ultra violet membuka, pertanda ada seseorang akan masuk ke dalam ruangan. 

Devara mendesah.
Sebagai Head of Research Laboratory, ia sudah diberitahu bahwa putri CEO stasiun 21 Bumi Java akan tiba. Benar saja, ketak ketik sepatu mendekat. 

Sepintas, terlihat sol merah Louboutin, simbol kekuasaan yang menjerit jika terinjak. Perempuan itu mendekat. Mengangguk ke semua yang hadir di meja bundar. 

"Salam, terimakasih semua yang hadir. Sebelumnya, perkenalkan telah hadir DR. Fey Sitti Corona, Staf Ahli Riset dan Cahaya, sebelumnya bertugas di Station #19. Terimakasih, Dok,"  Devara tersenyum tipis. 

"Nama saya Devara Aubergine, saya dipercaya sebagai Head of Research Laboratory . Di sebelah kanan saya DR. Lavinia Winter di Konversi Energi," seorang perempuan berambut coklat tersenyum dan mengangkat tangan.

"Lalu ada Metrisia, staf ahli Rekayasa Fotonika, ada DR. Boris Andara, di Instrumentasi Laser dan Serat Optik," Devara menyebut satu persatu limabelas orang para staf ahli dan kepala masing-masing departemen dan laboratorium. 

Usai berkenalan, Devara duduk, dan Metrisia mengambil alih rapat. Memasukkan super micro chip kristal ke jam tangan, dan seketika lampu meredup. Diganti dengan paparan layar virtual di masing-masing meja.



"Baik, terimakasih pak Devara. Flashback sebentar rekan-rekan sekalian, sejak pandemi COVID 19, yang mengakibatkan kematian sebagian besar penduduk bumi, saat ini evakuasi masih terus berlangsung ke seluruh stasiun ruang angkasa.

Walau sudah berlangsung selama 15 tahun, dan kita semua sudah menempati station-station, tapi tetap saja kualitas udara yang kita hirup, air yang kita minum, dan kebersihan area permukaan harus tetap menjadi concern kita bersama."

Devara tertunduk. Sejenak cerebrumnya memproses memori tentang kedua orangtuanya. Keduanya dokter, tenaga medis  yang diperbantukan di rumah sakit terbesar di Bumi. Tepatnya di negara Indonesia. 

Malang, keduanya gugur setelah sebelumnya berbakti dan nyaris tak pernah pulang berhari-hari, selama berbulan-bulan. 

Bumi, Indonesia tahun 2020
Rumah Deva, Bintaro

Deva menengok jendela berkali-kali. 
Malam ini, giliran Ayah pulang dari dinas malam di Rumah Sakit Umum Pusat. Ayah Devara, dr. Danendra, SpJP(K), MARS, FIHA adalah Kepala Rumah Sakit terkenal tersebut. 

Bunda sudah memberi pesan singkat di WhatsApp grup keluarga, satu aplikasi pesan lintas platform yang populer. Bunda akan pulang hari Senin pagi. Bunda Faria Nadilla adalah dokter spesialis THT, Bunda bertugas di salah satu rumah sakit swasta.

Tak lama, suara kendaraan memasuki halaman rumah. 

Devara tahu, ia tak boleh langsung memeluk Ayah. Sejak pandemi yang mengakibatkan Devara, Dion abangnya dan seluruh anak di dunia belajar di rumah, Ayah selalu menerapkan protokol kesehatan ketat. 

Ia membeli selang super panjang, sehingga sebelum memasuki rumah dan bertemu keluarga, ia mendesinfeksi seluruh tubuh, dan memasukkan pakaian ke dalam mesin cuci khusus.

Devara masih berusia 9 tahun, dan bertugas membawakan baju ganti ke kamar mandi di sebelah garasi. Ia pernah bertanya, mengapa Ayah harus mandi, sementara kalau di Rumah Sakit kan, Ayah selalu mengenakan hazmat?

