BAGAIMANA SIH, CARA MENILAI SEBUAH KARYA SENI?


Lukisan ...

katanya, adalah suatu karya seni yang dihasilkan dari goresan warna pada kertas, kanvas, ataupun dinding.


Tapi, gimana kalo pisang di atas ini dianggap karya seni dan dijual seharga US $ 120.000 dan... laku keras? 


Senimannya yang super duper nyentrik, bernama Maurizio Cattelan, memberi nama pisang-pisangnya "Comedian". Iya .. pisang-pisang, dia beli pisang satu sisir - lalu beli lakban - dan dengan semena-mena itu pisang satu persatu dia tawan di dinding menggunakan lakban!

Sudah gitu, dia bandrol pisangnya dengan harga 120 ribu dollar (which is satu pisang harganya Rp. 1,651,128,000 perak. 


Satu koma enam something milyar rupiah!

Satu biji!

DAN SEMUA LAKU!

... errr pisang dilakban, gue kok jadi bayangin penderitaan jomblo menahun... wkwkwkwk

skip

"Bagaimana cara menilai sebuah karya seni?"

Saat pembeli melihat sebuah lukisan untuk menerjemahkannya dengan cara mereka sendiri, terkadang mereka jatuh cinta dengan apa yang mereka lihat jika lukisannya menggambarkan keadaan pikiran mereka dengan tepat, dan itulah sebabnya mereka siap menghabiskan puluhan juta rupiah untuk sebuah karya seni. 

Di waktu lain, mereka merasa terhubung dengan gaya ekspresi sang seniman, dan mereka pun mulai mengoleksi hasil karya seniman tersebut (sayangnya, ada juga pembeli tertentu yang membeli karya seni hanya untuk simbol status. 
Terkadang juga hanya untuk mencocokkan lukisan dengan warna tembok rumah mereka).


Untuk menjawab pertanyaan pertama, dikatakan bahwa saat anda membeli sebuah karya seni, anda membeli bagian dari jiwa seniman tersebut. Para seniman jutawan ini spesial karena satu alasan. 

Mereka mendedikasikan hidup mereka demi seni. Dan begitulah adanya! Mereka semua datang dari latar belakang ekonomi, gaya hidup, dan pendidikan seni yang berbeda.
  • Beberapa seniman meninggalkan rumah di usia 12-13 tahun untuk meresapi dunia seni. 
  • Beberapa seniman menderita karena depresi dan menemukan kedamaian lewat seni. 
  • Beberapa orang berjuang untuk membebaskan negara mereka lewat lukisan. 
Dan itulah tepatnya makna sebuah seni. 

Seni bukanlah sekedar hiburan atau media pesan sosial. Menyelesaikan sebuah lukisan butuh banyak waktu serta memasukkan perasaan pelukis di dalamnya tidaklah mudah. 

Hidup sang seniman habis demi memberikan perasaan yang melampaui hasrat duniawi. Milyaran rupiah dari harga sebuah lukisan adalah untuk merayakan kehidupan mereka dan bukan sekedar lukisan itu sendiri. 

Berapa harga sebuah karya seni? 

Karena penjelasannya panjang kali lebar, silakan klik link berikut ini :

Berapa harga sebuah karya seni? 


Mari Bicara Tentang Seni
Karya Michelangelo di jaman renaisans
Karya-karya di jaman renaisans adalah realistis dan 
mengedepankan humanisme yang bombastis


Kita tidak usahlah mempertanya-jawabkan kemisteriusan senyum Monalisa buah karya eksentrik Leonardo da Vinci. 

Lukisan Monalisa udah keseringan dijembreng, kali ini pajang karya lainnya. Lady Of Ermine.


Leonardo da Vinci dengan beberapa karya dan yang terbesar adalah "Last Supper", Rembrandt Haarmenszoon van Rijn si pelukis terbesar Eropa abad itu, Claude Monet, Vincent van Gogh, Gustav Klimt, dan "tukang kubisme" Pablo Picasso. Ah, banyaklah..




Karya seni mereka, adalah contoh karya seni lukisan yang harganya ... tak ternilai lagi. 

