TENGGELAM DALAM KELEZATAN BURITO SAMPAI JAGUNG BAKAR DI FOOD TRUCK SDC


Udara panas menyengat sepanjang bulan Maret hingga April, menandai berakhirnya musim penghujan di Indonesia. Yang tadinya kita menghabiskan siang sambil duduk cantik di rumah, sekarang jadi gatel pingin jalan-jalan. Ya kan! Iya lah, soalnya survei menunjukkan bahwa 75% (data ga jelas) manusia sebenernya senang makan dan mencoba kuliner baru.

Terus pertanyaannya : ke mana? Sebagai ibu dengan putra putri yang masih usia bermain, pasti aku akan mencari tempat makan yang nyaman, dan kalau bisa pilihan makanan banyak dengan harga kaki lima. Hmm.. segala tempat sepertinya sudah dicoba deh. Nah, sekarang aku ingin mencoba cara jajan K5 baru, yaitu makanan yang dijajakan di kendaraan atau istilah kerennya food truck!

Untung saja, alternatif jajan ini sedang berlangsung di Summarecon Digital Center, Serpong Tangerang. Dengan tema Food Truck Digitalicious. Pusat belanja elektronik ini dekat sekali dengan rumahku. Aku sendiri sudah beberapa kali ke sana. Anak-anak senang melihat taman bermainnya. Ooh.. ada taman bermain juga? Ahaha... tunggu ya, nanti aku cerita!

Karena penasaran dengan street food a la food truck, aku dan anak anak berangkat deh, ke SDC. Begitu sampai di sana,  mata anak anak terbelalak, melihat aneka truk warna warni parkir cantik di area parkir lot. Ada sekitar 15 buah foodtruck di sini. Sebagian besar antik dan unik. Unik, karena mobil yang dimodifikasi adalah sejenis chevrolet pick-up klasik, VW Combi keluaran 1969 hingga 1970-an, Datsun 1500 keluaran tahun 1970, dan lain-lain. Bahkan ada vespa berwarna jingga nangkring cantik di situ!

Nama-nama foodtruck ini antara lain Tabanco, Doea Rawit, Loco Mama, Taco Truck, Roffie, Street Ramyun, dll.



Apa sih, food truck?
Fenomena food truck atau menjajakan aneka barang di kendaraan, nampaknya menjadi solusi untuk para pedagang kaki lima. Dari wikipedia kutahu sejarah food truck sendiri sudah ada sejak jaman Ki Benen abad 19 -tepatnya tahun 1866- di belahan benua Amerika, tempat para koboi dulu. Awalnya, disebut chuck wagon, yaitu sebuah kereta yang menyediakan makanan untuk para peternak. 

Nah, kemudian setelah Perang Saudara, kereta-kereta ini dimodifikasi khusus untuk dapur sekaligus mencuci dan penyimpanan berbagai peralatan memasak. Alasan utamanya, tentu saja efisiensi lah.. karena perang, mereka tentu dituntut untuk mobilitas tinggi. 

Seorang pengusaha makanan bernama Walter Scott (1872) memotong bagian samping gerobaknya dan diparkir di depan kantor surat kabar Di Providence Rhode Island. Ia kemudian menjual sandwich, pai dan kopi di situ. Hedeew.. kreatif dan inovatif bingit ya!

Oya, di Indonesia saat ini sudah ada juga komunitas food truck loh. Namanya AFTI - Asosiasi Food Truck Indonesia. Sasaran utama AFTI tentu saja kaum urban sepertiku *plak!* - AFTI ini mengakomodasi masakan cepat saji yang praktis, dengan ragam makanan unik dan harga terjangkau. Di samping itu, gak takut diuber Satpol PP *eeh..

Beberapa Konsep Desain Unik Food Truck
Haa.. satu hal yang kusuka dari kunjungan ke even Food Truck Digitalicious ini adalah: konsep desain dan makanan yang disajikan. Simpel, menarik dan ga bakalan ditemukan di resto atau tempat jajan lain, adalah keunggulan yang mereka miliki. 

Sebelum kita kulineran, wajib menukarkan uang dengan kupon bernominal mulai IDR 1.000 hingga IDR 10.000.
Contohnya saja, 
ada food truck yang menjajakan makanan Mexico yang dikombinasi dengan masakan Korea, Jepang atau Indonesia. Menu yang disajikan pun dibuat simpel esensinya, sesuai dengan tagline streetfood. Makanan yang dijual harus bisa dipegang dengan satu tangan. *Errr.. kalo sate gimana, dong?*




Selain ada food truck, ada juga cinema truck yang menyajikan sinema berkonsep 4D. Wuih.. tanpa pikir panjang, Derry, Dio dan Dirsya menarik-narik tanganku. Mereka membayangkan sensasi menonton film dengan hembusan angin dan guncangan seperti di sebuah kolam renang. 

