PERLUKAH KAMU TERSINGGUNG DAN HESTEK #SEKEDARMENGINGATKAN

 Socrates pernah bilang, 
"Gnothi seauton, know thyself, alias kenali dirimu"

Pernah tersinggung? Ya pernah. Sering malah. Malah kalo ada yang ga sesuai konsep dan nggak satu visi misi, bisa bisa senggol bacok!

Padahal, saat kita tersinggung lalu marah, sejuta kerugian akan datang menghampiri. Bisa bisa malah kehilangan proyek!

Coba Neng, ceritain.

Hmmh... buka aib ini sebenernya. Aku mengalami hal yang sekarang kalo dipikir-pikir memalukan ini, ga sekali. Berkali-kali!  Hehe.. iya, segitu panasnya darah mudaku dulu. Sependek itulah sumbu emosiku. 

Oke oke, dikit aja ya..
Aku pernah jalin kerjasama dengan sebuah brand terkemuka. Brand ini sepenuhnya mendukung passion-ku di bidang doodle, ilustrasi. Apa lacur? Hanya gara-gara satu kasus salah komunikasi mengenai penuangan ide, kalo gak salah, dan itu pun juga bukan aku yang komplain, aku jadi merasa terintimidasi. 

Aku tersinggung. Merasa visi misiku berbeda. 

Akibatnya, aku menghindar untuk berbicara baik baik dan memutuskan secara sepihak perjanjian yang indah ini! Kerugian, jelas sepenuhnya di aku. Hingga detik ini, aku mengenangnya sebagai satu momen pelajaran terindah. 

Padahal, katanya jika seseorang telah memiliki konsep diri, orang tersebut akan tahu kekurangan dan kelebihan dirinya sendiri. Aku bisa saja mendatangi brand tersebut, bicara baik-baik, bukannya malah emosi. Tu kan, penting gak mengenal konsep diri ini?

Berat yaaa bahasan si Neng kali ini.

Wait, sebelum lebih jauh, kita telusur dulu satu satu.
Kalimat yang tertulis di atas pintu masuk kuil Yunani kuno Apollo Delphi ini berasal dari situs Oracle suci.

Gnothi Seauton” diterjemahkan menjadi ‘Kenali Dirimu’. 

Kenapa? Karena banyak dari pemikir terbesar dan filsuf sebelum dan sesudah waktu itu mengajarkan pelajaran ini : Tidak ada pengetahuan yang lebih besar daripada mengenali diri sendiri. Diri sendiri ini ada self-concept, self-esteem, self-enhancement, self-construal, self-confident, dan lain sebagainya.

Sungguh, sifat manusia adalah terbiasa (dididik untuk lebih mengutamakan pengetahuan terhadap objek-objek di luar diri kita sendiri) artinya -‘worldly things’. 

Contohnya, Neng?
Dari kecil, seorang Ibu mengajarkan anak untuk memukul lantai jika si anak terjatuh. Salahkan saja lantainya. Pecahkan saja gelasnya, biar ramai.

Atau jika melihat dua anak kecil berantem, refleks si ortu akan mengambil anaknya dan menuding-nuding si anak yang lain sebagai biang keladi kerusuhan. 

Yang lebih  ekstrem, melarang anak untuk bermain dengan si A, hanya karena ia anak pemulung yang tinggal di ujung gang dekat tempat sampah. Padahal mereka satu sekolah.

Biar pun bukan sepenuhnya menjadi dasar pembelokan pola pikir, tapi itu jadi dasar buat si anak untuk sepenuhnya selalu melihat dan berpikir bahwa ia benar dan orang lain salah. Bahwa ia sepenuhnya di atas orang lain. Tidak ada empati. Si anak akan tumbuh menjadi anak yang rentan sombong. Sedikiiit saja berhasil, ia akan jadi Tuhan kecil untuk orang lainnya.

Anthony De Mello, seorang psikoterapis besar abad 20, berkata,”We think we know, that is our tragedy so we never discover”. 

Socrates sudah mengajarkan kebijaksanaan akan bahaya terhadap kegagalan untuk mengenal diri kita sendiri.

