TAMAN KOTA WADUK PLUIT ON SUMMER FESTIVAL

BALADA TAMAN KOTA
"Mama.. aku mau main bolaa..!" teriak seorang bocah kecil di satu pagi. Ia memang sedang libur sekolah karena lokal kelas digunakan untuk ruang ujian murid kelas 6.
"Iya, tapi hati-hati ya, Daffaa," sahut sang Ibu yang sedang bersiap akan berangkat bekerja di sebuah perusahaan finance.
Daffaa pun melesat keluar dari rumah sambil mengempit sebuah bola di ketiak kanan. Ia dan teman-temannya berlari ke jalan di depan perumahan.

Lima belas menit kemudian, "Ciii...tt! Brak!"
"Daffaaa..!" Teriak teman-temannya. Sang Ibu yang sudah memakai sepatu, berlari ke jalan dan berteriak histeris ketika melihat sang anak tergeletak berlumur darah segar di kepalanya.
Ini kisah nyata, prens.. Tak mudah, memang, menghadirkan sebuah taman kota yang ramah anak di lingkungan sepadat Ibukota. Semua orang mengakuinya. Apalagi di jaman serba membutuhkan uang seperti saat ini. Tak jarang, ruang fasum terampas tatkala seorang developer memaksakan sebuah lahan dijadikan mal, cluster atau apartemen.  Sungguh, filem animasi Dr. Seuss dengan berani telah mengungkapkan kekhawatirannya.

Tapi, Thanks God, sepasang petinggi Ibukota berusaha menghadirkan kembali impian anak-anak yang selama ini tersudutkan oleh bangunan tinggi mengepung perumahan dan menghadirkan aspal dan beton sebagai ganti rerumputan.  

PENOLAKAN RELOKASI PEMUKIMAN LIAR - BANTARAN WADUK PLUIT
Salah satu bukti keberhasilan mereka mewujudkan impian itu adalah ketika dengan tegas merapihkan kembali sebuah waduk di Pluit.

Memang warga di sekitar sana sudah lama tinggal di area pemukiman “liar”, namun patut dicatat fungsi bantaran waduk tersebut memang bukan untuk pemukiman. Diduga keberadaan pemukiman tersebut yang menyebabkan pendangkalan kedalaman waduk, sehingga mengurangi manfaat waduk tersebut sebagai salah satu titik pengendali banjir di Jakarta Utara.

Realisasi relokasi di sisi barat waduk Pluit terlaksana di akhir tahun 2013, dan hingga sekarang masih terus dilakukan dan pemerintah sudah menyediakan solusi rumah susun yang bisa ditempati oleh warga yang terkena relokasi.

Setelah relokasi, di bekas lokasi pemukiman (alias sisi barat) kemudian dibangun sebuah taman kota yang luas (total 8 ha). Sebuah nilai plus lagi bagi Jakarta yang memang membutuhkan tambahan ruang terbuka hijau. 

FESTIVAL MUSIM PANAS 2014
Tulisan ini hadir di dalam taman seluas 8 hektar...
Karena ada undangan untuk menghadiri "SUMMER FESTIVAL" yang diadakan oleh Wiki-ID pada tanggal 7 Juni 2014. Too bad, pada hari yang sama ada beberapa undangan bersamaan. Ada yang ulangtahun dan pernikahan gurunya anak-anak. Karena waktunya bersamaan, akhirnya kuputuskan untuk pergi ke Pluit karena jaraknya yang cukup jauh. 

Sayang sekali, jalan masuk ke TKWP (Taman Kota Waduk Pluit) tidak terlihat jelas, sehingga aku harus putar balik lagi karena terlewat. Setelah beberapa kali bertanya, akhirnya sampai juga ke TKWP. Sepintas dari jauh ada beberapa tenda hijau berdiri. Aku menebak, disitulah acara diadakan, walaupun tenda sangat sepi pengunjung. Kuduga karena baru pukul 12.00.

Lagi-lagi, jalan masuk ke acara tak terlihat sehingga aku harus memutar di ujung jalan. Tak terlihat ada jalan pintas menuju area. Aku masuk melalui ujung yang ada security, berharap ada masukan mengenai event karena jalan masuk yang sangat jauh, dan pintu masuk dihalangi oleh beberapa kursi rusak dan bambu. Ternyata, security menjawab acuh tak acuh. Ia malah menyuruh aku buka palang bambu sendiri, dan menutup lagi jika mobil sudah di dalam. Alasannya agar tidak banyak orang yang masuk! Lah, mau bikin acara, malah dilarang masuk.. piyee..

