Demam Berdarah di Sekitar Kita: Ayo #3MPlusVaksin



Ada yang pernah mendengar kata Wolbachia?
Sebagian besar pasti belum. Nama yang terkesan ‘imut-imut’ ini, ternyata adalah sebuah keajaiban bakteri, yang kelak bisa menjadi kunci untuk mengendalikan banyak penyakit tropis seperti malaria, demam berdarah, zika, dan demam kuning di masa depan. Ini adalah mikroba pelindung yang ditemukan di banyak serangga dan bisa menjadi obat yang menjanjikan untuk demam berdarah!
Seperti kita tahu, Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan serius di beberapa tempat di Indonesia. Selama pandemi, jumlah penderita DBD bahkan dilaporkan terus meningkat.

Untuk itu, para peneliti di Indonesia melakukan penelitian mendalam terkait pengendalian virus dengue dengan menggunakan nyamuk aedes aegypti yang telah berbakteri Wolbachia.

Hmm.. benarkah cara ini dapat mencegah DBD?

Dalam satu kesempatan sosialisasi "Demam Berdarah di Sekitar Kita: Ayo #3MPlusVaksin", aku mendapat banyak sekali insight terkait penyakit DBD dan penanggulangannya. Di sana, aku juga bersua sepasang selebriti tanah air, mas Ringgo Agus Rahman beserta istrinya, Sabai Morscheck – dalam menghadapi kasus DBD di keluarga.

Sebelumnya, aku juga ingat pernah menyaksikan video tentang Tika Bisono, seorang psikolog terkenal. Saat di video, beliau menceritakan dukanya saat ia harus kehilangan anak tercinta, Janika Ramadhanti Putri di usia 10 tahun, akibat virus DBD. Wah, tak disangka bukan? Kita pasti berpikir sama deh, masak iya seorang yang memiliki akses kesehatan bisa kehilangan anak karena demam DBS?


Kesadaran Publik Dalam Antisipasi dan Cegah Penyebaran Dengue

Ada beberapa poin yang kucatat, terkait meningkatkan kesadaran publik dalam mengantisipasi dan mencegah penyebaran dengue untuk cegah demam berdarah.

Tak main-main, Kementerian Kesehatan Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia, dan Komunitas Dengue Indonesia, menggandeng beberapa perusahaan untuk berkomitmen bersama - memberikan edukasi tentang bahaya penyakit demam berdarah. Beberapa upaya pencegahan seperti disebutkan di web cegahdbd dilakukan demi meningkatkan perlindungan diri terhadap bahaya dengue.

Dengue, adalah penyakit yang bisa menyebabkan sakit parah. Penyebarannya sangat cepat melalui nyamuk pembawa virus dengue; dan saat ini belum ada pengobatan spesifik untuk dengue!

Pentingnya pencegahan yang inovatif untuk melindungi masyarakat luas yang berisiko terkena dengue

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) jumlah kasus dengue sejauh ini masih tergolong tinggi dengan jumlah kasus dengue di Indonesia dari awal tahun hingga bulan 12 April 2022 mencapai 32.213 kasus dan jumlah meninggal dunia mencapai 323 orang.

Sementara itu, jumlah kasus pada tahun 2021 mencapai 73.518 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 705 kasus. Oleh karena itu, kesadaran serta partisipasi masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit dengue di lingkungan sekitar mereka menjadi bagian penting dari upaya mitigasi penyakit ini secara luas.

Pencegahan yang inovatif sangat penting dalam melindungi masyarakat luas yang berisiko terkena penyakit demam berdarah dengue. Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi. Ini adalah masalah kesehatan masyarakat yang signifikan di banyak negara tropis dan subtropis di seluruh dunia.

Berikut adalah beberapa alasan mengapa pencegahan yang inovatif sangat penting dalam melawan dengue:

Pencegahan inovatif dapat membantu mengurangi penyebaran nyamuk Aedes aegypti dan virus dengue dengan cara yang lebih efektif daripada metode konvensional. Pendekatan inovatif dapat mencakup penggunaan teknologi seperti jaring anti-nyamuk yang diperlengkapi dengan insektisida, aplikasi ponsel untuk pelaporan dan pemantauan kasus dengue, atau metode pengendalian vektor yang baru dan efisien.

Melalui inovasi, pencegahan dapat diarahkan dengan lebih baik kepada kelompok populasi yang berisiko tinggi terkena dengue. Misalnya, teknologi sensor dapat digunakan untuk mengidentifikasi daerah dengan kepadatan nyamuk yang tinggi, memungkinkan pengambilan tindakan pencegahan yang tepat waktu dan spesifik pada wilayah yang terkena dampak.