Jauh sebelum Socrates, Lau Tse seorang Taois mengajarkan dalam kitabnya Tao Te Ching: “One who knows does not speak; one who speaks does not know.”

Kita seringnya memprediksi hanya berdasarkan apa yang kita pikir tahu. Kita seringnya men-judge pengetahuan based on pengetahuan yang kita miliki saja. Maksimal googling doang.


Padahal pengetahuan yang kita miliki merupakan sebuah alat yang sangat luar biasa yang dapat kita pakai dalam menavigasi dunia eksternal kita. Saat berjalan, seharusnya timbulkan kesadaran bahwa masih banyak hal yang belum kita ketahui tentang diri kita sendiri.

The tragedy of knowledge is thinking that we know….


Yes, kalau sudah punya konsep diri, seseorang akan tahu apa yang mau dia lakukan, dan ini mah di dunia mana saja berlaku.

Di samping itu, pentingnya kreativitas diperlukan, tentu agar bisa bertahan menembus dunia yang kompetitif ini.

Kreativitas yang kayak apa ya? 
Kata kreativitas yang terkesan absurd ini, sebaiknya diperjelas. Jangan cuman bisa ngomong, "Yang kreatif dikit dong, gitu mulu dah.. bosen!" 

Lhaaaa... situ aja yang bikin konsepnya kalo gitu, Esmeralda.

Tidak Rudolfo, aku tak bisaaa! Aku juga tidak punya konsep baru!

Oh Esmeralda.. bisanya kritik doang..

Oh Rudolfo.

Oh Esmeralda.

Gituuu .. aja terus sampe Avatar dateng terus ngeplak mulutmu.

Saat ini kita saling beradu kreativitas, jadi seseorang harus bisa menonjolkan kreativitasnya. Tapi ya tentu saja dengan mengenal kelebihan dan kelemahan diri dulu.

Biar pun karya bertaburan, dan di dunia ini tidak ada yang benar-benar baru seratus persen, namun seseorang tetap harus bisa menciptakan sesuatu yang khas dari dirinya. 

Ya .. di dunia ini memang tidak ada yang seratus persen orisinal, tapi kita harus bisa mencari ciri khas kita sendiri sesuai dengan kekuatan yang dimiliki.

Aku percaya ketika kita mengenal diri kita dengan baik kita bisa menjadi manusia yang lebih baik. Kita tahu siapa diri kita, kita baik dan buruk dalam hal apa, kita tahu sifat-sifat kita, kita tahu potensi diri kita dan memaksimalkan potensi tersebut, dan lainnya. 

Kemudian, setelah kita mengenal diri kita dengan baik pada akhirnya kita bisa beraktualisasi diri. Kita bisa berbuat sesuatu untuk hal yang baik dalam hidup ini.

Sebagai manusia aku pun sebenarnya masih harus belajar lebih banyak untuk dapat mengenal diri sendiri. Aku masih mencari tujuan hidup, aku mau kemana?

Bagaimana caraku beraktualisasi diri? 

Untuk menjawab pertanyaan yang tidak henti-hentinya hilang dari benak tersebut maka langkah pertama yang kulakukan adalah bertanya ke diri sendiri sebenarnya, siapa aku ini?

Who am I?

Gambar milik @renyhar - Sükut-u Lisan Selameti İnsan
The urban people yang hidupnya di dumay, adalah sebagian besar kelompok manusia saat ini yang tidak begitu mengenal jati dirinya yang sebenarnya.

Lah, kok gitu? Soalnya tanpa sadar, jemari kita mengklik kanan copas untuk gaya bicara! Tanpa sadar, kita akan meraih gadget untuk copas gaya agar mirip dengan selebgram, youtubers, beauty vloggers, dan apalah apalah... akhirnya konsep diri kita lepas, dan kita eh aku, jadi Tanti yang gak ori lagi. KW.

