TAK USAH DILAKUKAN SAAT UMROH! (MHdTS - 4)


Dengan berat hati, kutuliskan pengalaman selanjutnya yang indah namun mengandung satu pelajaran!
First of all, kupinjam kalimat dari salah satu proverb Indonesia masa lalu, yaitu;
“Berjalan peliharalah kaki. Berkata, peliharalah lidah” 
Maknanya adalah setiap orang mesti berhati-hati dalam melangkah dan berkata-kata. Oya? Apa hubungannya denganku?

Bus melambat ketika kami memasuki Mecca. Kulirik jam, pukul 22.30 waktu setempat. 

Aku mulai menarik napas lega ketika di depan terlihat plang hotel tempat kami akan menginap. Nun jauh di sana, di sisi belakang bus, menara-menara Masjidil Haram sudah menjulang. 


Mekkah atau Makkah al-Mukarramah (bahasa Arab: مكة المكرمة‎) kota tujuan utama ummat muslim ini terasa istimewa, karena di sinilah pada tahun 571 M Rasulullah Muhammad SAW dilahirkan. Dengan jarak 600 km dari kota pertama tempat aku tiba, Madinah yang adem dan tenang, Mekkah terasa begitu berbeda. Walau dikelilingi gunung batu, namun suasananya terasa mewah dan moderen. 
Semua terasa istimewa karena tujuan kami, Masjidil Haram dengan Ka'bah di dalamnya sudah di depan mata. Ka'bah yang dijadikan patokan arah kiblat untuk ibadah salat ummat Islam di seluruh dunia! Can you imagine that?

Aku yang hobi mandi ini, sudah membayangkan gegas masuk ke kamar mandi, bebersih dan bersiap untuk melakukan ibadah umroh pertama. Tapi... loh... loooh.. kok busnya masih jalan terus? 

Bus kemudian berbelok ke kanan, dan pelan-pelan kami memasuki area seperti pasar super padat. Rasanya kayak masuk ke Tanah Abang, di kanan kiri para penjaja suvenir, baju, bahkan emas sampai makanan berjejer. Itu sudah masuk pukul 22.00 tapi manusia masih memadati pasar ini. Dan, itu bus kok ya santai aja ya, membelah lautan manusia begini!


Kami tak sempat istirahat, tentu saja. Lagipula, bisa berada di sini saja sudah luar biasa. Toh, istilahnya hanya numpang mandi dan tidur sejenak. Kenyataannya, kami semua menghabiskan sebagian besar waktu di mesjid dan di jalan.


Sampai di penginapan -ya, tepatnya losmen mungkin ya- yang ada hanya sesegera mungkin memasukkan tas dan koper ke kamar, makan malam prasmanan dan bersiap berbaris untuk thawaf!



Terharu, Takjub dan Meleleh Melihat Ka'bah  
Dengan gegap gempita, 
seluruh jamaah Grand Darussalam keluar, berbaris merapat dan mulai bertalbiah. Kami berangkat menuju Ka'bah!
Labbaik allahumma labbaiiik..l
Labbaikalaa syarikala kalabbaiiik....
Begitu terus sepanjang jalan. Muthawwif kami, pak Arif Sujimin seolah tak kenal lelah, memimpin di depan. Kami terus berjalan melewati pagar-pagar seng bercat biru, dan melewati pelataran luas yang banyak burung daranya.

Ia menerangkan sambil jalan,

"Bapak dan Ibu jamaah sekalian, lihat ya patokan kita ada di kanan ini. Kita hanya tinggal berjalan lurus saja. Nanti akan saya tunjukkan pintu yang termudah untuk diingat. Nanti keluar dan masuk kita akan lewat situ saja, karena Masjidil Haram luas sekali dan berpintu banyak.

Pokoknya, perhatikan pagar-pagar seng ini, ambil jalan lurus dan patokan rumah makan bercat merah tadi, sampai deh ke hotel. Insya Allah tidak bakalan nyasar,".