Hanya orang-orang tertentu yang bisa menikmati keindahan gambar yang disajikan dalam lukisan tersebut. Kita bisa lihat repronya yang bertebaran di internet, tentu saja, tapi melihat aslinya? Wuiih... nanti dulu!

Mari kita tanya, "Baguskah karyanya, Neng?"


Mata awam pun bisa menilai, bahwa karya mereka itu fabulous, karena detail, imajinatif.  Dan saat itu kan emang belom ada foto pake hape yaaa, jadi pastilah otak si pelukis ini jenius semua. Bisa photographic memory, dan jelas imajinasinya melambung tinggi.

Jadi, tepat sekali jika karya mereka ini masterpiece...

Mari kita kembali ke topik semula, seniman yang menyandera pisang di tembok dengan lakban.

Pisang, adalah sebuah obyek yang di mata kita biasa saja. 

Namun saat pisang itu disandera di tembok dengan sebuah lakban - di tempat yang tidak biasa, which is Museum Louvre di Perancis - yang di dalamnya bertaburan karya seni termahal para seniman terkenal dunia, maka .. mata kita tertuju ke mana?
Yes, ke pisang tersebut! Karena nyeleneh. Idenya gila.

Orang yang beli "pisang itu" tidak membeli pisangnya. Dia membeli "karya" seniman gila tersebut. Dia menghargai pikiran out of the box si seniman gila itu.


Tapi sebelumnya kita bahas dimana ada lukisan yang terlihat biasa saja, hanya karena nama senimannya sudah mendunia, lukisan tersebut akan masuk dalam daftar lukisan termahal. 

Contohnya?

Pernah tahu Yayoi Kusama? Seniman Jepang perempuan yang "gila" dan karyanya "nggilani" karena hanya berupa bulatan-bulatan di mana-mana?





Pernah dengar nama Pierre Soulages? Seniman asal Perancis  ini terkenal karena seluruh karyanya hanya menggunakan cat hitam, dan hampir seluruh karyanya ... hanya sebuah kanvas berukuran raksasa yang tertutup warna hitam!






Bisa lihat bedanya?

Kalo dari dekat, mungkin akan terlihat teksturnya beda, sih. Ada yang kayak batu, kayak pasir, kayak guratan doang. Ini juga judulnya beda-beda gitu.


Lalu, mari kita bertanya lagi, "Lantas, seninya di manaaaa?" 

Ya di karya yang out of the box tersebut, lah... 

Misal seperti beberapa karya di atas, mana ada pelukis yang gila, hanya mengguratkan warna hitam seluruhnya ke kanvas tersebut? Tapi itu adaaa! Ada! Si Pierre itu!

Aku juga bisa, buat bulatan-bulatan kayak gitu doang, tapi yang the one and only secara ajaib mewujudkan bulatan itu ke seluruh benda, cuman Yayoi Kusama! 

Jadi, begitu juga dengan "Comedian" atawa "Pisang dilakban di Tembok' itu tadi. 

Kamu punya pisang, aku juga punya pisang, si Maurizzio Catellan juga punya pisang. Bedanya, ama Maurizzio, pisang tersebut dia tempelkan ke dinding! Di Museum Louvre!


Pisangmu, kamu apain?
Seorang seniman mengekspresikan dirinya sendiri lewat kanvas (atau kertas) dengan mengikuti aturan tertentu dari komposisi dan warna, dan lain-lain. Begitu si seniman telah mengekspresikan dirinya sendiri, proses seninya pun berakhir.
Saat seorang seniman memajang lukisan, ia suka melihat apa yang orang mungkin dapatkan dari karyanya. Terserah kepada kita untuk menginterpretasikan lukisan dengan cara kita sendiri. 
Itulah sebabnya mengapa seni dianggap sebagai cermin masyarakat, karena seperti cermin, lukisan juga mampu merefleksikan kepribadian anda.

Jadi, pertanyaan selanjutnya. 