Dengan mengadopsi pencegahan yang inovatif, dapat terjadi pengurangan biaya jangka panjang dalam penanganan dengue.

Metode pencegahan yang lebih efektif dapat mengurangi jumlah kasus dengue yang memerlukan perawatan medis intensif, sehingga mengurangi beban finansial pada sistem perawatan kesehatan dan individu.

Mutasi Virus Dengue

Inovasi memungkinkan penyesuaian dengan perubahan yang terjadi seiring waktu. Virus dengue dapat mengalami mutasi, dan vektor nyamuk juga dapat beradaptasi dengan lingkungan dan metode pengendalian yang sudah ada. Melalui inovasi terus-menerus, kita dapat mengembangkan strategi pencegahan yang dapat mengatasi tantangan baru yang muncul seiring perubahan lingkungan dan epidemiologi dengue.

Dalam rangka melindungi masyarakat luas yang berisiko terkena dengue, penting untuk terus mendorong penelitian dan pengembangan inovasi dalam bidang pencegahan. Kolaborasi antara ilmuwan, tenaga medis, pemerintah, mengajak kita semua untuk #Ayo3MPlusVaksin!

DBD Masih Tak Dapat Diprediksi?



Penyakit demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi kekhawatiran terutama di musim hujan. Apakah jika sudah pernah terkena DBD, bisa terkena lagi?

Spesialis anak dan Ketua UKK Infeksi dan Penyakit Tropis dari Ikatan Dokter Indonesia (IDAI) dr Anggraini Alam, SpA(K), menegaskan jika pernah mengalami DBD, masih ada kemungkinan terinfeksi lagi. Bahkan tak jarang DBD yang terjadi kedua kalinya bisa lebih parah.
"Ada empat virus dengue yang bisa menginfeksi manusia.

Kalau kita sial, bisa kena empat kali," ujarnya
Dokter yang sudah pernah kena DBD dua kali ini menyebut virus dengue penyebab DBD memiliki itu ada empat stereotipe. Jika seseorang sudah pernah terkena DBD sterotipe 1, dia masih mungkin terjangkit jenis lainnya.

"Saya sudah dua kali kena DBD padahal dokter yang sehari-hari menangani penyakit tropis termasuk DBD," tambahnya.

Ketika terinfeksi kembali dengue kedua kalinya, virus akan menyerbu sistem imunitas tubuh dan mengakibatkan reaksi yang berlebihan. Reaksi ini akan membuat tubuh melemah karena imunitas akibat virus sebelumnya belum mampu membuat antibodi yang utuh.

"Untuk dokter, dengue ini nggak menyenangkan karena penyakitnya tidak bisa diprediksi," beber dr Anggraini.

Tanda bahaya DBD terlihat pada saat hari ketiga atau ketika demam mulai turun. Beberapa yang harus diwaspadai yakni:
  • Sulit minum
  • Muntah
  • Nyeri perut
  • Lemas, pucat, tangan dan kaki dingin, lembab
  • Mimisan
  • BAB berdarah dan kencing berwarna merah

Dr. Anggraini mengatakan “Gejala dengue sangatlah mirip dengan gejala COVID-19, yaitu seperti demam tinggi, nyeri di sejumlah bagian tubuh, lesu, dan muncul ruam. Sehingga orang tua memiliki peran yang penting dalam mencermati dan mengenali beberapa tanda bahaya dengue. Selain itu, kita bisa melakukan pemeriksaan darah sehingga ada konfirmasi diagnosa bahwa ini adalah demam dengue.”


Kenapa sih, demam berdarah dengue ini berbahaya?

Karena, tidak terlihat apakah demam ini termasuk demam “biasa-biasa saja” atau termasuk ke dalam 5 persen kejadian yang mengalami syok perdarahan atau terkena berbagai organ tubuh lainnya termasuk otak, hati, pancreas dan lainnya!

Dokter Anggraini Alam menuturkan, pada pasien yang mengalami infeksi ringan virus Dengue, maka 18 sampai 24 jam sekali harus diambil darahnya guna mengecek Hematokrit atau kekentalan darah.

"Pada pasien ringan itu 18 sampai 24 jam sekali harus cek darah. Sekali lagi tidak hanya trombosit, tetapi buat dokter untuk mengetahui hematokrit alias kekentalan darah," tuturnya.