"Deva, kita semua beresiko tertular atau menyebarkan virus dan bakteri, tetapi tidak lebih rentan daripada pasien yang dirawat di rumah sakit dan tempat perawatan kesehatan," dr. Danendra mengusap pipi Deva, dan mencium Krista, adiknya yang masih berusia 3 tahun.

dr. Danendra meminum teh panas Earl Grey yang dibuat Dion, teh berisi kandungan bergamot. Kata Bunda, teh ini baik diminum oleh mereka sekeluarga karena memiliki sifat anti-bakteri, anti-inflamasi dan anti-pasmodic.

dr. Danendra bercerita, bahwa hari itu seluruh dokter telah mendapat informasi, bahwa dalam waktu dekat, akan ada bantuan dari pemerintah berupa sinar ultra violet. Sinar UV-C ini adalah keluaran Signify Philips.

Deva terlihat bengong. Dion langsung menyahut, "Yah, kan sinar ultra violet gak bagus untuk kulit? Nanti kita kena kanker kulit, loh!"

"Nah itu sebabnya, Ayah dan Bunda diundang ke webinar. Webinar itu pertemuan virtual, jadi hanya berkomunikasi lewat gadget. Nanti deh, Ayah kasih tau hasilnya, hoaaahm..." dr. Danendra meregangkan  tangan. "Ayah istirahat sebentar ya?" Beliau memasuki kamar. Bahunya yang tegap, terlihat turun dan langkahnya gontai.

Deva dan Dion berpandangan. "Kasihan ya, bang, pasti di rumah sakit Ayah tidurnya ngga enak," 

"Iyalah Dev, mana ada kasur seenak kasur sendiri! Aku ke kamar ya, kamu main sana di belakang, sama Krista,"

Dion menggeluyur menuju kamar. Devara mencubit-cubit bibirnya. Mencoba merangkai semua kejadian.
 
Webinar zoom meeting 
Signify Philips - Agustus 2020

Lea Kartika Indra, Head of Integrated and Marketing Communication Signify Indonesia wanita berparas cantik dan bertubuh subur itu, membuka sesi webinar. 

Ia menyapa hadirin virtualnya. Kali ini, tak tanggung-tanggung, puluhan blogger terpilih mengikuti sesi webinar. 

Lea meminta hadirin untuk mulai aware tentang aspek keselamatan dalam pemanfaatan teknologi UV-C, melalui Signify (Euronext: LIGHT), pemimpin dunia di bidang pencahayaan.


Sebagai Head of Integrated Communications Philips Lighting tanggung jawab Lea adalah membangun reputasi perusahaan yang lebih kuat di seluruh pemangku kepentingan, termasuk media, pemerintah, hingga Key Opinion Leader (KOL). 

Lea juga yang bertugas untuk memimpin rebranding Philips Lightning menjadi Signify pada 2019 kepada seluruh stakeholders di Indonesia.

Di bawah kepemimpinannya, Philips Lightning berhasil memulai dan mengimplementasikan program CSR “Kampung Terang Hemat Energi”. Program tersebut berhasil meraih penghargaan “Indonesia's Best Corporate Social Initiatives 2018” dari Majalah MIX MarComm untuk kategori "Best of The Best Philanthrophy".

"Teman-teman," sapanya ramah, "Kali ini kita akan menyelenggarakan diskusi virtual bertajuk:

 “Sinar UV-C: Kawan atau Lawan? Pemanfaatan Teknologi UV-C yang Aman untuk Perlindungan Masyarakat dari Mikro-organisme”

Lea melanjutkan, "Jadi, untuk webinar kali ini kami akan hadirkan pembicara ahli di bidang kesehatan masyarakat, biomedical optics, hingga perlindungan konsumen."

