JAM KARET KURANG BULU

Sebuah status dari sahabat bloggerku, mengundang sensasi banyak orang untuk menaruh komentar di sana. 

Bunyinya begini :
Sedang belajar bagaimana menghargai si pengundang event dengan berusaha untuk tidak datang terlambat. Dan berharap pengundang juga menghargai peserta acara yang hadir terlebih dulu.
Iya sih saya cinta dengan Indonesia,tapi kebiasaan telat hadir yang katanya sudah menjadi budaya itu perlu dikikis pelan-pelan. Dan mengubah kebiasaan itu perlu perjuangan, niat dan tekad. (Sally Fauzi)

Beberapa menanggapi dengan geram, beberapa santai kayak di pantai. Sebagian menganggap acuh tak acuh, tergantung kebutuhan. 

Rekan-rekan yang berkecimpung di agency ada yang mengiyakan (Miss KPM) & ada yang bilang "kalo acara bareng media, ga bisa, mbak," (Ikmar) trus mbak Ika miss entrepreneurs bilang, ide bagus buat bikin awards untuk yang on time.

Yakaleee, besok-besok, selain Best live tweet ada yang ngasih The Best On time.. ahahahaaa.... (becandaa mbaaak... idenya nyusahin) 

Yah, pokoke kalo kamu ga rajin telat, attitude pasti juga oke *wink wink* *self reminder*

Pertama, aku membuka kamus wikipedia, yang bunyinya kurang lebih begini:
Jam karet adalah istilah yang merujuk kepada konsep elastisitas waktu. Waktu ini dapat diundur sehingga analoginya dapat meregang seperti karet. 
Dengan berat hati, aku mengiyakan stigma budaya negatif tersebut. Jika ditanya, budaya orang Indonesia = budaya jam karet. No doubt. Bahkan, aku termasuk manusia yang suka memprediksi waktu dengan sangat ketat, seperti legging kekecilan. 

Dampak Jam Karet Kurang Bulu
1. Tidak menghargai orang lain
Terkesan lucu ya, tapi sebenernya buat orang-orang yang sangat menghargai waktu, seperti sahabat saya tadi, sangat menjengkelkan. Ia adalah seorang ibu rumah tangga yang memiliki dua anak kecil. 
Tentu saja, ia berharap tiba di tempat tepat waktu, menjalani serangkaian acara dalam event, lalu bergegas pulang untuk menemui buah hatinya. Mungkin saja, ia sudah berjanji kepada yang menjaga kedua buah hatinya untuk pergi selama empat jam (prediksi waktu pulang-pergi @ 1 jam). 
2. Menghalangi produktivitas
Di era globalisasi, kebiasaan jam karet akan menghalangi produktivitas. Secara psikologis, orang yang terlambat datang ke satu tempat atau acara akan merasa kebingungan. Gamang. Entah kenapa, berada di satu tempat yang sudah penuh dengan orang, berdampak moody.
Menurut penelitian yang dilakukan di UGM, ada dua tipe manusia.
  • tipe A adalah orang yang sangat menghargai waktu, sehingga terkesan selalu terburu-buru. 
  • tipe B adalah orang-orang yang santai, seperti di pantai
3. Terbiasa menyalahkan situasi atau keadaan
Macet, adalah satu kata yang sering kita dengar. Bahkan, saya sendiri sering kewalahan dengan hal yang satu itu. Kadang, saya prediksi waktu 2-3 jam sebelumnya agar tidak terlambat datang ke tempat acara. Syukurlah, sekarang saya mengandalkan jasa ojek untuk lebih cepat mengantar sampai ke tempat acara.
4. Orang juga jadi tidak menghargai kita
Terbiasa memakai alasan macet, menyebabkan satu saat orang berbalik menyerang kita dengan alasan yang sama. 
"Ah, tidak apa-apa," mungkin begitu pikir kita saat itu. Tapi, apa yang terjadi jika saat itu kita yang dituntut untuk terburu-buru? Misalnya orangtua sedang sakit dan minta tolong kita untuk membeli obat, usai kita pulang dari acara. Atau, dosen pembimbing yang waktunya -entah kenapa selalu mepet- itu meminta kita datang tepat jam 15.00 karena harus mengajar di kampus lain.

Itu sebagian dari dampak negatif jam karet. Sebenernya sih, masih banyak lagi yang lain. Tapi, dari situ juga bisa ditarik turunan korupsi waktu ini, yah.. 

BISAKAH STIGMA INI DIHINDARI, ATAU BAHKAN DIHILANGKAN?

Jawabnya : Bisa. Untuk kamu, apa sih yang enggak.

Caranya ada beberapa macam. Salah satunya yang telah dilansir oleh media adalah sebagai berikut;

  • Menghitung waktu PP 

Di kota besar, macet sudah tidak bisa dijadikan alasan. Macet itu rutinitas. Keluar gang lima langkah juga sudah berjejal kendaraan.

Satu-satunya cara adalah menanamkan di benak, bahwa jika di undangan tertera pukul 10.00, maka otak kita menghitung mundur satu jam. Jika jarak tempuh Tangerang - Blok M di waktu normal - hari kerja adalah 1 jam 45 menit, tambahkan 30 menit untuk hal tak terduga.