Harganya mahal?
Buat seorang seniman, karya tidak bisa dinilai dengan uang. 
Seorang Affandi, akan lebih rela membakar lukisannya alih alih jika beliau dipaksa menjual karya ke orang yang tidak disukainya!
Harga itu adalah untuk merayakan kerja keras dan dedikasi mereka terhadap seni dan usaha konstan mereka untuk mengembangkan masyarakat melalui hasil karya mereka.

Sama juga model Honda Jazz 2020 yang imut tanpa gril depan itu. Karena logonya H ya disebut artistik, coba logonya wuling, ya dibully.

Jadi, sekarang tahu kan, apa itu karya seni?

55 komentar

  1. Haha, aku gak ngerti sama sekali soal karya seni mba Tanti. Yang aku tau soal lomba mewarnai anak-anak. Kadang juri suka sama karya orisinil anak-anak yang sesuai dengan umur imajinasi anak-anak.

    Kadang ada juri yang suka sama hasil mewarnai anak sanggar yang rata-rata seragam.

    Mungkin begitu ya Mba, hasil karya tergantung yang menilai juga ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hmmm.... ini beda konteks juga sih, tapi memang juri seleranya suka beda beda. Aku sih jujur aja yaa, kalo dari sanggar dan bukan dari sanggar biasanya aku pisahkan, ya emang kita harus jujur yang dari sanggar bagus bagus, tapi kan seragam gitu loh... kayak keluaran pabrikan

      Hapus
    2. sama. saya pernah nih ngikut keponakan saya di lomba mewarnai. saya kira hasil sasha sudah terbaik karena gak ada yg keluar garis dan warnanya ciamik. eh yg menang malah yg warnainya gak rapi. hmmm seni itu susah dimengerti. ahahah

      Hapus
  2. Wahhh gile ya harganya
    Cuma kadang karena prestise juga
    Dan tergantung orangnya
    Karena kl dah beli lukisan ternama punya kelas tersendiri kali ya hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. woooiiii ini bukan lukisaaaan...ini pisaaaang!

      Hapus
    2. Nah itu dia gilanya, kalo lukisan mungkin masuk akal
      Lha ini pisang yang seminggu kemudian benyek dan busuk 😀😀😀
      Tadi sampai bolak balik baca, beneran ini cuma pisang dilakban?
      Poses hingga tercipta karya itu yang mahal harganya

      Hapus
    3. bahhahahaa beneran mbak, ini aku terpana dengan pisang yang harganya 1,7 M!

      Hapus
  3. saya pernah ke museum macan , karya Yayoi Kusama keren banget dengan karya seni yang nyentrik

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku .. telaaat hiks hiks hiks....
      pas mampir MUSEUM MACAN, eh yang pameran bukan Yayoi Kusama lagi!

      Hapus
  4. Saya termasuk awam seni lukis, namun tidak jarang kalau melihat suatu lukisan saya bisa anteng melihatnya bisa bermenit2 malah satu jam meski melihat sekilas mah kayak nggak karuan, tapi sering juga cuma lewat karena nggak ngerti juga hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku biasanya yang menarik minat yang lukisan tentang tema anak anak - dan bukan realistik gitu Yuli

      Hapus
  5. Mbak,saya awam tentang karya seni..tapi sangat menikmati. Memang kadang enggak masuk di akal ya harga sebuah karya. Orang awam melihatnya biasa tapi kok ya dilihat dari nilai seninya warbiyasaaa
    Saya punya pengalaman waktu ke Museum Louvre, lukisan asli Monalisa itu yang ngantri melihat dari dekat ramainya...sampai desak-desakan, padahal diletakkan di ruangan yang luas. Dan museum ini juga tak kalah ramai, rombongan anak sekolah dari berbagai daerah dan negara ada juga wisatawan biasa. Begitu besar seni dihargai di sini

    BalasHapus
    Balasan
    1. yaa Allaaaah Diaaaan betapa beruntungnya bisa ke museum de Louvre, aku ini bener bener iri kalo orang pernah ke museum ini dan itu- sebagai "traveller" abal abal, aku ga terlalu suka blusukan ke tempat wisata yang di instagram dah banyak beredar