Padahal Rasul sendiri mengingatkan bahwa mengenal diri sendiri adalah langkah pertama dalam mengenal Allah SWT sebagai Tuhan seluruh alam (baca kisah teladan Nabi Muhammad SAW dan keutamaan cinta kepada Rasulullah bagi umat muslim). Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits berikut ini

مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ وَمَنْ عَرَفَ رَبَّهُ فَسَدَ جَسَدَهُ

“Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya, dan barangsiapa yang mengenal Tuhannya maka binasalah (fana) dirinya."

Jati Diri Manusia

Dari sudut pandang seorang muslim, disebutkan bahwa Allah SWT telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya bentuk dan lebih baik dibandingkan dengan makhluk lainnya. Ini ada di dalam ayat berikut ini;

لَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ فِىٓ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (QS At Tin : 4)

Allah SWT meniupkan ruh saat seorang manusia masih berada dalam kandungan ibunya;

فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ

Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. (QS Al Hijr : 29)

Cara Mengenal Diri Sendiri
Dari beberapa hadits, ayat-ayat di atas plus mengamati fenomena yang saat ini berlaku, maka penting banget kan, ketika kita hidup di dunia ini 
memperhatikan dirinya, merenungi tujuan hidupnya dan mengetahui untuk apa ia diciptakan?
1. Manusia diciptakan dengan suatu tujuan dan hakikat tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah dan mengabdi kepada Allah SWT; 

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku (saja)” (QS. Adz-Dzaariyaat: 56).

2. Intinya bersyukur! 
Dengan mensyukuri nikmat Allah SWT seorang manusia dapat mengenali dirinya dengan baik dan mengenal Allah SWT. Seseorang yang mensyukuri nikmat Allah tentunya akan senantiasa menyadari bahwa dirinya tidak memiliki apa-apa dan segala yang ia miliki adalah milik Allah SWT. 

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS Ibrahim : 7)


Demikian teman teman sahabat dumay, sementara sampe sini dulu ah .. lelah daku... *lantas dibully netijen*

46 komentar

  1. Saya mulai membiasakan diri untuk semakin gak baperan apalagi di media sosial. Capek banget deh kalau dikit-dikit tersinggung. Paling seringkali saya bilang ke diri sendiri, "Udah tua, saatnya sedikit bodo amat." hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yoi Mbaaa
      Makanya buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat tuh laris manis tanjung kimpul yak, heheheheh

      https://bukanbocahbiasa(dot)com

      Hapus
    2. haiyaaaa yok mare kita sesekali bersikap BODO AMAT

      Hapus
  2. Aku dulu sering ngamuk kalau apa yang kulihat atau yg terjadi gak sesuai yg kuinginkan. Tapi semakin nambah usia, mulai belajar biar gak baper. Asli cape kalau apa2 dimasukkan hati

    BalasHapus
    Balasan
    1. uuuugh capeeee banget, kayak cuman kita doang di muka bumi ini yang paling bener sedunia

      Hapus
  3. Balasan
    1. buatku dirimu tuh bukan "bodo amat" tapi lebih ke lagomers

      Hapus
  4. di usia skr ini aku cari yg adem ayem aja. lagi ga mau pusying dg hal2 kecil lainnya krna masalah sehari2 aja udah berat wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. HIHIHII... iya ngapain diambil pusing ya yang bukan urusan kita? Ini ada nih di sekitar, manusia manusia yang hobinya ngambilin jatah orang lain buat dia pusingkan!

      Hapus
  5. MAsyaAllah jadi mengingatkan sekali ini ke aku mba. Terkadang seringkali lupa bersyukur padahal ini memang penting untuk mengingat semua ikmat yang Allah berikan kepada kita ya mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillaaaah, jangan jadi "tuhan kecil" aja deh pokoknya ya Lid, kadang kita suka lupa diri .. nah itu, yang jadi akhirnya membulet jadi masalah

      Hapus
  6. Masya Allah, Tante Tantiii... Sukaaa sama tulisannya. Saya juga sedang belajar untuk tidak langsung reaktif terhadap sesuatu yang sedang terjadi, entah pada diri saya sendiri, lebih-lebih pada orang lain. Tapi ini beneran sulit sih. Padahal waktu SD dulu, ada tema tentang "Pengendalian Diri" di PPKn.

