PEDESTRIAN NYAMAN, POTRET NEGERI YANG AMAN

Author: Luigi Versaggi. Kazan, capital of Rebublic of Tatarstan, Russian Federation.
Sudah lama ingin menulis tentang hal ini. Namun, baru kali ini saya tuliskan, karena kagum dengan salah satu jalur pejalan kaki di Tangerang beberapa waktu lalu.

Pejalan kaki adalah istilah dalam transportasi yang digunakan untuk menjelaskan orang yang berjalan di lintasan pejalan kaki baik dipinggir jalan,trotoar, lintasan khusus bagi pejalan kaki ataupun menyeberang jalan. 

Untuk melindungi pejalan kaki dalam berlalu lintas, pejalan kaki wajib berjalan pada bagian jalan dan menyeberang pada tempat penyeberangan yang telah disediakan bagi pejalan kaki. (Wikipedia)

Potret Pejalan kaki di Indonesia
Berjalan kaki di pedestrian yang nyaman dan aman ternyata belum sepenuhnya tersedia di perkotaan di Indonesia. Menjadi pejalan kaki di Indonesia, harus bertarung dengan banyak hal. Mulai dari bersaing dengan sepeda motor, lubang menganga, para pedagang kaki lima hingga preman yang nongkrong seenaknya.

Membenahi pedestrian, tidak semudah seperti yang diucapkan. Banyak hal yang terlewatkan.  UU No 22/2009 menyebutkan, pejalan kaki memiliki atas hak atas ketersediaan fasilitas pendukung yang berupa pedestrian dan berkewajiban bagian jalan yang diperuntukkan bagi pejalan kaki atau jalan yang paling tepi. 

Kita yang sehat saja, susah banget kalau mau jalan kaki, gimana yang difabel ya? Di ruas utama sih, masih oke. Tapi, minggir sedikiiit saja ke anak jalan protokol, rasanya kita tidak ingin berjalan tapi terbang!
Hak pejalan kaki difabel seperti bapak ini tidak ada!
http://www.tribunnews.com/
Pedestrian : Harapan Vs Kenyataan
Sebagai warga pinggiran kota yang sering sekali ke ibukota, saya mengandalkan transportasi umum. Untuk itu, dari satu halte atau stasiun ke tempat tujuan, saya berjalan kaki. Tujuannya tentu saja agar irit. 

Pengalaman menunjukkan, kadang saya merasa jijik karena tak jarang di sepanjang jalan sempit itu bertebaran sampah milik pedagang K-5. Belum lagi lubang galian menganga tanpa pemberitahuan apa-apa. Ada yang lebih parah..  ada yang buang hajat di sana! 
"Saat menyeberangi zebra cross, di manapun di dunia kendaraan bermotor akan berhenti begitu melihat pejalan kaki melintas di penyeberangan. Di Indonesia malah pejalan kaki yang dimarahi pengendara kendaraan bermotor." 
Marco Kusumawijaya
Terus, saya harus jalan di mana?
Pengendara sepeda motor yang agak tidak beradab seperti ini bahkan tak jarang membentak para pejalan kaki!
Saya juga pernah berjalan kaki di sepanjang jalur Tanah Abang. Hmm... tak usah ditanya, apa hak saya sebagai pejalan kaki. Bisa jalan tanpa diserempet mikrolet atau bajaj saja, saya sudah bahagia!

Bagaimana dengan di terminal bis kota?
Blok M adalah destinasi utama hampir sebagian besar pekerja di ibukota Jakarta. Untuk sebuah terminal di bilangan Jakarta, apa yang anda harapkan? Tentu saja, terminal kelas internasional. Dengan jalur-jalur yang teratur rapi, dan bis yang berjalan di jalur masing-masing, tidak 'ngetem' (berhenti menunggu penumpang) seenaknya. 

Tapi, tidak. Di pintu keluar terminal, bis dan metromini berjejalan. Membuat terminal bayangan baru. Sekarang sih, para pedagang sudah tidak ada, namun perilaku pengemudi masih begitu saja. Belum lagi, pengemudi Metromini yang ugal-ugalan hampir setiap saat kutemui. 

Terminal Senen berbeda lagi. Terminal berebut lahan dengan lapak pedagang buku dan makanan, diselingi bau tak sedap menguar di sela-sela bis kota. Sebagai pejalan kaki, lupakan saja hak anda. Hak untuk berjalan kaki dengan nyaman, menunggu angkutan umum dengan aman berbanding terbalik dengan kenyataan. 

Mohon maaf, saya terpaksa mengambil contoh pedestrian di luar negeri!
Beberapa kali, saya berkesempatan traveling ke Asia. Untuk daerah Asia Tenggara, memang jalur pejalan kaki masih so-so lah, tapi di Beijing, segalanya teratur rapi. Penduduk lebih suka naik sepeda, sama seperti di negara-negara Eropa.  

