SELAMANYA CINTA


"Sulit berbicara tentang cinta," bisiknya sedih. Dipegangnya ujung jemariku. Mengelusnya hati-hati.

Angin dingin berembus, membuatku bergidik ketika menyapu bahuku yang telanjang. Kurapatkan scarf bercorak floral tipis. Namun tetap tak mampu mengusir dingin yang meraja.

"Aku nyaris tak menyisakan sekeping pun hatiku, telah kuberikan semuanya untukmu. Berharap akan ada yang merawatnya seumur hidupku." Ia menarik napas dalam. Mengembuskannya pelahan.

Waktu seolah berhenti. Pucuk daun mangga bergoyang pelahan dalam duka. Ia pernah menjadi saksi sejoli yang mencoba berciuman malu-malu pertama kali.  

Namun, ia juga pernah menyaksikan pertengkaran hebat yang berakhir dengan canda tawa dan kecupan mesra.

"Tapi aku hormati pilihanmu."

Wajah itu menengadah. Tersenyum tabah. Dagunya yang putih, terlihat kebiruan karena habis dicukur. Aroma daun pinus samar tercium lembut dari lipatan kemejanya.

Ia menggamit ujung daguku yang telah basah oleh butiran air mata. Tapi kami sama tersenyum. 

Sebuah pilihan telah dibuat. Sama-sama menghormati prinsip yang sejak kecil melekat. Sedih hanya sementara, akan berlalu bersama waktu. Tapi, prinsip hidup akan tetap ada. Selamanya. 

Lelaki itu berlalu, tinggalkan aku termangu. 

Ia pernah kembali. Sejenak ketika aku telah memutuskan dengan siapa aku akan menghabiskan usia. Tetap tampan, tenang dan bersahaja. Ia telah mengukir kesuksesan namanya di beberapa negara.

Dengan sopan ia bertamu, dan ketika pulang, ia menatapku lekat. Dijabatnya tangan suamiku erat. 

Dengan lirih, ia berkata, "Selamat, semoga kalian akan selalu bahagia. Yang satu ini harus kau jaga, karena ia istimewa." Ia berlalu, tinggalkan jejak samar bau pinus yang kuhirup dalam diam.

Kami semua tertawa, menertawakan sesuatu yang kami juga tak tahu.  Kami melepasnya di pintu pagar, dan ia naik ke mobil hitam metalik dengan lambang seekor macan kumbang di atas kapnya. 

Aku tahu, ia takkan pernah kembali lagi. Bening air menggenang di sudut mata.. kubesut pelahan.

Suamiku memeluk pinggangku erat. Merapatkan scarf floral, dan mengecup sayang keningku. Ia tahu, kepedihanku adalah kepedihannya. Bahagiaku, juga adalah bahagianya.

Dan, aku telah memilih untuk bahagia bersamanya.



Tangerang,  12 November 2015
Untuk seseorang, mengenang tahun yang lewat. Semoga kamu juga bahagia. 

22 komentar

  1. Sedih hanya sementara, akan berlalu bersama waktu. Tapi, prinsip hidup akan tetap ada. Selamanya.*lalu mendadak melow. Kok aku sedihnya nggak berlalu ya hahaha *ditoyor pensil warna

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yaa Allah, ingat adek ya mbak :( al fatehah untuknya ya mbak, semoga ia tenang di sisiNYA, amiien yra

      Hapus
  2. singkat tapi mampu melekat di hati. Suka pada pilihan bahasanya..

    BalasHapus
  3. diksinya saya suka mba.... :) meresap ke dalam hati

    BalasHapus
  4. Aakkkkkkkkkk..... kok aku seddiihhh oma 😢😢

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ih kok sedih... hidup adalah pilihan

      Cinta ga harus memiliki kan?

      Hapus
  5. Love to read it mak..
    sampai ke hati

    BalasHapus
    Balasan
    1. *terharu* bukan baca tulisanku, tapi baca komentarmu jeng :D

      Hapus
  6. cerpennya baguuuss. pemilihan katanya pun tepat :))

    BalasHapus
  7. Keeerreeennnn.. cesss.. sampe ke hati mak.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. sejuk ya, tapi kalo aku jadi cewe itu, aku maunya ga pisah...

      maunyaa...


      lalu terdiam.

      Hapus
  8. Diksinya itu lho mbak..apik dan keren banget. Aku seperti ada diantara tokoh2nya...
    Aaaaahhh.... pengen bisa nulis kya gini :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak Muna...

      Aku tersanjung,

      Aku terbang.

      Melayang dalam indahnya sanjungan...

      Hapus
  9. Aw...aw...aw....
    Disclaimer : based on true story

    *tsaaaah* hihihihihi

    BalasHapus
  10. Sebaris kalimat yang aku dapat dari teleseri Kesempurnaan cinta :
    ada orang yang diciptakan hanya untuk ada di hati kita, bukan di kehidupan kita.
    Huhuuuu...mendadak aku mengingatnya! :D

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)