Dari bincang santai dengan beberapa pemilik food truck, kutahu modifikasi kendaraan ini bisa mencapai angka sekitar 400-500 juta perak, loh! Iya, lah... karena ada yang membuat dapur full stainless steel sekaligus food display dan beberapa pendingin makanan di dalamnya. Aku kagum dengan cara berpikir para pengusaha ini!

Gimana dengan omzetnya? Jangan kuatir, saat bazar atau even seperti ini, sehari bisalah dapat sekitar 50 hingga 100 porsi. Apalagi, ada gerai yang pembelinya antri mengular seperti gerai kebab, burito hingga burger hitam!  Warna hitam roti burger ini, konon didapat dari campuran arang food grade. Aman dan sehat.

Iseng, aku membuat catatan. Saat makan siang di hari Sabtu dan Minggu, dalam satu jam rata-rata satu food truck menjual sekitar 25 porsi.

Gak suka dengan menu luar negeri? Jangan kuatir. Selain ada beberapa gerai food truck yang menyajikan makanan tradisional berupa mie Doea Rawit yang cukup ss..ehaah, juga ada beberapa gerobak beneran, menjual sate ayam, jagung bakar sampai ke pisang goreng. Minumannya mulai dari capuccino, juice hingga es doger.





Sesi jalan-jalan gak akan lengkap tanpa.. shopping! Sebagai sebuah pusat jual beli elektronik di Tangerang, SDC memiliki kemudahan dan beberapa pilihan. Lantai dasar SDC dipenuhi oleh merek gadget terkemuka. 

Aku sempat bertanya pada satu gerai service laptop di lantai satu, dan dengan ramah mereka menawarkan untuk memeriksa dahulu kondisi laptopku. 


Lantai dasar berisi vendor-vendor dengan nama yang sudah mendunia, jadi kita bisa leluasa melihat gadget keluaran mutakhir mereka.

Lantai satu menjual aneka merek HP dan perlengkapan atau aksesoris gadget. Hebatnya, ada sebuah gerai servis Apple. Untuk saat ini, di Tangerang baru ada satu-satunya. Oya, Management Office ada di lantai 1 ini, yaa..

Lantai tiga, selain masih ada gerai HP juga ada sebuah area futsal dan Ideation. Apa pula itu, Ideation? Oh, tempat mencari ide ternyata.. ha ha ..

Puas window shopping, ternyata anak-anak masih ingin bermain. Eits, jangan berpikir bahwa ada zona main digital, loh... SDC sudah memikirkan satu area terbuka untuk piknik keluarga. Jarang ada, bukan, mal atau pusat belanja dengan konsep seperti ini? Penasaran? 

SCIENTIA SQUARE PARK 
Naa.. ini dia yang tadi mau aku ceritain. Aku dan anak-anak menuju ke pintu selatan. Tepat di depan pintu, kami disuguhi pemandangan sebuah wahana taman terbuka bernama Scientia Square Park. Sebelum memasuki area, di sebelah kiri ada panggung yang menyuguhkan live music. Nah, kita bisa membeli tanda masuk berupa gelang kertas di sini.

Masuk area Scientia Square Park, kita bisa memilih lewat pintu putar langsung ke taman, atau lewat area bermain. Cukup dengan membayar tiket seharga IDR 15K di hari biasa, atau IDR 30K saat Sabtu Minggu, dan mungkin di hari libur. 


Tadinya, aku tidak menyangka akan menemukan sarana olahraga dewasa. Sampai kulihat dengan seksama, ada beberapa anak muda sedang merayap di sebuah dinding bercorak simetris warna warni. Wall climbing! Dengan semangat, Dio menunjuk area dinding yang pendek, mungkin hanya sekitar dua, tiga meter tingginya. Aku mengangguk, membolehkan mereka mencoba, karena setelah dekat, pijakan kakiku terasa empuk sekali. 

Rupanya, lantai pun mendapat perhatian khusus. Sebuah material terbuat dari bahan karet sintetis yang tebal seperti vinyl atau silikon melapisi semen. Aku tak takut anak-anak akan cedera, kalau begitu!

Di area ini, juga ada Velocity Skatepark yaitu untuk pehobi skateboard, The Bars yaitu yang palang besi pesenam. Di area ini, lagi-lagi, lantai dialasi oleh butiran karet sebagai matras, sehingga tidak takut terluka dan tampak beberapa petugas mengawasi keamanan pengunjung.