Saya sampai merenung tanpa ketemu jawabannya hingga sekarang. Polemik berkecamuk di benakku. Dengan jumlah manusia yang pasti dua kali lipat Jakarta, kok bisa ya... Iya juga sih, itu negara komunis yang penduduknya pasti lebih takut pada pemerintah. Tapi, masak harus begitu?

Almarhum Bapak yang pernah bermukim di Eropa, Korea dan Jepang beberapa waktu, pernah bilang, berjalan kaki jauh lebih nyaman di sana. Ya iyalah, udaranya juga lebih dingin.. he he.. kapan ya, Indonesia bisa seperti itu? Apa memang kita dikondisikan seperti ini terus, biar anggaran perbaikan jalan dan galian mengucur tiap tahun?

Di Birmingham, Inggris, wisatawan bisa melihat aksi seniman melukis pedestrian di pusat kota dengan krayon. Namun sayang sekali, lukisan secantik itu tidak permanen dan akan terhapus oleh hujan atau terinjak orang. (sumber : http://travel.detik.com/)
Pedestrian yang khusus dibangun di Eindhoven, Netherland namanya Hovenring
sumber : travel.detik.com
Pedestrian yang khusus dibangun di Eindhoven, Netherland namanya Hovenring
sumber : travel.detik.com
Pedestrian yang Ideal
Yang disebut pedestrian itu tidak hanya jalan di tepi jalan saja tapi termasuk  zebra cross, jembatan penyebrangan, halte bis, serta tempat-tempat tujuan (sekolah, pasar, terminal, dsb). 


Pedestrian ideal dilengkapi lampu lalu lintas, marka jalan, pohon peneduh, tempat sampah, bench, paving khusus difabel, lampu jalan, boks telepon, papan informasi, dsb. 



Lebar pedestrian minimal 3 sampai 10 meter, permukaannya rata (tidak berupa tangga), dan tidak terputus-putus oleh pintu keluar masuk bangunan. (Sumber : Ir. Rita Laksmitasari, MSc - dosen dan arsitek). 



Membenahi pedestrian, ruang publik yang (sengaja) terlupakan
Space kosong di antara jalan raya dan pedestrian sesungguhnya adalah upaya membuat ruang terbuka hijau. Selayaknya ditumbuhi tanaman, sehingga ada paru-paru kota. Persentase yang seharusnya memang 30% dari luas wilayah. Tapi, apa yang terjadi? 

Semakin 'indah' satu ruang terbuka tersebut, maka semakin menjamur pula para pedagang K-5. Hiks.. 

Syukurlah, di kota tempatku tinggal, Tangerang, ternyata ada jalur pejalan kaki yang masih ideal. Letaknya di arah kantor Walikota. Semoga saja, pemerintah kota bersedia membuatnya serapi dan seindah ini sampai ke seluruh pelosok ya.. Lihat, ada pembatas tiang besi bercat kuning merah. Tujuannya agar gerobak pedagang dan sepeda motor tidak bisa melewati trotoar ini!



Pedestrian ini cukup cantik, karena dilapisi lagi oleh keramik, dan ada tempat duduk juga berlapis keramik. Sepanjang jalur ini juga ditumbuhi pepohonan yang rindang. 


Semoga saja, dengan semakin seringnya topik ini diulas, pemerintah semakin memperhatikan hak warga sebagai pejalan kaki. Jika jalur ini aman dan nyaman, bukan tidak mungkin kita sebagai warga lebih senang berjalan kaki.

Dampaknya apa? Emisi gas karbon berkurang karena kepadatan kendaraan pribadi juga berkurang. Yuk, kita sering berinteraksi dengan lingkungan dan teman-teman pecinta lingkungan, biar pemerintah memperhatikan hak kita sebagai pejalan kaki!

33 komentar

  1. Di sini banyak orang bermental pedagang mak. Ada pedestrian nganggur, langsung jualan. Hfff..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak Lei, boleh boleh saja bermental pedagang, tapi kaan semua ada tempat nya! >_< hufff....

      Hapus
  2. di sini pejalan kaki masih seperti gak dianggap. Jarang sekali jalanan yang memiliki jalur pejalan kaki yang layak

    BalasHapus
  3. keren mak tulisannya, saya juga sering ngebayangin kalau kita punya pedestrian yang senyaman diluar negeri, mungkin karena orang Indonesia males jalan, jadi sekalian aja enggak difasilitasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaaks... kata sapa deh, orang Indonesia malas jalan >_<

      ini kan seperti fenomena duluan mana, ayam sama telur.. kita "malas" karena trotoarnya jelek banget...

