BURUH MIGRAN, SI PAHLAWAN KELUARGA!

courtesy of pikaland.com
Secangkir capuccino di hadapanku sudah nyaris habis, ketika perempuan itu masuk. Ia berbusana cukup modis, celana floral print ketat dengan blus putih bersih. Kacamatanya yang berlogo Channel keemasan, membingkai sepotong wajah berbentuk hati dengan rambut dicat kecoklatan. Sophisticated

Ia duduk di salah satu sofa resto fastfood ini. Tak lama berselang, setelah sibuk dengan gadget di tangannya, ia menerima telepon dengan suara cukup nyaring. Logat Jawanya medok, namun ia fasih bercakap-cakap dalam bahasa Inggris dialek Chinese. Hmm.. karena penasaran, aku berusaha menguping pembicaraannya. *lah iya, wong sebelahan, ya kedengaran toh*

Si mbak ini ternyata adalah salah satu mantan TKI di Hong Kong, sebut saja namanya Mbak Darsih. Ia tersenyum manis ketika akhirnya kuajak berbincang-bincang. Saat ini, ia sedang menjemput beberapa rekannya yang pulang dari HK, dan pesawatnya akan landing sekitar satu jam lagi. 


Mbak Darsih adalah salah satu potret sukses seorang buruh migran. Walaupun ia tak meraih Migrant Worker Award, salah satu ajang penghargaan dari Kemenko Kesra, namun ia berhasil menunjukkan pada masyarakat Indonesia, bahwa seorang buruh migran tak selalu memiliki stigma negatif. Saat ini, Mbak Darsih sukses mengelola beberapa buah warteg dan aktif berdagang baju-baju secara online.  


Siapakah para Buruh Migran itu? Darimana asal mula mereka bekerja sebagai Buruh Migran? 
Definisi buruh migran atau pekerja migran itu sangat luas meskipun lebih sering di artikan sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Luar Negeri. 
Arti umumnya adalah orang yang bermigrasi atau berpindah dari wilayah kelahiran atau lokasi tinggal yang bersifat tetap untuk keperluan bekerja. Guna keperluan bekerja tersebut, pekerja migran akan menetap di tempat bekerja tersebut dalam kurun waktu tertentu. -buruhmigran.or.id-


Dari situs migran.or.id kutahu ada dua tipe pekerja migran, 
a. Pekerja migran internal, yaitu pekerja yang bermigrasi di satu negara, contohnya urbanisasi dan transmigrasi
b. Pekerja migran internasional, yaitu orang yang bermigrasi ke luar negeri. Mereka inilah yang sering disebut sebagai buruh migran. 
Sejarah menunjukkan jalannya pada Mbak Darsih. Ibunya juga adalah seorang buruh migran di Arab Saudi. Beliau bekerja selama satu dekade karena majikannya baik hati, dan sempat pulang ke tanah air beberapa kali. Sayang, ibu Mbak Darsih akhirnya meninggal karena penyakit TB yang ia derita. Untunglah, sang ibu berhasil membangun rumah yang cukup layak. 

Layaknya perempuan di desa, Mbak Darsih menikah dengan seorang pemuda setelah lulus SMK. Namun, karena tak banyak pekerjaan akhirnya hutang mereka bertumpuk. Ia memutuskan untuk melamar menjadi TKI, namun karena sebuah biro yang memberangkatkan ke Arab Saudi tak jujur, uangnya habis. Syukurlah, ada info bahwa seseorang membutuhkan pendamping untuk orangtuanya di Hongkong.

Selama tiga tahun, Mbak Darsih bekerja sebagai pendamping orang tua yang terkena  stroke di Hongkong. Mbak Darsih mendampingi Mr. Khoo, panggilan orangtua itu hingga akhir hayatnya. Merasa berterimakasih, anak Mr. Khoo akhirnya memutuskan untuk mempekerjakan Mbak Darsih di tokonya. Mbak Darsih diperlakukan baik. Ia juga mendapat kursus bahasa Inggris dan memasak. 

Apa sih..kunci sukses Mbak Darsih sebagai Buruh Migran Indonesia?

Dari percakapanku dengan Mbak Darsih, bisa kutangkap beberapa poin penting, ini hasil pengamatan aku saja loh, ya.. 

1. Rajin menjalin silaturahmi
Di Hongkong, Mbak Darsih berkenalan dengan banyak teman yang bernaung di beberapa grup. Ada pengajian, penulis, pebisnis, dan bahkan ada temannya yang diajak bekerjasama saat peluncuran koperasi untuk BMI. Dari situ ia akhirnya memutuskan, bahwa satu saat ia harus berhenti sebagai Asisten Rumah Tangga. Hidup membukakan banyak pintu jika kita mau berusaha!