Tak hanya itu, pengambilan darah yang dilakukan oleh dokter juga untuk mengetahui seberapa besar kebocoran darah yang terjadi di plasma. Sehingga, dokter bisa menyesuaikan cairan yang masuk melalui infus.

"Kita ingin tahu bocornya (plasma) itu seberapa besar. Sehingga dokternya menyesuaikan cairan yang masuk dalam infus," ujarnya.

Peran Pemerintah Terhadap Pencegahan Dengue

Pemerintah telah menargetkan penurunan angka kematian akibat dengue menjadi 0,5% pada 2025 dari 0,9% di tahun 2021.

Pemerintah terus melanjutkan kampanye pencegahan dengue melalui program 3M plus – Menguras, Menutup, Mendaur Ulang berikut berbagai kegiatan pencegahan lainnya seperti memelihara ikan pemakan jentik, memasang kawat di pintu dan ventilasi serta memberikan larvasida di tempat penampungan air.

Sangat penting bagi kita semua untuk lebih pintar dalam mencegah demam berdarah.

Sinergi seluruh kalangan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang bahaya dan pencegahan demam berdarah menjadi penting. Setiap anggota keluarga diharapkan dapat mengenali jenis nyamuk Aedes aegypti yang menularkan dengue.

Terlebih lagi upaya pencegahan Demam Berdarah tidak hanya 3M plus tetapi juga inovasi pencegahan lain seperti dengan vaksinasi serta upaya untuk mendorong seluruh kalangan masyarakat untuk lebih waspada dan lebih pintar dalam mencegah demam berdarah.

Sejauh ini, Pemerintah telah memetakan penanganan dengue melalui Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025 yang berfokus pada 6 langkah strategis.

Vaksin Dengue, Salah Satu Langkah Strategis Pemerintah

Vaksin dengue adalah salah satu inovasi karena merupakan kunci keberhasilan dalam upaya pencegahan penyebaran dengue. Pengembangan vaksin dengue yang tentunya aman dan dapat melindungi populasi anak dan juga dewasa yang berisiko terhadap dengue diakibatkan empat stereotip dengue, tanpa melihat riwayat dengue sebelumnya. Hal ini juga harus sesuai dengan rekomendasi WHO bahwa ketersediaan vaksin dengue bisa mendorong keberhasilan pengendalian penyakit tersebut.
“Vaksinasi merupakan salah satu inovasi dalam strategi pencegahan penyebaran dengue yang sangat mungkin dilakukan di masa depan karena masyarakat secara luas sudah terbiasa dengan pelaksanaan vaksinasi.” Demikian dr. Siti Nadia Tarmizi menegaskan.

Pengalaman Ringgo & Sabai Saat Terjangkit DBD



Artis Ringgo Agus Rahman mengaku trauma dengan sakit DBD (demam berdarah dengue), setelah anak keduanya Mars terinfeksi virus dengue di usia satu tahun.

Trauma dan ketakutan Ringgo yang berlebihan terhadap DBD ini juga dipengaruhi masa lalunya yang dua kali terinfeksi virus dengue di saat duduk di kursi SMP dan pada 2022 silam.

"Saya pertama kali kenal Dengue itu saat usia saya 15 tahun SMP dan itu cukup bikin saya trauma ya sampai masuk rumah sakit waktu itu di Bandung selama seminggu," ucap Ringgo Agus Rahman saat ditemui di Jakarta, beberapa waktu lalu.

"Waktu itu panas tinggi sampai melebihi 40 sampai saya panggil perawat karena nggak kuat panasnya saya masih inget banget yang bikin saya jadi trauma," ujarnya lagi.

Tidak hanya sekali, Ringgo Agus Rahman kembali terinfeksi Demam Berdarah Dengue (DBD) kedua kalinya pada November 2022. Bahkan, aktor yang bermain di film 'Keluarga Cemara' itu sampai merasakan nyeri tulang hingga halusinasi.

"Tapi ternyata baru tahun lalu bulan November kena lagi ya dua kali. Apakah lebih ringan? Oh tidak. Saya harus meninggalkan pekerjaan untuk pertama kalinya karena demam berdarah dan beberapa kewajiban yang gak bisa dijalani," tuturnya.

"Aku sampe bilang sama istri saya, aku kayaknya gak kuat deh, tidur gelisah, nyeri sampai ke tulang, sampe ngelindur, halusinasi. Akhirnya dibawa ke rumah sakit dirawat selama delapan hari," ujarnya.