Lea menyebutkan ketiga nara sumber yang hadir, yaitu;
  • Dr. rer. nat. Ir. Aulia Nasution, M.Sc., Kepala Laboratorium Rekayasa Fotonika, Departemen Teknik Fisika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS);
  • Dr. Hermawan Saputra, SKM., MARS., CICS., Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI); dan
  • Tulus Abadi, Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).
Namun hadir juga sebelum ketiga narasumber, adalah Rami Hajjar, Country Leader Signify Indonesia.

Walau tak hadir langsung, namun Rami menyapa semua yang hadir dan mempersilakan Lea memimpin diskusi webinar. 

"Signify sangat peduli terhadap tingkat pemahaman masyarakat terkait kewaspadaan dan kehati hatian saat memilih dan menggunakan produk UV-C,” ujar Rami.
 “Sesi diskusi virtual hari ini sangat penting untuk membantu konsumen dan masyarakat luas agar lebih memahami bagaimana pemanfaatan sinar UV-C bisa sangat efektif dalam melawan mikro-organisme, sekaligus membangun kesadaran terhadap pentingnya memperhatikan aspek keselamatan dalam penggunaannya.
Usai Rami Hajjar, Lea mempersilakan Dr. Hermawan Saputra, SKM., MARS., CICS., Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) 

Dr. Hermawan menjelaskan COVID-19 menjadi fokus utama penanganan penyakit infeksi yang sedang berkembang (Emerging Infectious Diseases/EID) walau sesungguhnya masih banyak penyakit menular lainnya yang disebabkan oleh mikroorganisme.

Ada empat faktor utama dalam permasalahan kesehatan masyarakat
  • Kapasitas layanan kesehatan, 
  • tingkat kesadaran perilaku publik, 
  • kebersihan lingkungan, dan 
  • permasalahan bawaan atau turunan.
Dari keempat faktor ini, lingkungan menyumbang variabel yang cukup besar dalam menentukan kesehatan seseorang.

Kenapa harus memanfaatkan Teknologi Sinar UV-C?

*buka wikipedia

Sinar atau radiasi ultraungu (sering disingkat UV, dari bahasa Inggris: ultraviolet) adalah radiasi elektromagnetis terhadap panjang gelombang yang lebih pendek dari daerah dengan sinar tampak, tetapi lebih panjang dari sinar-X yang kecil.


Radiasi UV dapat dibagi menjadi hampir UV (panjang gelombang: 380–200 nm) dan UV vakum (200–10 nm). 

Dalam pembicaraan mengenai pengaruh radiasi UV terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, jarak panjang gelombang sering dibagi lagi kepada UVA (380–315 nm), yang juga disebut "Gelombang Panjang" atau "blacklight"; UVB (315–280 nm), yang juga disebut "Gelombang Medium" (Medium Wave); dan UVC (280-10 nm), juga disebut "Gelombang Pendek" (Short Wave).

Sinar UV-C yang berasal dari matahari disaring oleh lapisan ozon sehingga tidak sampai ke permukaan Bumi. Dr. Hermawan menyebutkan teknologi UV-C ini sangat diperlukan di area-area publik seperti pusat perbelanjaan, hotel, kantor.

Yang perlu kita ketahui adalah; apakah aman sinar UVC ini karena seperti halnya sistem desinfeksi, perangkat UVC harus digunakan dengan benar agar aman. 

Sinar UV-C, yang berada dalam spektrum cahaya tak kasat mata, memiliki potensi untuk mengatasi penyebaran COVID-19. 

Namun, ada juga bahaya yang mengintai yaitu apabila sinar UV-C mengenai tubuh manusia secara langsung.

Jika terpapar langsung, sinar UV-C dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan, menyebabkan iritasi kulit seperti ruam, sensasi terbakar, tumor, hingga memicu kanker, sementara pada mata bisa menyebabkan katarak.

Saat produk UV-C dinyalakan dipastikan tidak boleh ada orang atau hewan di dalam ruangan. 

