SENIMAN ITU TIDAK TAKUT KOTOR


Affandi is the front line  of expressionist painter in Indonesia, even in the world
"Affandi adalah garda depan pelukis ekspresionis Indonesia, bahkan dunia. Beliau terkenal dengan keahliannya mengekspresikan diri di dalam lukisan, dan kebanyakan lukisan yang ia buat, bercerita tentang matahari, kaki dan tangan."
Kalimat yang kubaca dari sebuah review saat sedang berselancar itu membuatku sejenak terdiam. 


Ekspresi. 

Kebebasan. 

Menyajikan realitas.

Jujur dan polos. 

Seniman adalah seseorang yang bebas berekspresi dan lalu menghasilkan sebuah karya. Namun, tak semua karya tercipta dengan jiwa. 

Tak semua karya juga "berharga". Ada yang lukisannya "buagus buanget" tapi harganya kalo pake dollar, masih bisa dihitung dengan sebelah jari. 

Ada yang lukisannya jelek, amit-amit, warnanya ancur-ancuran, tabrakan, tapi buset alamakjan harganya.

Mengapa?

Lalu mengapa kebanyakan seniman bekerja seolah lupa waktu? Mengapa seniman terlihat terobsesi dalam berkarya? Ada seniman yang menikmati dalam berkarya, pelan-pelan dan lamaaa... tapi ada juga yang seperti Affandi, berusaha cepat-cepat menyelesaikan karyanya. Mengapa?

Benarkah seniman itu tak takut kotor? Mengapa?

Seniman dan separuh jiwa yang tertuang

Seorang seniman sejati, memang tak pernah takut berkarya. Ada seniman yang rela mendapatkan secarik kertas di tong sampah saat ide menerjang. Ada seniman yang mengambil serbet kertas di resto cepat saji, demi menuangkan apa yang sedang ia rasakan. Ini aku..*uhuk*

Aku suka menggambar. Aku suka mengilustrasi karya tulis. Aku juga suka doodle. Aku memang tidak mengatakan diriku seniman, karena apa yang aku ciptakan itu murni hanya kesenangan pribadi.  Tapi, buat orang-orang dekatku, aku disebut seniman.

Dalam berkarya, aku selalu berusaha total. Ada beberapa teman yang berusaha mengejar kuota, kuantitas karena butuh pengganti apa yang mereka hasilkan. Kadang, mereka sanggup menciptakan sesuatu sebanyak-banyaknya, untuk kemudian dijual dengan harga sepadan dengan yang mereka buat.

Namun aku tidak. 
Tidak banyak karya yang aku jual, kecuali ada yang memesan doodle. Doodle adalah karya seni orat-oret yang bisa dibuat semua orang dengan sangat mudah, itu sebabnya aku "rela" menjualnya.

Namun tidak dengan gambar, lukisan atau ilustrasi khusus yang aku buat. Walaupun buat orang lain "jelek" dan "tidak simetris" namun aku tidak pernah menjualnya. Dibuat buku, iya. Tapi menjual dengan menyebut angka, tidak pernah. Semata-mata, karena aku sayang banget dengan karya-karyaku itu. Rasanya, sih.. kalau bisa ga usah dijual. Cukup dijadikan koleksi saja. 

Mengapa?

Pada saat sedang melukis, aku selalu menyiapkan diri sebelumnya. Kadang, butuh waktu lamaaa dibandingkan dengan melukisnya!

Apa sih, yang aku siapkan? Mood. Emosi. Feeling. Rasa.

Jika emosi sudah klik, sret.. sret.. gubrak .. klonteng klonteng.. selesai!
Kadang, dalam tempo sejam saja, sudah jadi!

Jadi apa? Jadi ancur.. hihihi...

Well... gini, loh.. Sebenernya, emosi yang tertuang itu, paling lama hanya bertahan kurang lebih satu jam. Jika hati sedang senang riang gembira, karya selesai satu jam, dan sisanya berjam-jam hanya memandangi, lalu melukis finishing touch yang dirasa perlu. 

Selain menebalkan arsir dari sketch, teknik seperti shadowing, layering, brushing, atau spraying, atau apalah akan aku gunakan. Demi apa? Demi "memuaskan rasa" yang tadi kukatakan.