Kami meneruskan berjalan hingga The Universe Amphitheatre, sebuah  panggung terbuka dengan tempat duduk bertingkat. Khayalanku membubung, serasa ada di jaman Romawi, ketika saat itu belum tersedia bioskop tertutup. Aah.... pingin deh, nonton satu opera di sini. Pasti keren! 

Otakku merasa ada yang tak biasa. Apa, yaaa... ooh, baru kusadari, di tengah siang yang terik, aku tak merasa kepanasan! Ah, ternyata Scientia Square Park ini SDC dilengkapi dengan water mist, alat yang menyemburkan air seperti efek kabut.. Ck.ck.. aku berdecak kagum, karena seketika udara tak lagi lengas, berganti menjadi sejuk. Embun pun menggantung di dedaunan... cantik sekali... 

Tak sia-sia kami menghabiskan hari di sana. Scientia Square Park memang dirancang agar sesuai dengan namanya, yaitu menghadirkan aneka pengetahuan penting. Tak saja dengan pengetahuan ketinggian seperti wall climbing, tapi juga kecepatan (ada area mobil remote RC dan gocart) dan sekarang, ilmu pengetahuan alam. 


Sambil menunggu anak-anak berlari dengan riang di Twister Playland, yaitu taman yang mengajarkan anak tentang konsep berputar, aku menyusuri pematang sawah. Tampak dua orang petani sedang memeriksa lahan. Aku seperti berada di sebuah kampung, rasanya. Damai sekali... aah, aku pasti akan sering ke sini, batinku. Duduk manis di alam terbuka dengan semilir angin... 

"Maaa..!" seruan Derry, putra bungsuku mengembalikan aku ke alam nyata. 

"Ada apa, Derry? Kamu capek? Jatuh?" tanyaku kuatir.

"Nggak. Aku haus, Ma," ia terengah-engah. 

Hmmm.. aku tersenyum. Kugandeng tangannya menuju ke sudut taman di dekat Shaun the sheep. Di sana, tersedia sebuah dispenser galon air mineral. Dengan riang, anak-anak berebut minum. Sesudah tak haus lagi, mereka kembali berlari. Kali ini, yang dituju adalah Taman Kupu-kupu.

Taman ini berada di dalam sebuah rumah berpintu kaca yang tebal, hingga sinar matahari tak terlalu panas. Anak-anak melihat dengan seksama kepompong ulat yang sudah hampir terbuka. Jika ulat-ulat gemuk itu telah kenyang makan daun jeruk, mereka bergelung membentuk kepompong. 

Pekik riang mereka terdengar, jika berhasil melihat seekor kupu-kupu melintas. Tak terbayangkan olehku, bahwa kupu-kupu adalah binatang yang sekarang sudah hampir langka! Oh my... 



Keluar dari taman kupu-kupu, kami kembali harus berhenti sejenak. Ratusan ikan Koi di dalam sebuah kolam pembibitan, memaksa anak-anakku berjongkok di tepi kolam. Aku mengawasi dari sebuah saung bambu. Sekali lagi, waktu terasa berhenti berputar, dan aku hanyut dalam lamunan, bahwa saat ini sedang tidak di tengah pencakar langit! 

Seandainya tidak dilarang oleh seorang petugas, kurasa anak- anak betah mencemplungkan tangan atau kaki mungil mereka! 

Aah.... usai sudah jalan jalan santai kami di sore yang cerah itu. Sebelum meninggalkan taman, sekali lagi anak-anak dimanjakan dengan sebuah papan untuk meluncur. Ya, mereka memang masih tidak rela untuk pulang! 





21 komentar

  1. komplit ya mak,bisa makan2...dan main2,jadi santai gitu kalau bawa anak2^^

    BalasHapus
  2. di Scientia memanjakan anak-anak banget ya mak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Manjain emak bapak anak-anak heheh.... salut ama pembangunnya

      Hapus
  3. Sayang jauh banget di sana, andaikan saja di senayan, pasti aku datang #Ngarep

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaaks.... dari aku juga jauh maaas ... sesekali datang dooong ke Tangerang, pasti cinta!

      Hapus
  4. Balasan
    1. Yoiiii.... kalo kamu tinggal di Bekasi, jauhlaaah

      Hapus
  5. Pengen juga Tenggelam di Buritos 😁

    BalasHapus
  6. Pengen juga Tenggelam di Buritos 😁

    BalasHapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  8. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  9. Wah .. seru jalan-jalannya ..
    buat weekend-an ntar cocok nih ..hhi

    BalasHapus
  10. luarbiasa, saya jarang mampir ke sumarecon, hanya lewat saja.... biasanya kalau lewat juga dari tangsel ke tangerang kota... hehehe

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)