Produk UV-C harus dioperasikan di ruangan tertutup untuk meminimalisir resiko paparan. Tindakan keselamatan ini membantu pengguna menghindari paparan langsung terhadap mata dan kulit dari produk tanpa lapisan pelindung.

Menanggapi makin banyaknya produk UV-C yang beredar di pasaran, Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Bapak Tulus Abadi, menyatakan apresiasinya terhadap segala bentuk upaya untuk mengendalikan wabah COVID-19. Namun, ia juga menyoroti pentingnya aspek keamanan, keselamatan dan kenyamanan

Signify adalah pemimpin dalam penyediaan lampu UV-C dan telah menjadi yang terdepan untuk teknologi UV selama lebih dari 35 tahun sehingga terpercaya dalam setiap produknya.

Perusahaan memiliki rekam jejak yang terbukti dalam inovasi pencahayaan UV-C, yang dirancang, diproduksi, dan dipasang sesuai dengan standar keamanan yang tinggi. 

Belum lama ini, Laboratorium Nasional untuk Penyakit Infeksi Emerging (NEIDL) di Universitas Boston, Amerika Serikat, telah melakukan penelitian yang memvalidasi efektivitas lampu UV-C milik Signify dalam menonaktifkan SARS-COV-2, virus penyebab COVID 19.

Produk UV-C Philips untuk konsumen mempunyai perangkat keselamatan yang layak sensor gerak gelombang mikro, pengatur waktu dan alarm suara.

Ini sangat diperlukan untuk mengantisipasi jika produk UV-C sedang dinyalakan karena saat memyala tidak boleh ada orang atau hewan di dalam ruangan.

Produk UV-C harus dioperasikan di ruangan tertutup untuk meminimalisir resiko paparan. Tindakan keselamatan ini membantu pengguna menghindari paparan langsung terhadap mata dan kulit dari produk tanpa lapisan pelindung.

Produk UV- C memang banyak dipakai di tempat umum tapi tidak menutup kemungkinan untuk dipakai di rumah.

Kita harus jeli menggunakan [roduk yang sesuai seperti *Philips UV-C Disinfection Desk Lamp yang banyak memiliki perlindungan keamanan yang baik dan terintegrasi.

Memiliki pengatur waktu, alarm suara, sensor gerak dengan radius 3 meter menggunakan teknologi gelombang mikro kabel sepanjang 3 meter yang didesain untuk melindungi pengguna dari bahaya paparan berlebih.

Fitur keselamatan lain yang unik pada produk ini adalah panduan suara yang akan aktif sebelum pengguna menyalakan lampu.

Keselamatan dan kesehatan untuk konsumen Philips Disinfection Desk Lamp ini sudah diterapkan dengan baik sehingga konsumen bisa mendapatkan rasa aman dan nyaman untuk menggunakanya di rumah sebagai salah satu cara desinfeksi mencegah virus covid 19.

Usai ketiga nara sumber memberikan pendapat, Lea Indra menutup sesi webinar. Semua yang hadir bertepuk tangan virtual.

Di tempat kerjanya, dr. Danendra menutup laptop.

Ia tersenyum puas, mengetahui dan salut dengan gerak cepat Signify Philips, jeli melihat peluang dan kesempatan membantu banyak ummat manusia. 

dr. Danendra dengan cepat memesan lampu tersebut, sadar bahwa di rumah sakit dan di rumah pribadi para nakes, lampu UV-C bisa membantu meringankan terpaparnya manusia dari virus Covid 19 kali ini.

Namun sayang, sebelum lampu tersebut tiba, karena memang belum tersedia bebas di Indonesia, dr. Danendra berpulang ke rahmatullah. Ia dan istrinya adalah salah satu dari sekian ratus tenaga medis yang berjihad, berjuang melawan pandemi Covid 19. 


Research Laboratory 
459th Colony - Desember 2051

"Deva?"

"Eh?"
Devara tersentak. Ia mengeretakkan buku-buku jarinya.