      Hapus
    2. Suamiku suka yang berbau seni begini, Mbak..jadi ketularan menikmati deh aku. Di setiap pergi kalau ada museum, candi, situs..pokoknya yang ada kaitannya dengan hasil karya seni kami singgahi. Di Museum Vatikan juga. Kukira cuma peninggalan yang berbau "agama" ternyata enggak..lengkaap karya ada dari berbagai era

      Hapus
  6. mak aku termasuk awam menilai sebuah karya seni, tapi karena keunikannya terkadang bikin mata melihatnya gak berhenti menatap, walaupun pernah kerja dibidang seni tetep aja awam aku mah, cuma sebatas menikmati tapi memang sih karya seni tidak bisa dinilai dengan uang karena keunikannya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. oooh reaalllly? pernah kerja di bidang seni? keren! gallery kah atau apa?

      Hapus
  7. Menurutky seni sulit sekali dinilai karena imaji orang sifatnya gak terbatas. Makanya jujur aku agak heran ada profesi kritikus seni. Karena buatku seni itu dinamis banget hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. hmmmm iya juga ya, tapi mungkin kritikus seni itu maksudnya adalah para pengamat seni - sehingga paham apa yang palsu dan abal abal, juga jaman di mana karya itu berasal

      perlu juga sih

      Hapus
  8. hahaha seni itu, menurut saya hanya bisa dinilai oleh para penikmatnya, dan memang benar, orang-orang yang berpikir out of the box.

    Kalau bagi saya, sungguh bukan seniman, karena apanya coba yang nyeni?
    Padahal ya mungkin idenya yang tak pernah tersentuh oleh pikiran orang lain, dan itu yang membuatnya jadi lebih mahal :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah , yes itu point of view kita yang "rata-rata" dan "penikmat seni" itu jauuuuuh beda

      Hapus
  9. Aku masih dangkal menilai karya seni. Yang bagus di mata aku, biasanya karya yang sesuai dengan kondisi nyatanya. Jadi kalo lukisan gunung, ya persis seperti gunung. Untuk paham yang selain itu, sangat susah. Jadi suka heran dengan karya abstrak atau karya lain yang 'aneh'. Huhu... aku gak bakat seni, Mak Neng

    BalasHapus
    Balasan
    1. oh iya, mayoritas akan menilai realistis painting itu lebih indah

      Hapus
  10. Jadi ingat dialog di kdrama Class Of Lies. Saat si korban pembunuhan melihat lukisan di dinding rumahnya, dia menjawab pertanyaan temannya kenapa membeli lukisan itu. Jawabnya: konon, apa yang ada di depanku ini, sama dengan apa yang aku alami.

    BalasHapus
    Balasan
    1. aaah kamyuuuu.. aku kan jadi terpicu ingin nontooooon

      Hapus
    2. Tonton mbak.. tonton..
      Meskipun cuma secuplik itu dan benerapa adegan pendek sih yang berhubungan dengan seni. Hehe

      Hapus
  11. Aku sama sekali belum faham sama seni Mbak. Itu pisang, pikiranku malah kenpeia gak beres yang sebaiknya dilakban "itu"nya. Wakakakak.

    BalasHapus
  12. Pisangmu kamu apain? wkwkwk... Kalau bulukan dan membusuk yaudah ganti aja sama pisang yang baru. Giling ya pisang sebiji gitu dihargai mahal. Punya ide nyentrik bisa bikin kaya. Sedih dan envy akutuh :D

    BalasHapus
  13. "membeli karya seni adalah membeli bagian dari jiwa seniman tersebut". Aku memaknainya dalam arti luas, nggak cuma seni rupa.

    Semoga seni tulis buku pun dihargai layak, nggak diplagiat dan dimintai gratisan lagi.

    BalasHapus
  14. Wow, harganya sampai 1m-an... Speechless... Ide out of the boxnya itu ya yang bikin mahal...

    BalasHapus
  15. Harganya itu loh, huwow banget yah. Tapi memang masalah ide ini mahal ya Mak. KArena ga semua orang bisa menghasilkan ide serupa.