    Jadi, sekarang lebih sering ke "lihat diri sendiri dulu sebelum mengomentari orang lain".

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillaaaah... aku senaaaang sekali kalo ada yang baca dan ngomong bahwa ini ada manfaatnya, bahagianya tak terperi!

      Terimaaksih banyak juga kunjungannya makmin yang lembut da baik hatiiii

      Hapus
  7. Nah ini nih perlajaran penting, mengenali diri sendiri. Masih dalam tahap belajar terus mbak. Untuk masalah hestek itu, barangkali saya mah orangnya nggak ambil pusing di medsos, semakin ke sini berusaha ngerem untuk nggak ngomong banyak. Dan betul banget, bersyukur itu inti lah dari semua, saat bisa melakukannya, kita semakin mengenal diri sendiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. di medsos emang kita terpengaruh untuk copas gaya orang, termasuk gaya ngomong, hihihihiii... itu yang bikin kita jadi terlepas dari "diri kita" yang original!

      Hapus
  8. "The tragedy of knowledge is thinking that we know…." Makneeeeng ini kok sehati bangeeeeet, 2 minggu lalu aku jg nulis tentang iniiii :loveee ternyata semesta mengirim pesan yang sama ya....

    BalasHapus
    Balasan
    1. OOOH REALLY! aku langsuuung berkunjung ke rumah mayamu

      Hapus
  9. aku sih enggak tersinggung mba, karena saling mengingatkan itu bentuk perhatian dan kasih sayang sesama manusia :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayyayayayyaaay... berarti Ai termasuk barang langka, wajib dipertahankan eh dilestarikan

      Hapus
  10. Tersinggung, pernah. Tapi seiring pendewasaan diri dan banyak muhasabah sekarang perlahan ga cepet tersinggungan hehe, yang penting mengenali diri sendiri dan memahaminya insya allah akan bisa memahami dan kenal orang lain. IMHO.

    BalasHapus
    Balasan
    1. weeeitsss bijaaaak... tapi bener sih, sebenrnya ga perlu tersinggung seandainya jalurmu udah lurus dan benar. Yang bersinggungan biasanya yang rada rada keluar jalur. Aku, misalnya.

      Hapus
  11. Setuju mbak, aku berusaha lebih woles dan ngga overthinking walau kadang ada kekecewaan yang cukup lama untuk disembuhkan tapi semakin membaik deh semoga...

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah iya, woles aja ya, kalo pun kaget tapi bersiap untuk "nothing to loose"

      Hapus
  12. Setuju, Neng.
    Kalau kita pandai bersyukur biasanya akan mampu menahan diri, tidak gampang Xiaomi eh emosi, maksudku.

    Been there too, dear :)


    BalasHapus
  13. Bener bnget andai Kita semua tujuan nya sama untuk beribadah pasti damai ya,, dah gitu bersyukur penting bngt punya teman saling mngingatkan dlm kbaikan damai dehh dunia

    BalasHapus
  14. Tersinggung, marah, dan emosi sendiri, saya sering, Mbak. Kadang kalau kalap jadi lupa dan tidak menyadari bahwa pengendalian diri itu penting. Pelajaran yang berharga ya, Mbak. Jangan sampai kita mengulang kemarahan atau memutuskan perjanjian kerja secara sepihak, karena ujungnya kita juga yang rugi.

    Mengenali diri sendiri itu juga agak susah loh sebenarnya, karena saya sendiri belum paham bener siapa diri ini sebenarnya, kenapa begini, wkwkwkwkwk.

    *Maapkeeen, jadi curhat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwkkwk.. gapapa Ery,

      tulisan ini juga murni curhat mencurhat kok, iya MEMUTUSKAN SILATURAHMI juga sih itu namanya ya

      Hapus
  15. Penting banget lho untuk gak baperan di medsos ataupun dunia nyata. Aku untungnya nggak yang gampang kebawa perasaan. Mengenali diri juga penting biar tahu kita tuh maunya gimana yang seperti apa.