Fey menyerahkan micro chip kristal kepada Devara. "Laboratory Team dibantu oleh para Artificial intelligent telah mensosialisasikan penggunaan sinar UV – C ke semua koloni. Semoga ke depannya, dengan teknologi baru ini, kita semua bisa terhindar dari efek negatif yang ditimbulkan oleh bakteri dari virus Covid yang juga berkonjugasi ini."

"Ah, terimakasih Fey. Akhirnya, bisa juga kita membuat pertahanan desinfektan hanya dengan flex-phone dna finger print! Walau siap-siap saja, banyak yang akan menghadang di depan nanti," 

Fey tersenyum, mengiyakan. Aroma citrus dan musk yang hangat, samar tercium darinya. 

"Siap, Dev. Jangan kuatir, kita akan terus berjuang bersama, aku pun tak mau ada lagi yang akan kehilangan orang yang mereka cintai, seperti aku kehilangan kakakku saat itu,"

Ya. Perjuangan Devara dan teman-temannya belum usai.

Pandemi Covid 19 berdampak pada berpulangnya banyak tenaga medis, dan menimbulkan ribuan bahkan jutaan ummat meninggal dunia. Walau sebagian besar sudah pindah ke koloni baru, tidak disangsikan bahwa virus ini juga melakukan pertukaran materi genetik dan reproduksi aseksual. 

Pertukaran materi genetik dilakukan lewat konjugasi, transformasi, dan transduksi, sehingga bukan tak mungkin satu saat akan datang lagi pandemi lainnya. 

Devara menengok ke luar jendela. Semesta tampak indah, walau kelam. Sinar bintang sesekali melintas, meninggalkan bias di udara. Bumi masih ada, dan terpisah ribuan kilometer dari stasiun tempatnya saat ini berada.

"Ayah, Bunda.. beristirahatlah dalam damai. Deva akan tetap meneruskan perjuangan kalian." 

Deva tersenyum pada Fey. Mengerjapkan mata. 

Mereka menderap langkah ke Trans Q teleportation, pulang ke kompartemen mereka di  459th Colony. 



Dream Ripper Palace
1st Colony - January 2052
Lucy Tsiokolvsky meeting room
Jutaan kilometer dari 459th Colony 

Tak.. tak.. tak.. trrtak... tak...

Lucy mengketuk-ketuk meja dengan pena android berujung besi.
Ia menatap layar virtual dengan mata culas. Ujung bibir kanannya terangkat sedikit.

"Zhu 55 sudah siap dengan vaksinnya, Solyeuz101 juga sudah selesai dengan konjugasi," gumamnya, puas. 

Meghan Wolf, asisten kedua membeku dengan tengkuk meremang. Ia hapal sekali sifat bosnya. 

Lucy melirik dingin. "Kita akan sebarkan virus Corona 201 SpX 7 jam dari sekarang. Target awal 100 ribu manusia. Catat!" 

Meghan menelan ludah. Menekan tombol di pergelangan tangan, memberitahu yang mulia General John Hops.

"Welcome, Pandemi Covid-201 SpX."

50 komentar

  1. Ya ampun Mbake dirimu bisa membuat cerita sampai sebegini menariknya. Masya Allah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cihuuuyyyy suka deh dikomentari yang punya gawe.. makasiiiih Ikaaaa

      Hapus
  2. aku sampe berulang kali baca dong, awalnya kirain ini teh ttg cerita sains fiksi mba. tapi ternyataaaaa kisah awal tdi itu ternyata pembuka dari bahasan webinar mengenai per uv an yah. ah keren....