Itu sebabnya banyak seniman -terutama yang bermain dengan cat air dan cat minyak-  "tak takut kotor" demi mengejar karya. Mungkin, saat sketching terlihat bagus, namun saat dituangkan menjadi lukisan, alamaaak... mulai tuing tuing .. susah banget!

Kalau udah gitu, gemes banget deh.. akhirnya jumpalitan demi mendapatkan obyek terlihat berbayang atau menambahkan background demi agar gambar terlihat penuh. Bahkan ada yang... ditimpa lagi dengan cat pake kuas lebar, agar gambar sebelumnya tertutupi. Itu aku banget.

Karena setelah mood hilang, maka karya yang tercipta tak lagi sama. Feel-nya beda. Dan "seniman" bisa berkarya sempurna jika emosi yang tertuang itu stabil. 








Begitulah.. 

buat sebagian besar perupa, yang kemudian dilabeli seniman oleh masyarakat, sebuah karya adalah seperti separuh jiwa yang tertuang. Kepuasan inilah yang akhirnya membuat sebuah karya itu beda. Karya yang beda ini, yang kemudian menjadi ciri khas sebuah gambar, ilustrasi atau lukisan 


Ooh, ini gambar Neng Tanti, pasti, bukan karya Affandi.. Bukan, bukan karena tokohnya imut, dan gambarnya berantakan. Yang pasti, karena yang satu karya maestro dunia, dan satunya.... calon maestro -yang sementara masih ma ecrot di rumah- definitely.

Demikian.

17 komentar

  1. aku ga paham seni tapi suka dengan doodle Neng Tanti. Ada sisi kanak-kanak yang kental di tiap coretannya *sotoy nih

    BalasHapus
  2. Menurutku tidak semua orang bisa menjadi seniman seprti pelukis gtu ya. Soalnya dalam setiap coretan atau gambar tangannya. Slalu ada nyawa di dalamnya dan itu tdak smua orang bisa

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak, jadi kadang harus pakai "rasa" memang melihatnya

      Hapus
  3. Ayo bikin buku anak lagii mba tantii,ikutan workshop Room to read pasti keceee hasilnyaa..mupeeng..

    BalasHapus
  4. Ya ampun itu lukisan cakep-cakep lho Kak. Mbok saya dibuatin satu gitu. Gapapa deh kalo harus "Gubraaak...klontang....klonteng!" Hehehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haaai uni, siap uni .. makasiiih kunjungannyaaaa

      Hapus
  5. Cakeeeppp semuaaà.
    Dah klok udh main feeling, mood, delele, namanya seniman mbk. Hehe. Terus berkarya ya mbk. 😀

    BalasHapus
    Balasan
    1. amiiiin.... itu mah sekedar naikin gambar lama mbak Inda, but thankyouuu

      Hapus
  6. aku malah seneng kalo ada orang yang mau dengan senang hati bilang, "Gambarmu jelek." Mbak Tan....

    Kerasa sakit sih memang, tapi biasanya dari situ aku belajar banyak.... pernah digituin dan temen2 sempet kek belain aku. padahal aku biasa aja sik. ahahaha.. malah bete banget kalo dipuji terus.. ya dipuji sesekali seneng sih. tapi kalo "selalu" dipuji... aku males akhirnya dan milih buat tidur... ahahahah

    aku malah pengen komen "karyamu jelek" ke orang2, tapi keknya jadi gak sopan gt yak... takutnya malah mereka ngerasa aku sok pinter. wkwkwk..

    #serbasalah

    BalasHapus
    Balasan
    1. hooo.. bener juga Wan,

      semacam cambuk dan pengingat juga sekaligus ya, tapi ... buatku, sih mending ga usah susah-susah komen kalo gitu mah .. bahahahhahahaa

      Hapus
  7. wah karya gambar mbak memang ciamik, aku suka

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillaaah dibilang ciamik ..
      padahal kata Uwan jelek kok

      Hapus
  8. Hayuk mak,,,. Buka lg kelas doodle mau mngasah bakat terpendam, haha,,, Keren mak Tanti,,, cocok bnget am anakku terakhir suka bnget gambar kapan klo buka boleh bw kidos y special��

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah .. oke siap, kita start november yaaa

      Hapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)