"Jadi waktu anak kedua gue Mars sakit karena DBD di usia satu tahun, itu gue dan istri gue (Sabai Morscheck) patah hati banget. Drop, bayangin anak usia satu tahun setiap hari harus disuntik karena butuh cek darah saat dirawat di rumah sakit," ungkap Ringgo

DBD yang dialami Ringgo dan anaknya, bisa jadi melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus yang sebaran wilayah endemisnya berada di seluruh wilayah tanah air.

Gejala yang akan muncul seperti ditandai dengan demam mendadak, sakit kepala, nyeri belakang bola mata, mual dan manifestasi perdarahan seperti mimisan atau gusi berdarah serta adanya kemerahan pada bagian permukaan tubuh penderita.

Penyakit DBD hingga saat ini belum ditemukan obatnya, dan dokter hanya bisa memberikan perawatan sesuai gejalanya. Salah satu cara memastikan perawatan yang tepat yaitu mengetahui status trombosit dalam darah pasien.

"Bayangin patah hatinya gue, saat gue harus jauh dari keluarga karena pekerjaan di Yogya, terus istri gue nggak tega ngeliat anaknya ketiduran karena capek nahan sakit dan nangis, rasanya nggak karuan," ungkap Ringgo.

Bahkan saat itu juga pemeran film Keluarga Cemara itu dibuat panik bukan kepalang di tengah pekerjaannya, dan terburu-buru menyetir mobil untuk segera pulang ke rumah.

"Jadi bayangin, anak gue sampai takut ketemu orang dikira suster atau dokter, karena darah dia diambilin terus untuk mengecek kondisinya kan," jelas Ringgo.

Tidak ingin mengalami hal serupa, bapak dua anak itu berusaha semaksimal mungkin melindungi keluarganya dengan vaksin DBD. Seperti beberapa minggu lalu Ringgo, istri dan anak pertamanya Bjorka disuntik vaksin DBD, yakni Qdenga.

Vaksin ini diperuntukkan anak usia 6 tahun hingga usia dewasa 45 tahun, dan Ringgo harus pasrah karena Mars belum bisa menerima vaksin DBD karena usianya masih 4 tahun.

"Jadi gue cuma bisa berdoa mudah-mudahan Mars nggak kena DBD lagi, apalagi virus dengue ini bisa ada dimanapun dan dekat banget sama kita," pungkas Ringgo.

Adapun vaksin DBD yang diterima Ringgo dan keluarga diberikan lengkap 2 dosis, dengan jarak antara dosis ke-1 dan ke-2 diberikan interval 3 bulan. Hasilnya bisa menurunkan risiko rawat inap di rumah sakit sebesar 98 persen.

Jika Terkena Demam Berdarah, Cepat Lakukan Perawatan Medis


Demam berdarah memerlukan perawatan medis yang cepat dan tepat. Jika kita mencurigai seseorang yang kita kenal mengalami demam berdarah, sebaiknya segera mencari perawatan medis. Dokter akan melakukan diagnosis berdasarkan gejala klinis dan tes darah untuk mendeteksi virus dengue atau antibodi yang terbentuk sebagai respons terhadap infeksi. Untuk pasien anak, direkomendasikan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) untuk vaksin agar tidak tertular virus dengue.

Pengobatan demam berdarah meliputi istirahat yang cukup, konsumsi cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi, dan penggunaan obat pereda nyeri yang direkomendasikan oleh dokter. Penting juga untuk menghindari penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) seperti aspirin, ibuprofen, atau naproksen, karena dapat meningkatkan risiko pendarahan.

Selain pengobatan, pencegahan merupakan langkah yang penting dalam mengendalikan demam berdarah. Upaya pencegahan meliputi pengendalian populasi nyamuk dengan menghilangkan tempat-tempat berkembang biak nyamuk, menggunakan kelambu atau jaring anti-nyamuk, mengenakan pakaian yang melindungi kulit, dan menggunakan insektisida yang disetujui.

Ingat, penting untuk mendapatkan perawatan medis yang tepat dan mengikuti petunjuk dokter untuk pemulihan yang optimal.

1 komentar

  1. Demam berdarah ternyata masih menyerang pelan-pelan, nyamuk yang satu ini sulit untuk dikenali. Dari sini penting untuk peduli dengan kebersihan lingkungan untuk menghambat pertumbuhan dengue sendiri. Dulu sering sekali digalakkan, pasti juga sudah hapal caranya mencegah dengue. Terima kasih informasinya!

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)