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya ampooon maafkaaaan .. daku lagi gabut mbayangin masa depan soale

      Hapus
  3. Keren ini penyampaiannya. Dipikir di awal ini cerita apa hehehe...
    Selalu ada yg tidak terduga kalau baca tulisan Mak Neng ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya ampuuun.. makasiiiih teh Oktiiiiii, sesuatu sekali dikau komen begitu

      Hapus
  4. PR besar ya buat kita selama masa pandemi ini. Ternyata banyak banget hal2 mengenai proteksi diri yang harus kita pelajari lebih lanjut. Tidak sekedar ber-masker atau mencuci tangan. Sinar UV contohnya. Sina ini ternyata adalah salah satu sumber yang bisa membantu kita meminimalisir terkena serangan virus.

    TFS artikelnya Mbak. Semoga menjadi tambahan pengetahuan bagi yang lain.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Annie, semoga lampu ini bisa cepat hadir ya

      Hapus
  5. Keren banget ini, btw sinar UV ini memang akhirnya dibutuhkan ya, padahal biasanya kita hindari, sekarang kita pake.
    Serem juga padahal dampak buruknya, karenanya wajib banget memilih produk yang aman, jangan sampai bukan virusnya aja yang dirugikan, kita juga :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yes... Teknologi terus berkembang dan tentunya ini masih dalam riset ya Rey, semoga kita semua bisa terbantu dengan adanya teknologi ini

      Hapus
  6. Kereeeennn..
    Ngawinin fiksi dan non fiksi
    Makin cinta nih pada Neng Tanti. Kumaha atuh? ❤❤❤

    BalasHapus
    Balasan
    1. ahahahhaha ambuuuu aku tersipu malu
      cinta padamu jugaaaa

      Hapus
  7. Keren Mak Tanti mah selalu always lah xixixi. Btw dalam jumlah yg cukup sinar UV bermanfaat ya tapi kalau berlebih bahaya juga katanya ya..

    BalasHapus
  8. Berasa nonton film sains fiction terbitan Hollywood aku Mbak Tanti, keren ini!
    Dan aku merasa, apa yang kita perjuangkan saat ini.. di rumah aja dan bersabar dengan perjuangan semua orang yang langsung bersentuhan dengan penderita akan indah pada waktunya.
    Semoga semua segera baik-baik saja

    BalasHapus
  9. Waktu awal-awal Corona merebak di Indonesia, banyak info beredar yang mengajak orang2 segera berjemur di bawah matahari karena virus akan mati saat kepanasan. Keminfo lalu mengklarifikasi bahwa info tersebut hoax karena sinar UV tidak sampai ke bumi dan ga bisa bunuh virus. Kalau buat menyehatkan tubuh iya, tapi dengan sejumlah batasan. Nah, aku baru tahu kalau Philip menciptakan lampu berteknologi terkini yang bisa memancarkan sinar UV. Terima kasih infonya Mbak Tanti :)

    BalasHapus
  10. Mesti banget d Masa pandemi kayak gini ya mba apalg Produk UV-C Philips teknologi nya bagus,, tadinya
    Aku pikir cerpen gitu.. di baca pelan2 keren bngt deh Cara story nya mba

    BalasHapus
  11. berarti Alat yg dipakai rs untuk sterilkan ruangan adalah alat yg bs keluarkan sinar uv-c ini. saya baru tahu loh. selama ini cm sebut kalau ruangan disterilkan, saya kira dg sinar biru. hihihi, baru tahu pas baca ini

    BalasHapus
  12. Aku kirainnya tadi nih cerita apa yah.. Ternyata oh ternyata..keren banget sih yah.. Duh berguna banget nih artikelnya buat aku yg minim pengetahuan.