Patokan rumah makan sebelum gang menuju penginapan
Jalan menuju Masjidil Haram yang tak pernah benar-benar sepi,
ditutup seketika jika azan Magrib berkumandang dan dijaga askar


Aku hanya mengangguk-angguk saja. Aku kan lagi minum obat flu, jadi agak sedikit mengantuk. Dan karena baru saja memasuki fase detoksifikasi karena ketosis, kakiku ngilu sekali.

Badanku rasanya agak melayang, berdoa dan shalawat terus. Yaa Allah, paringono sehat yaa.. aku datang kan, sebagai Tamu-Mu yang bisa hadir semata karena Engkau yang mengijinkanku hadir, alhamdulillah..

Tak lama, pelataran Masjidil Haram yang megah terlihat! Aku dan rekan-rekan jamaah mulai berpandang-pandangan. Beberapa menyedot ingus yang tadinya tak ada, yang lain menyeka sudut mata yang membasah tiba-tiba.


Lantai marmer Masjidil Haram yang putih, bersih dan dingin menyambut kakiku yang tadi ngilu dan lelah. Subhanallah, marmer Thassos yang konon termahal dan khusus didatangkan dari Yunani ini, memang memiliki efek mendinginkan, bahkan di cuaca ekstrim sekali pun!

Masya Allah, inilah masjid pertama di bumi! 
Inilah representasi dari "rumah di Surga" yang disebut Baitul Makmur, berisi Baitullah (Rumah Allah SWT). Terngiang kalimat guru agamaku, bahwa Ibrahim AS dan Ismail AS bersusah payah membangunnya, seperti yang ummat muslim di seluruh dunia percaya, dan tertera pada ayat,
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail . . .” (Qs 2:127). Wallahu alam bisawwab.  
Monmaap,
terpaksa selfie demi mengilustrasikan cerita

Lihat crane di belakang itu? 
Itu adalah tanda bahwa pembangunan perluasan yang dimulai sejak Agustus 2011 ini masih berlangsung, diperkirakan akan selesai tahun 2020. Kelak, dengan luas bangunan 400.000 m2, jamaah akan tertampung 2 juta orang.

Dan.. inilah dia, Ka'bah!
Ibuku dengan gemetar menggenggam tanganku erat-erat, bertasbih dengan suara nyaring. Aku terdiam, takjub.


Siapakah yang tak tergetar hatinya, Duhai Allah? Kami semua bersujud setiap hari minimal 5 kali, membayangkan bangunan kubus hitam indah ini, tak lain hanya untuk MU! 
Dari Jabir RA dikisahkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,“Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) ialah 1.000 kali lebih utama daripada shalat di masjid selainnya, kecuali Masjid al-Haram. Karena shalat di sana lebih utama 100 ribu kali daripada shalat di masjid lain.” (HR Ibnu Majah)
Bangunan ini, menjadi pusat sujud dari ummat muslim seluruh dunia, menjadikan perbincangan yang tak pernah habis, menjadi destinasi utama dalam cita-cita.

Bangunan ini juga, yang menjadi sumber adu argumentasi dengan kaum Nasrani, karena mereka percaya, Ka'bah tidak didirikan oleh Ibrahim dan Ismail. Kitab Taurat (2000 SM) dan Alquran seolah bertolak belakang menceritakan sejarah Ka'bah. 

Umat Nasrani percaya, Ibrahim tak pernah keluar dari Hebron, right? Namun, adakah yang bisa menjelaskan mengapa Maqam Ibrahim (tapak kaki Ibrahim) ada di sisi Ka'bah?

Bagi ummat muslim sendiri, acuan kita tentu saja kembali kepada ayat berikut 
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amalan kami). Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 127)
Sekali lagi, wallahualam bissawab. Untukmu, agamamu dan untukku, agamaku.