    BalasHapus
  16. Begitulah. Seni tak bisa dinilai dari yang terlihat kasat mata. Saya jadi teringat dengan lukisan Penari telanjang yang dikelilingi ulama-ulama duduk melingkar. Kalau tak salah karya Gus Mus (saya agak lupa karya siapa) yang banyak mendapat kritikan.

    Secara kasat mata lukisan itu seolah "menghina" ulama. Namun para pecinta seni justru melihat dari sudut yang sangat mendalam. Yaitu esensi ibadah seorang hamba harusnya tak tertandingi (atau terganggu/terpengaruh) oleh kemolekan duniawi.

    Saya suka lukisan, tapi kadang gagal menemukan esensinya. Beda lah sama kurator dan pecinta seni lukis beneran. Hehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah ini kontroversi banget ya, aku sampai sekarang masih kagum juga dengan idenya, tapi untuk melaksanakan ide itu, berbenturan dengan etika agama

      Hapus
  17. Pisang dilakban harganya wow dan habis ehehe. Aku takjub sama harganya mba. Eh iya ya jadi yang bikin harganya mahal itu selain ide, ada rasa dari sang seniman yang sesuai dengan perasaan yang membelinya.

    BalasHapus
  18. Sebenernya kita dekat sekali dengan seni ya bun. Seperti kehidupan sendiri itu juga adalah seni. Tapi kalau aku disuruh memahami sebuah seni yang dimaksudkan seni pisang di lakban atau lukisan yang cuma bulat-bulat doang. Jujur aku ga mampu memhaminya bun. Maafkan. Kayaknya otak aku ga nyampe ke sana untuk memahami sebuah seni seperti itu sampai dibeli oleh orang banyak dengan harga yang tidak murah. Hihihi maafkan aku orang awam yang nggak ngerti. Gapapa ya bun klo aku nggak ngerti juga. Soalnya aku lbh tertarik untuk memahami seni kehidupan itu sendiri daripada lukisan

    BalasHapus
  19. Aku paling senang nih diajak lihat art gini, kadang banyak sekali karya seni yang gak bisa kita ungkapkan dengan kata-kata. Apalagi karyanya Yayoi Kusuma ini, aku lihat waktu pas di Jakarta kemarin itu.

    BalasHapus
  20. Aku sering banget entah di buku atau film sebutan 'seniman gila' ya..bisa jadi karena ide-ide mereka yang nyeleneh dan out of the box
    Dan org2 yang memiliki jiwa seni lah yg bisa menikmati keunikan mereka ini

    BalasHapus
  21. Saya sampai sekarang belum terlalu suka seni tapi suka heran dan kagum dengan Seniman yang memang sepanjang hidupnya berdedikasi tinggi dengan apa yang digelutinya. Karya-karya yang out the box memang mahal dan gak kepikiran

    BalasHapus
  22. Kalau ke Galeri Semarang aku senang berlama-lama menikmati karya yang ada, walau kadang rumit banget, berusaha memahami jalan pikiran seniman, kadang ngga nyampe di otakku mba hihihihi

    BalasHapus
  23. aku ga paham seni. tapi suka aja ngeliatin yg menurutku kelihatan bagus dan menarik :)

    BalasHapus
  24. Soal pisang disandera, itu yang aku beneran gak paham. Memang gak ngerti seni. Kalau aku punya pisang, palingan dibikin smoothie atau digoreng buat teman Pak Su pigi ronda tiap senin malem. Wkwkwk.
    Memang idenya itu yg bisa bikin beda.

    BalasHapus
  25. Masih gak paham mbak, soal pisang disandera itu. Entah ya, aku juga bingung seninya dimana. Mungkin karena tuntutan hidup membuatku lebih realistis #ehcurcol. Tapi bagi penikmat karya sei yang memang banyak otak kanan-nya lebih dominan pasti bisa melihat sisi kreativitas luarbiasa si seniman ya.

    BalasHapus
  26. Aya aya wae terakhirnya tapi boleh kok dicoba siapa tau logo H nya copot. Hihi
    Abis ini mau googling pisang ditempelin tembok bentukannya gimana?
    Kulit pisangnya supaya ngga busuk dikasih apa ya?