      Trus dipukul rata, oooh orang Indonesia malas jalan kaki :(((

      Hapus
  4. Bravooo mak.. Memang pejalan kaki di Indonesia masih belum menjadi prioritas.. Tidak seperti di negara lainnya. Perlu disiplin dan kesadaran tinggi dari semua untuk atasi masalah ini. Saya suka marah dengan pengwndara motor yang seenaknya ambil trotoar karena mereka malas antri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sampai kagum, ya mbak Indah.. mereka kan tau, kita udah jalan sampe mingggiiiiirrrr... masih aja diserobot. Trus pake acara bentak bentak pula!

      Hapus
  5. Andai pedestrian makin banyak yaaa, mudah2an makin banyak pejalan kaki. Aku sendiri suka banget jalan kaki, jarak deket lebih suka jalan kalau ga diburu waktu. Paling bete kali jalan ga ada spacenya atau udah habis dipakai pedagang kaki lima

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tuh, kemaren waktu jalan kaki dari ujung sampe ujung Tanah Abang itu loh May.... ckckck...

      Hapus
  6. Maka dari itu saya tidak suka jln kaki klo dikota besar, saingannya bnyk. Klp dikmpung msh aman hihi.
    Semoga smkin bnyk pedestrian ya.

    BalasHapus
  7. Andai trotoar di Indonesia seperti di luar negeri mungkin saya jadi hobi jalan kaki daripada naik kendaraan bermotor.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuk, kita doain biar jadi agenda petinggi negeri ini...

      Hapus
  8. Duh di Jakarta jalan kaki sedih mba.. di trotoar diklakson :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tuh dia,tapi sekarang positive thinking ah, nuliiiiissss terus tentang ini, mosok ga didengar juga yah ..

      Hapus
  9. benerrrrrrrrrrrrrrrr banget... yang namanya pejalan kaki di jakarta tuh duh... susahhh... jika trotoarnya mulus maka motor akan mengambil alihnya.. atau pedagang kaki lima.. dan mereka galak-galak banget... malah dulu pernah ada kasus pemukulan oleh oknum TNI yang ditegur oleh pejalan kaki karena naik motor di trotoar... bayangkan bahkan aparat penegak hukum pun melanggar hukum. duhh...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berasa mereka "bayar" soalnya mbak Ade Anita. Aku pernah kok, lihat mereka bayar ke beberapa oknum ... hiks hiks ...



      Hapus
  10. Di Madinah itu penyeberang jalan dihormati banget. Masih jauh pun mereka udah segera siap rem dan berhenti demi melihat pejalan kaki mau nyeberang. Beda di sini, tangan udah melambai-lambai juga masih aja mereka melaju >__<

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, makanya mas Marco itu heran.... Di sini pake azas apa yah .. :( masak kekerasan

      Hapus
  11. aku pernah ketaman ituuuuu pas mau bikin pasport kan ngelewatin
    disini susah ya mbak :"( tapi aku mending nae motor daripada jalan kaki xD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, itu dia Echa. Akhirnya kita "memilih" naik kendaraan bermotor, padahal bisa jalan kaki

      Hapus
  12. Kadang memang harus membandingkan untuk hal yeng lebih baik Mba, dan pembandingnya pun bagus2 dibuatin jalur khusus malah, keren idenya

    BalasHapus
    Balasan
    1. I wish .. I'm not compared it to other country...

      Mbok ya bandingin sama Bandung Surabaya Semarang aja...

      Hapus
    2. I wish .. I'm not compared it to other country...

      Mbok ya bandingin sama Bandung Surabaya Semarang aja...

      Hapus
  13. hiks sebagai pejalan kaki terasa banget deh kalau mau jalan eh trotoarnya dikuasai pedagang hingga parkir motor, piluu...kayaknya pejalan kaki harus punya ilmu kanuragan, bisa terbang...

    BalasHapus
  14. Sungguh ironis, hak pejalan kaki harus di reggut oleh para pengendara motor yang tidak memiliki itikad

    BalasHapus
  15. kalau ada penggusuran nanti petugas dimarahin :(
    Padahal yah udah salah. Pedestrian itu hak pejalan, tapi kita udah nggak punya hak :(

    Gimana dengan hak jomblo, Mbak? #Eh komen ngawur. Maaf keceplosan yang disengaja
    #TerusLangsungDiTampolSamaMbakTanti :D :P

    BalasHapus
  16. Ah, senang ya kalau semua pedestrian di Indonesia bisa rapih. Jalan kaki pun bakalan nyaman dan nggak terganggu sama asap polusi dan pedagang. :)))

    BalasHapus
  17. Semoga Indonesia akan spt itu kelak.. Sangat menyenangkan sekali jika Indonesia mempunyai 1 kota saja sebagai contoh tata kelola kota yang rapi dgn pedistrian yang nyaman tnpa adanya pedagang kaki 5.

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)