Bisa sakit perut mendadak, bocor ban karena tebaran paku, atau bis mogok karena oli rem habis (eew, serem amat, ga bisa pake contoh lain apa ya)

Jadi, jam berapa kita sebaiknya berangkat dari rumah?

10.00 - (1 jam 45 menit + 30 menit tak terduga) = 10.00 - 2 jam 15 menit ---> jadi kita berangkat dari rumah pukul 07.45 menit. 


  • Buang kebiasaan "saya biasanya bisa mengerjakan selama .. menit"

Ini biasanya berlaku untuk emak seperti saya. Kalau sedang malas, saya menghitung kecepatan saya bangun tidur - sholat subuh - bikin kopi dan sarapan - menyetrika baju - mempersiapkan anak-anak sekolah ---> hingga anak-anak berangkat sekolah.

Apa yang terjadi? Saya terlambat bangun tidur!
Biar pun cuma terlambat sepuluh menit, dijamin itu awal perang dunia ke tiga belas, karena seluruh persiapan itu mundur dari waktu yang ditentukan! Dan, tahukah Anda apa arti sepuluh menit untuk anak-anak? Ha!

Oke, inhale- exhale. Solusi paling gampang adalaaah... prepare semaksimal mungkin di malam hari.

Jadi, separah-parahnya anak-anak tidak akan memakai baju seragam yang salah. Breakfast disiasati dengan selalu menyimpan sereal sachet, atau sup jagung instan dan telur. 
  • Membuat jadwal keledai

Iya, saya menamakannya jadwal keledai. Sejenis to do list, yang sederhana. Semua saya catat, bahkan pake baju apa di hari A - B - C - D. Karena saya mengenakan kerudung, saya juga siapkan kerudung itu di tempat yang mudah terlihat, sehingga seandainya sewaktu-waktu terburu-buru, saya bisa mengambil yang senada.

Meminimalisir panik.
  • Nikmati hasilnya, dan berikan bintang di bahu sendiri
Jika satu kali saja saya berhasil mengerjakan ini, saya biasanya memberi pujian untuk diri sendiri. Merayakannya dengan hal-hal yang saya sukai. Misalnya, menikmati secangkir kopi extra enak selama setengah jam.. 

Duduk mencangkung di pagi buta, menghadap ke danau dan menikmati embun yang menggantung di ujung dedaunan... ah, sukar dilukiskan dengan kata-kata. Itu sebabnya saya membuat ilustrasi di pagi hari. Itu salah satu 'perayaan' sederhana saya... 

Oh my... 
saya sudah ngomel panjang lebar kali ini. So, saya tanya aja deh sama kalian. Sudahkah Anda tepat waktu?

25 komentar

  1. Ish kece banget makneng, status asal-asalan aja bisa jadi blogpost.

    Macet sekarang udah jadi bagian dari gaya hidup,gak bisa dijadiin alasan. Lain kalau aku,telat datang bikin aku jadi panik,trus jadi gak moody buat livetweet biasanya. Kan berabe deh gagal dapat hape atau voucher hahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaaa miss On time satu lagi dataaang, iya bener, bener kok, telat bikin mood melayang

      Hapus
  2. bangun pagi2...menyapa matahari yang bersiap tugas.... ngantor lebih awal.... disanalah kopi kunikmati .... hepi wokeng....salam sukses :)))))))))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul betul betuuuuuulllll...

      tugas.lebih awal ya mas

      Hapus
  3. jaman kuliah, saya sering menderita gara2 budaya jam karet ini... kumpul studio, ngaret... rapat himpunan, ngaret... latihan nari, ngaret... semakin ngaret, semakin malam beresnya, padahal rumah saya jauh (jadi curhat) :D
    sekarang setelah jadi ibu rumah tangga, bisa lebih tenang & bahagia karena lebih jarang berurusan dengan yang suka ngaret :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ngaret ini memang satu perilaku yang dibudayakan,

      Aneh memang kenapa kok haregene masih ada

      Hapus
    2. Ngaret ini memang satu perilaku yang dibudayakan,

      Aneh memang kenapa kok haregene masih ada

      Hapus
  4. Gw lebih suka menunggu dari pada di tunggu

    BalasHapus
  5. akk dakuw masih termasuk yang jam karet huhu, sudah memperkirakan waktu perjalanan tapi ada aja halangannya, ojek ngga datang2 dll, jadinya panik sendiri karena telat hiks, janji deh mau memperbaiki diri..thanks for reminder mba

    BalasHapus
  6. aku jarang ga on time sih tapi kalau macet omaaa gimana dong? *dijitak*

    BalasHapus
  7. aduhhh kena deh pas baca ini, kadang saya masih pake jam karet :p

    BalasHapus
  8. Yak mariiii belajar on time... alhamdulillah emang ada ojek, jd bs lbh cepat ya kan...

    BalasHapus
  9. aduh kena deh, saya juga kadang masih jam karet mba hehhee...bilang janjian jam 8 saya jam 8 baru berangkat... *dooooohhhh*

    BalasHapus
  10. Saya karetan orangnya, Mbak. jangan-jangan karena kareta jodohnya juga ngaret
    #Haisyah, malah surcol :D

    BalasHapus
  11. kalo bulunya di tambah banyak mantab itu :D heheh :)

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)