Asal usul kota ini diberi nama Mekkah
Mecca - picture from deviantart

Dalam kamus al-Shahhah, kata makkaka dan tamakkaka berarti mengeluarkan sumsum dari tulang, yakni membersihkannya.

Mengacu pada kalimat itu, Makkah berarti membersihkan dosa dan kesalahan orang-orang yang mengunjunginya, dengan tulus sebagaimana sumsum yang dibersihkan dari tulang. 

BTW, ternyata ada nama-nama lain yang disebutkan dalam Al Quran ya, untuk Mekkah. 

Nama-nama yang indah itu antara lain;
1. Ummul Qura -berarti Ibu kota negeri atau disebut juga sebagai Perkampungan Tua- (QS Asy Syura : 7)

2. Al Balad al Amiin - Negeri yang aman karena dijamin Allah SWT bahwa Dajjal tak akan pernah bisa menginjakkan kakinya di sini (QS At Tiin : 3)

3. Mekkah - Makkah yang artinya ramai berkerumun (QS Al Fath : 24 dan 96)

4. Bakkah - diartikan sebagai sesak atau ramai (Ali Imron : 96)

Namun Bakkah juga bisa berarti menghancurkan tulang belulang.

Nama Bakkah ini ditenun di kiswah (kain penutup Ka'Bah yang berwarna hitam itu) karena saat direnovasi di abad ke 8 M, ditemukan prasasti berbahasa Syria kuno - merujuk pada Perjanjian Lama juga - berisi tulisan:

“Aku Allah, (Tuhan) Makkah Kubuat pada hari Aku menciptakan langit dan bumi dan membentuk matahari dan bulan. Aku dikelilingi dengan tujuh malaikat saleh. Ini akan berdiri diantara dua gunung yang berdiri, berkat bagi manusia dengan susu dan air. ”

5. Al Baldah  (QS An Naml : 91)

6. Ma'ad - tempat kembali (QS Al Qashas : 85)

7. Masjidil Haram - QS At Taubah : 28

Sumber :
http://lite.islamstory.com
http://quran.ksu.edu.sa/tafseer


Be careful of what you thinking, and.... saying! Jadinya, bau kan!

Alhamdulillah... dua jam lebih setelah itu, usai sudah kami jalankan semua kewajiban thawaf dan sa'i. 

------------------------------------------------------------------------------------
*Soal thawaf dan sa'i akan kuceritakan di episode lain, ya.. soalnya di niat umrohku kedua, aku dan Ibuku mengalami satu kejadian unik! 
------------------------------------------------------------------------------------

Hari sudah menunjukkan pukul 03.30 dinihari. Keringat membanjir, namun karena gamis putih yang kukenakan tipis, dan udara semakin sejuk, tak lama kemudian aku sudah merasa sehat kembali. Apalagi, berulang kali kami semua minum sepuasnya air zamzam yang sejuk dingin dan manis.  

Cara meminumnya, tahu kan? Dengan posisi duduk, ucapkan Bismillah, ambil gelas dengan tangan kanan, minum tiga teguk, letakkan gelas, ucapkan Alhamdulillah. 

Masih haus? 

Ulangi yang tadi: dengan posisi duduk, ucapkan Bismillah, ambil gelas dengan tangan kanan, minum tiga teguk, letakkan gelas, ucapkan Alhamdulillah. Demikian seterusnya.

Aku dan jama'ah wanita bergantian ke kamar mandi. Nah, saat di area dekat kamar mandi itulah, karena aku dan Ibuku berdiri persis di atas jalan air, tercium bau tak sedap. Ya, namanya juga kamar mandi sejuta ummat. 

Aku menggandeng tangan Ibuku dan berujar, "Ibu, kita jangan berdiri di sini, bau got. Di sana saja, yuk.. pindah,"  

Ibu mengikutiku, dan kami pindah posisi bergeser sedikit ke pintu luar, sambil menanti adikku Tommy dan bapak-bapak lainnya yang berganti pakaian.