    Masalah hestek itu aku sih gak ada masalah yaa, cuma kadang kalo dari tulisan dan yang baca pas moodnya ga bagus, mungkin bisa jadi permasalahan baru buat orang. hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah kan, nah kan... aku juga gitu, berusaha gak baper, tapi ya sesekali manusiawi

      Hapus
  16. Aku kadang masih baper. Tapi terus aku kembalikan ke diriku sendiri setelah tarik nafas panjang sebelumnya. "Ah aku kok GR banget. Bukan buat aku tuh!" dan hidup kembali berjalan normal. Hahahha

    BalasHapus
    Balasan
    1. bahahhhaaaa.... iya yaa.. boleh juga ini Rani, tipsnya! Thankyou!

      Hapus
  17. Memang penting banget ya, Mak untuk bisa mengenali diri sendiri. Harus sering banyak bersyukur.
    Kalau soal hestek di medsos, saya termasuk orang yang gak peduli, malah udah beberapa bulan mengurangi scroll di medsos. Capek kalau ngikutin terus.

    BalasHapus
  18. Berattt, Mak. Tapi memang bahasannya penting. Apalagi untuk anak zaman now Mak, yang distraksinya semakin banyak. Diserang pengaruh dari segala penjuru. Kalau enggak kenal diri sendiri, enggak punya konsep diri yang jelas. Ya bahaya memang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beraaattttt tapi ya mau gimana lagi, aku juga sering ingetin anak anak kok, jangan terlalu fokus ke medsos

      Hapus
  19. Alhamdulillah sudah diingatkan. Terima kasih Mbak. Semoga kita menjadi pribadi-pribadi yang bersyukur sehingga mampu mengenali diri sendiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. amiiin amiiin yra, makasih Lina, apalagi dirimu yang udah sampe ke negeri para nabi,ya... pasti kadar syukurmu udah bertambah banyak!

      Hapus
  20. Berat Kakak. Ini bacanya sambil getok-getok kepala sendiri. Berasa ditampat bolak-balik pula. Aku pernah ngalami kayak mbak. Lepas kerjasama sama hanya gara-gara emosi jiwa sesaat. Sampai sekarang nyeselnya masih ada. Aku sampai sekarang masih terus belajar mengenali diri sendiri. Masih Harus belajar mwngendalikan diri agar gak gampang tersinggung. Harus banyak-banyak belajar nih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ish ish... nanti benjol benjol abis baca .. aku yang disalahin bojomu, mbak Ugik!

      Itu penyesalan paliiingggggg pahit yang kurasakan, berasa gak cerdas (baca : tolol) semoga jadi pelajaran paling maniisssss entar ya

      Hapus
  21. Jadi inget ungkapan saat jari telunjuk kita nunjuk org lain, keempat jarinya ya nunjuk diri kita sendiri. Entahlah mak, kalau di dunia medsos aku tu termasuk jarang komeng, malesin haha. Krn merasa kdng itu gak senyata keliatannya, kita jg gk tau org di luar sana mikir apa ttg kita, yawda lah bicara seperlunya aja akhirnya hehe. Juga kalau ada sekianya status atau apa ditujukan ke kita ya anggap aja bukann buat kita wong dianya gak ngetag wkwkwkk
    ini nyambung gak yaaa komengnya :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. nyambung kok, nyambung di akhirnya, ini emans sejenis tulisan yang komennya boleh curhat nyaaahahhahhaaa

      Hapus
  22. Gak tersinggung lah..kalo tersinggung, artinya itu benar.. intropeksi diri aja.., untuk kehal yg lebih baik kenapa tidak...,.

    BalasHapus
  23. Neeeeng ... selalu yaa tulisannya bikin mikir lama. Terima kasih reminder-nya dan pelajaran berharga supaya ga mudah tersinggung apalagi sampai memutuskan kerjaan secara sepihak. Kadang aku tuh lelah menanti kejelasan dari ahensi tapi yaaaa udahlah

    BalasHapus
  24. Kejelekanku tuh bukan baper sih tapi ga enakan, apa ya rendah diri, selebihnya aku cuekin aja, ga terlalu dipikir atau dirasa berat, TL juga adem sesuai keinginan

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)