    BalasHapus
  27. Karya seni memang tak ternilai harganya. Karena setiap karyanya itu dituangkan dari pikiran, rasa, jiwa dan lainnya dari dalam dirinya. Jadi, karya seni akan memiliki ciri khas dan keindahannya sendiri.

    Bisa dikatakan nyentrik, gitu.

    Tapi aku belum sampai pemikirannya dg pisang yang dilakban di tembok bisa terjual 1,6M. Uwaah banget itu. Memang benar-benar memjadi karya yg sangat out of the box deh.

    BalasHapus
  28. Bener bngetba Suka sama kata2 ini Seni bukanlah sekedar hiburan atau media pesan sosial. Menyelesaikan sebuah lukisan butuh banyak waktu serta memasukkan perasaan pelukis di dalamnya tidaklah mudah

    BalasHapus
  29. Dalem nih mba tulisannya. Bener banget loh aku setuju sama cara menilai seni ini. Tapi kalau aku sendiri sepertinya masih kurang bisa dalam memahami seni. Kalau liat lukisan atau apa gitu n gak ada pemandunya yang diotak aku ya blank aja. Haha. Kecuali aku sudah tau sama karakter pembuatnya atau minimal tau sedikit sejarah hidupnya lah. Baru bisa mengerti dikit dikit mungkin

    BalasHapus
  30. Hmm ternyata begitu ya, kalo kita membeli sebuah karya seni, kita seakan2 membeli jiwanya ya. Pantes aja ya harganya mahal.

    BalasHapus
  31. Aku dulu berpikir bahwa seni itu masalah selera.
    Memang benar adanya.
    Tapi kembali lagi, bahwa selera itu mengandung "nilai filosofi" yang terkandung di dalamnya.
    Dan ini pasti ada tolak ukur nilai artistik dari sebuah seni.

    BalasHapus
  32. Bagi yang tidak tahu seni, yang tidak responsif dan imajinatif susah membayangkan karya-karya di atas bernilai seni tinggi. Tapi ya begitulah seni, hanya orang-orang tertentu saja yang memahaminya.

    BalasHapus
  33. Hmmm menarik banget Mak. Setiap ada event pameran seni, aku selalu berusaha nyempetin dateng buat belajar memahami pesan apa yang sebenernya pengen disampaikan para seniman tersebut melalui karya seninya. Apapun medianya, pesan berupa keluh kesah sampe kritik yang diutarakan lewat karya seni selalu nyampe feelingnya. Absurd sih kalau dipikir pake logika. Tapi emang gitu cara nikmatin karya seni: you just have to feel it to eventually understand it :)

    BalasHapus
  34. Memang penilaian terhadap karya seni sangat subjektif ya mb..bagus, indah, itu tergantung siapa yang melihat dan bisa menikmatinya. Memang tidak mudah untuk dapat mengapresiasi suatu karya seni.

    BalasHapus
  35. Semakin unik dan aneh, semakin tinggi nilai karya seni. Q bukan org seni aplg yg bsa bikin karya seni, tp paling doyan klu ad pameran seni dn suka hunting lukisan unik

    BalasHapus
  36. Masih samar-samar nangkepnya mba. Mungkin karena aku orang yang bingung dalam menghargai karya seni. Terutama kalau yang model guratan cat hitam tadi, amat sulit bagiku untuk menikmatinya. Memang bebas sih semua orang berkarya dan juga mengapresiasi karya orang lain. Semuanya balik lagi ke frame of feeling masing-masing orang ya.

    BalasHapus
  37. karena seninya yang bikin mahal....

    BalasHapus
  38. Saya pakai feeling aja sih. Kalau keliatan bagus yaudah bagus aja. Enak dilihat gitu. Waktu saya mampir ke Toko ACE Hardware dan nemu beberapa hiasan dinding berbentuk lukisan atau quotes-quotes dengan design aja saya rasa itu udah bagus banget. Seni emang dabest deh.

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)