Sampai di dalam, saya takjub dengan tata letak taman yang indah dan luas. Di kanan jalan, eceng gondok yang ada dikeduk dengan sebuah  ekskavator. Upaya relokasi tetap berjalan, rupanya.. pak Gubernur dan wakilnya tidak main-main dengan proyek ini. 
Tenda Acara
Meja pendaftaran dengan panitia yang belum siap




Untuk keamanan dan kenyamanan, terlihat ada sebuah kantor polisi yang berada di perbatasan sisi barat dan utara Waduk Pluit. Jalan masuk Taman kota dari arah Zona Parkir, beberapa pohon yang diberi nama, tersangga di sisi kanan dan kiri kami. 

Jalan setapak tersebut dibuat menggunakan Block Paving yang tersusun rapi dan tidak becek Bermacam fasilitas modern akan dihadirkan di kawasan taman itu, seperti plaza taman, lapangan, bangku, tanaman, rumput dan 10 TV LED untuk iklan.

Selain itu, rencananya juga akan dibangun patung burung untuk mempercantik taman. Taman Kota Waduk Pluit sendiri berdasarkan papan informasi yang saya baca, terdiri dari 5 Zona yaitu zona parkir, zona plaza utama, zona ampitheater, zona arboretum dan zona olah raga. 

KRITIK DAN SARAN

Melihat dari pengalaman saya mengikuti Festival Komunitas ini, pihak penyelenggara terkesan tidak siap. Saat pendaftaran, pengunjung tidak mengisi buku tamu, dan hanya diberi tahu agar 'berbaur' dengan tenggang waktu 2 - 3 jam! Bahkan, mbak yang di depan laptop terkesan kebingungan. 

Saat acara 'dimulai' bertepatan dengan jam makan siang, dan tidak ada satupun makanan tersedia, sementara lokasi acara jauuuh sekali dari mana-mana. Sementara "makan es krim gratis" yang dijanjikan juga katanya dibagi satu pendaftar = hanya 1 es krim. Alhasil, saya yang membawa tiga anak merasa kesal. Tidak sesuai dengan kata 'fetival' yang menjadi tema besar acara.

Sungguh disayangkan, mengingat nama besar Wikipedia hadir di situ. Seandainya acara dikelola dengan baik, dan panitia terkoordinir, tentu saja animo pengunjung akan lebih besar. Alasan ketiadaan dana, tentu saja dapat diatasi dengan publikasi acara secara besar-besaran. Pasti akan banyak sponsor yang hadir..

Terlepas dari beberapa ketidaknyamanan saat hadir di acara, saya salut dengan upaya mengangkat kehadiran taman kota. Semoga di kemudian hari, taman ini akan terus terpelihara dan semoga penyelenggaraan acara semakin baik.





Karena bete, jadi selfie aja di situ, mencoba berbagai gaya (*_*)

15 komentar

  1. Si empunya blog nggak nampang di post ini? ^_^

    Hihihiii... :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. ooh iyaaa.. bentar eike masukkan gambarnya yaa.. (malu soalnya endut hihihi)

      Hapus
  2. Balasan
    1. wuuuiih jangan ditanya, panaass banget.. untuk foto2 sih jadi bagus, terang gitu :D

      Hapus
  3. wah sayang sekali yah, acara kemasannya asal2an, jadi menjatuhkan nama.... sipp mbak
    untung ga jadi ikut, krn acara lain...hehee

    saya dah foloow, bantu followback blog saya mbak soalnya masih dikiittttttt hehee.... trims
    http://kabarmata.blogspot.com/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Rahab Ganendra,
      seandainya saja dia bikin bareng bazar ibu2 pasti dijamin acara lebuh meriah, selain mendatangkan dana juga untuk penyelenggaraan acara lebih baik

      Hapus
    2. Saya udah folow yaaa ^_^ rajin2 blogwalking di komunitas FB Blogger saja, trus bikin "bom" tulisan hehehee

      Hapus
  4. Salut sama panitia yang sudah membuat community gathering seperti ini karena ngumpulin komunitas juga pastinya susah. Semoga acara ini kedepannya jauh lebih baik lagi :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya saluuut banget mas Chandra Iman
      tapi sepertinya ybs (panitia) memang belum pengalaman - coba saja komunitas ini ditunjang oleh beberapa penampilan band SMA setempat atau artis .. wooow... dijamin meriah!

      Hapus
  5. Ouw.... sayang ya, acara yang semestinya bagus malah membuat kecewa. Mudah-mudahan panitia menjadikan reportase ini sebagai bahan masukan untuk penyelenggaraan acara ke depannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insya Allah mereka kan juga ingin acaranya bertambah baik mbak Memez.. thanks yaa saya kun bal satu satu nih ^_^

      Hapus
  6. Waduk Pluit sekarang bersih yaaak, setiap pualng ke rumah ibu mertua...lewat situuu

    BalasHapus
  7. taman kotanya indah sekarang tuh yah....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Muslimah cantik, taman kotanya recommended kok!

      Hapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)