    BalasHapus
  13. Baru kali ini baca sponsor post tapi modelny spt ini...
    Kukira cerpen, aq da terhanyut dgn ceritanya...
    Huooo mbak, kok keren gini sih nulisnya...
    Btw ini alat yg sangat berjasa ya buat ikut mengatasi pandemi covid ini. Ah smg pandemi segera berakhir

    BalasHapus
  14. awalnya aku pikir ini cerita fiksi,,,kulakukan scroll naik turun eh eh terselip dunia nyata. Aku amazed sama artikel kamu mbak.,,apalah aku ini yang penulis biasa....hihihi

    BalasHapus
  15. Aku mengira sebuah cerita fiksi anak
    Penjabaran yang menarik, webinar nya juga materi yang disampaikan cukup bagus. Aku juga sempat baca2 bahwa UVC bisa digunakan untuk membunuh virus yang ada di lingkungan sekitar kita

    BalasHapus
  16. Jujur, aku tuh baru tahu dengan sinar UV C ini. Punya banyak manfaat, tapi ada sisi negatifnya juga. Tapi asalkan digunakan dengan tepat, melalui teknologi teknolgi yang tepat, bisa didapat hanya manfaatnya ya. Semoga bisa dirasakan manfaatnya oleh banyak orang ya :)

    BalasHapus
  17. Seperti biasa, cara membuat tulisan liputan yang unik hehehe. Ya memang harus paham dulu tentang sinar UV-C. Karena bisa jadi teman atau lawan

    BalasHapus
  18. aku pikir tadinya ini semacam cerpen, cerbung atau bab dalam novel loh! ahahahah, ternayata, santuy banget yaaa intro nya. emang ya penting kan sinar uv ini buat mematikan virus, sampe kita disuruh rajin berjemur kan di awal-awal corona

    BalasHapus
  19. Gue tuh awal awal kirain mau cerita dah. Eit dah dasar penulis hemat euy mba e mah tea. Hatur nuhun info na...

    BalasHapus
  20. Aku larur dalam ceritamy mbak hehehe menarik banget siy... Btw memang ga semua sinar UV gak bagus karena sinar UV juga bagus buat kesehatan apalagi saat pandemi seperti sekarang harus rajin berjemur sesuai jam yang dianjurkan.

    BalasHapus
  21. sol sepatu merah aku jadi ingat dengan mantan bosku, dulu semua sepatu dia bersol merah itulah. Btw ini tuh jadi ingat jaman kerja di media, selama 1o 12 tahun aku kerja bareng Philips untuk implementasi program mereka.

    BalasHapus
  22. Keren banget penyampaiannya. Aku kira ini kanal cerpen, ternyata tidak sepenuhnya begitu. Btw, semoga kita semua dalam keadaan sehat ya

    BalasHapus
  23. Mbak ini kelanjutannya gimanaa hahahaha aku kepo, kaya film scifi yang akhirannya menggantung. Baguuuus penulisannya ih, keren!

    BalasHapus
  24. selalu suka sama cara penyampian mak Neng luv luv, materi yg serasa scifi ini tuh jadi terasa kayak baca cerpen!

    BalasHapus
  25. Baca pos Mbak Neng ini seperti nonton Star Trek deh. Kerja di lab angkasa luar yang terus berkelana di alam semesta. Iya jika 1051 itu kelak tiba, archiev kesehatan anak cucu kita pasti akan banyak menceritakan tentang pandemi ini. Entah bagaimana ujung ceritanya. Deva entah mendarat di mana nanti ;)

    BalasHapus
  26. Ku pikir tadi ini emang cerpen science gituuu, ahahaha. Keren paraaah. Bisa aja gitu punya ide ngereview produk dalam bentuk cerpen. Sekeren inovasinya Philips dong, haha. Meski endingnya ku sebel haha, ada sedih juga kenapa dr nya meninggal, tapi kereeen. Dua jempoool

    BalasHapus
  27. ulasan pembuka acara webinar produk lampu yang kereen, kirain ini tadi tulisan fiksi tapi kok ada bahasan produk Philips hehe. Nama-nama dan lainnya agak susah dibacanya pula perlu dieja pelan-pelan mbak hehehe

    BalasHapus
  28. Mantaap! Cerita awal yang mengantarkan pembahasan mengenai lampu Philips ini memang kereen! Jalan ceritanya asyik untuk diikuti.