Mbak Darsih  juga aktif saat ada penyuluhan atau workshop yang diinfokan oleh KJRI atau migran care

2. Mbak Darsih menyiapkan sebuah usaha yang bisa dijalankan setelah pulang ke Indonesia
Setelah bekerja selama hampir sepuluh tahun, ia pun memutuskan untuk pulang, namun sebelumnya ia dan suami telah menyiapkan warteg dan membuka bisnis usaha penjualan baju secara online. 

Caranya? Ia rajin menabung dan hidup hemat. Selain itu, ia memperhatikan cara berdagang majikannya. 

Sampai di situ, mata Mbak Darsih menerawang. Ia mengingat bagaimana perjuangan hidupnya akhirnya membuahkan keberhasilan. Ia berhasil menepis anggapan bahwa buruh migran di luar negeri identik dengan kata babu atau pembantu yang dapat  dianiaya oleh majikan, mengalami pelecehaan seksual, digaji semena-mena, bahkan dipecat tanpa tahu hak-hak mereka. 

3. Selalu mau belajar
Mbak Darsih rupanya sadar, semua itu tak lepas dari kesadaran dirinya sebagai seorang pekerja asing di sebuah negara yang tak pernah ia kunjungi sebelumnya. Rasa takut tentu saja ada, namun berdasarkan pengalaman almarhum ibunya, Mbak Darsih berusaha selalu berkomunikasi aktif dengan keluarga dan KJRI. 

Ia juga rajin mencatat, mulai dari perusahaan apa yang memberangkatkan dirinya, dan berapa uang gaji yang diterima. Sekedar informasi, gaji yang diterima Mbak Darsih pada tahun 2009 lalu jika dikurs dalam nilai tukar rupiah adalah sekitar 8,5 juta rupiah per bulan. Itu belum termasuk uang lembur dan uang makan. Wow, setara dengan gaji seorang manajer restoran cepat saji di Jakarta!


Catatan, meski pemerintah telah menaikkan upah minimum provinsi (UMP) mulai 1 Januari 2014 lalu, upah minimum tertinggi yang diterima buruh Indonesia sebesar Rp 2,2 juta.

Dering telepon genggam menghentak dengan lagu techno. Ia menatap layar dan tersenyum meminta maaf. Aku pun menyudahi perbincangan kami.  

"So sorry, mbak Tanti, teman-teman saya sudah mendarat. Sampai jumpa lagi yaa.."  

Dengan luwes, Mbak Darsih berdiri dan menjabat tanganku. Ya, ia memang kadang menjemput para buruh migran dari Hongkong, karena banyak sekali oknum petugas yang mencegat para buruh migran di Bandara. Mereka berdalih untuk kepentingan individu. Ada yang berusaha menjadi petugas money changer dengan kurs yang tak masuk akal, dan ada juga jasa mengantar hingga ke kampung halaman, dengan ongkos yang luar biasa ajaib. 

Aku menggeleng, tak mengerti dengan masih banyaknya para pemeras ini, padahal jelas sekali Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) bertekad akan menindak tegas para oknum yang nakal! 

Aku mendoakan agar banyak Mbak Darsih lain yang berhasil merubah nasib mereka, dan menjadi pahlawan keluarga. Terimakasih banyak mbak Darsih, dari sekelumit percakapan itu, aku banyak belajar!

Tulisan ini Diikutsertakan Lomba Blog Buruh Migrant Indonesia Bersama Melani Subono

7 komentar

  1. Sudah bookmark lomba ini tp blom kepegang...
    Sukses mak tanti.
    Darsih satu contoh BMI yg sukses ...smoga lbh banyak lg yg menyusul Darsih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lah.. sayang bangeeet....

      maybe next time ya mbak Ophie, thanks ya kunjungannya

      Hapus
  2. Postingan ini penuh motivasi mbak, Semoga semakin banyak mbak Darsih yang lainnya. Amin :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi memang untuk menjadi siapa pun kita butuh peka lingkungan ya Defi :)

      Hapus
  3. gak sia-sia saya berkunjung ke blog mba tanti, artikel nya sangat bermanfaat menambah wawasan saya.
    thanks ya mba.

    BalasHapus
  4. Aaaahkkkk, banyak buruh migran yang hebaaat!!

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)