Tak lama, mereka keluar dan kami beriringan menuju mesjid untuk menunaikan shalat sunnah tahajjud dan sekalian menanti waktu subuh. Hatiku rasanya tak enak, kayaknya ada yang tidak "presisi", gitu. Entahlah.. aku beristighfar terus.

Tiba-tiba.... plok!
Aku merasakan panas di jilbab yang kukenakan! Alamaaak! Seekor burung raksasa terbang rendah dan buang hajat di baju dan jilbabku! Dan, tak ada satu orang pun melihat ada burung terbang, bahkan actually, di sekitar mesjid TIDAK PERNAH ADA BURUNG YANG TERBANG!

Astaghfirullaaaah!

Seketika tercium bau tak sedap, menguar begitu saja, asem dan amis sekali, kayak dilempar telur busuk! 

Aku teringat tadi ngomong apa! Seketika istighfar tak henti. Kuberitahu Ibu, dan Ibu langsung mengeluarkan tisu yang dibawa. 


"Makanya, saat umroh itu tidak usah berpikir macam-macam, tidak usah ngomong aneh-aneh. Cukup dijalani dan dinikmati, dan selalu bersyukur!" demikian kata Ibu.

Nasiiib.. karena takut kena dam (baca di sini), aku kan tak bawa tisu basah dan karena berpikir usai sholat bisa langsung ke penginapan, aku yang biasanya sedia baju satu setel pun tidak bawa apa-apa!

"Yaa Allah, maafkan aku, karena menghina Rumah-Mu dengan menyebut bau! "Aku berdoa terus memohon ampunan-NYA.

Aku tidak tahu harus apa lagi. Mau pulang ke penginapan, kan jauh banget, udah gak ada yang nemenin, gak bawa baju ganti pula. Teman-teman jamaah lain entah di mana, karena kami terpisah cukup lama. 

Aku diam lamaa... sekali, menyesali apa yang sudah kulakukan. 

Alhamdulillah, tiba-tiba Ibu membuka tas, dan .. taraaa.. beliau membawa sehelai scarf floral tipis.  Jadilah, jilbab itu bisa kubuka, dan tisu yang ada untuk mencuci gamis. Aku juga kaget ketika melihat, di tas kecil itu ternyata juga membawa sehelai scarf milik Ibu yang lain. Jadilah, aku seperti para jamaah Pakistan yang berpakaian warna warni itu .. hi hi hi hi..

Aku sholat sunnah taubat, meminta maaf berulangkali. Aku juga melaksanakan sholat tahajud dan beberapa sholat sunnah lainnya, karena ngantuuuk sekali! Entah mengapa, aku yang biasanya kuat begadang kok ya di sini dikasih ngantuk terus. Barulah saat tiba kembali di tanah air, aku tahu jawabannya. 

Betapa banyaaak... pelajaran yang kudapat selama beberapa hari di Tanah Haram ini. 

Pagi itu juga, aku bisa terbebas dari jilbab super tipis floral, dan malah menggunakan hijab syar'i yang indah. 

Untuk thawaf dan sa'i, dan beberapa kejadian menarik lain, mungkin akan dijadikan note saja. 😍


6 komentar

  1. Awesome story telling ma neng

    BalasHapus
  2. Sistaaaa aku seneeenggg banget baca pengalaman umroh dirimuuu
    Indaaahhh luar biasa :D
    --bukanbocahbiasa(dot)com--

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillaaaah.. makasiiiih Nurul yang BUKAN BOCAH BIASAAAAA

      Hapus
  3. Latihan jaga lisan dan pikiran mulai dari sekarang supaya ketika disana sudah terbiasa dan aman sentausa.
    Susah ya mengendalikan lisan & pikiran.

    BalasHapus
  4. Ku tunggu cerita berikutnya mak neng... terharu aku

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)