    BalasHapus
  29. Mbak Tanti...cakep amat ini ceritanya. Saya sampai kirain tadi nyasar di postingan yang lain, postingan liputan event webinar gitu. Hahaha. Ternyata memang pembahasannya masih nyambung.

    BalasHapus
  30. Imajinasimu keren, Mbak. Kupikir ini fiksi futuristik, ternyata bukan.
    Semoga jangan sampai butuh waktu 15 tahun untuk pulih dari pandemi ini....

    BalasHapus
  31. Awalnya aku kira cerita fiksi mbak
    Keren banget penyampaiannya
    Btw inovasi sinar uv c itu aku baru tau loh..selama ini dikenal berbahaya ternyata bisa dpake untuk mengurangi virus y mb

    BalasHapus
  32. Wow warbiasah kakak... kemasan yang bagus

    BalasHapus
  33. Mbak Tanti ... saya membayangkan Mbak Tanti mengetik fiksi di atas dengan ekspresi seperti ketika kita Zoom meeting tempo hari ... keren fiksinya. ^__^

    Philips sudah memperhatikan faktor-faktor keselamatan dalam penggunaan lampu UV C-nya ya. In syaa Allah aman.

    BalasHapus
  34. awalnya aku cerita apa gitu orangnya aku cerita apa ternyata ini didalamnya ada penjelasan lampu yang bisa membunuh bakteri ya atau virus ya

    BalasHapus
  35. Sedih endingnya gtu huhuhu...

    Eh, jadi keinget lampu disinfektan di rumah :D
    Memang ya semakin maju zaman akan banyak penemuanpraktis yang mungkin pd masa dahulu hanya bisa dibayangkan atau berada di film2.
    Tapi apapun itu aku berharap masa depan anak cucu generasi penerus bisa lbeih baik lg dr skrng Ya Allah aamiin

    BalasHapus
  36. Harapanku ini beneran fiksi. Pandemi berakhir dan semua kembali seperti semula..baik-baik saja dan bisa tertangani dengan semestinya. Allah lindungi kita semua dan generasi mendatang. Bumi pulih lagi dan ceria kembali. Aamiin

    BalasHapus
  37. Huhuhu, aku tu tiap baca sesuatu yg berkaitan ama pandemi, berharapnya ini cuma fiksi. Ahh nggak kelar kelar pandeminya ya mbak. Sedihh

    BalasHapus
  38. Tahu ndak, saya bolak-balik baca ini. Butuh begitu sampai harus bolak-balik? Iyaaaa, soalnya di awal saya kira fiksi full, terus masuk ke kegiatan webinar yg nyata. Balik lagi ke awal dan akhirnya mulutku membentuk huruf O
    Keren euy...

    BalasHapus
  39. Beda deh kalau yang nulis penulis andal, artikelnya jadi lebih mirip cerpen. Kusukaa..lampunya ampuh pisan ya desinfektasi lebih ampuh...

    BalasHapus
  40. Mantaaap nih para blogger terpilih hehehe.. I love the product. Baca ceritamu aku jadi inget seri Tere Liye yang putri Bulan, klan Bumi, dan Matahari Hehehe

    BalasHapus
  41. Mak Tanti, aku suka banget dengan ceritanya, menarik sekali. Itu jadi pengen punya alatnya juga deh

    BalasHapus
  42. Aku juga mengira ini sebuah cerpen eh lama-lama baca ke bagian bawah ternyata bahas webinar juga. Asyik mengalir gak terasa.

    BalasHapus
  43. Mak, bisa-bisanya loh mengemas artikelnya jadi keren gini hahaha.. kirain tadi murni lagi nyerpen, eh ternyata tentang UV-C. Sampai khusyuk banget aku tadi bacanya.

    BalasHapus
  44. Ya ampun aku kira cerpen tadi tuh Mbak, ternyata ngomongin UV-C dengan cara yang keren banget. Btw teknologi terus berkembang ya jadi sekarang udah ada UV-C yang membantu kita semua

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)