Mengapa Umrah & Bukan Haji?

Kadang kita tuh ngerasa ibadah itu soal rutinitas: salat, puasa, zakat—udah ada ritmenya. Tapi ketika masuk ke topik Haji dan Umrah, banyak orang langsung mikir: “Kapan ya aku bisa ke sana?” atau malah “Kenapa sih harus Haji dulu? Bukannya Umrah bisa?”

Nah, di salah satu episode “Putar Balik” (alias PUTBAL), Pandji Pragiwaksono dan Ustaz Felix Siauw ngobrol panjang soal ini. Bukan cuma mendalam, tapi juga relate, kritis, dan surprisingly insightful.

Awal Mula: Kenapa Ada Kewajiban Haji?

Pandji ngelempar pertanyaan simpel: “Sebenernya, kewajiban Haji itu start-nya dari mana?”

Ustaz Felix langsung narik kita ke satu sosok kunci: Nabi Ibrahim AS — bapaknya para nabi. Mayoritas ibadah kita hari ini—syahadat, salat, zakat, puasa, sampai haji—jejak historisnya banyak lewat beliau.

Beberapa highlight penjelasan:

  • Syahadat → Nabi Ibrahim adalah ikon tauhid; beliau menghancurkan patung-patung untuk meluruskan akidah kaumnya.
  • Salat → Beliau yang memerintahkan Ismail untuk mendirikan salat.
  • Zakat → Dikajarin ke Nabi Ismail juga.
  • Puasa → Keluarga Nabi Ibrahim memang gemar berpuasa.
  • Haji → Berawal ketika Allah memerintahkan Nabi Ibrahim meninggikan kembali fondasi Ka'bah yang tenggelam di era Nabi Nuh.

Lalu momen paling iconic muncul: setelah Ka’bah ditegakkan kembali, Allah berfirman,

"Serukanlah kepada manusia agar mereka datang berhaji."

Nabi Ibrahim sempat bingung: “Ya Allah, aku harus panggil siapa? Orang-orang kan jauh.”

Dan Allah menjawab dengan kalimat yang mind-blowing:
“Tugasmu hanya menyeru. Aku yang mendatangkan mereka.”

Kayak reminder halus: manusia berusaha, Allah yang menggerakkan.

Kenapa Harus Ada Perjalanan ke Ka’bah?

Pandji melontarkan pertanyaan kritis: “Kalau salat, kita paham esensinya. Tapi Haji? Apa nilai di balik repetisi ritual itu?”

Ustaz Felix kemudian menjelaskan dengan analogi yang surprisingly Gen Z friendly: puncak rasa cinta itu adalah perjalanan.

Perjalanan bukan sekadar pindah tempat. Ritual itu bikin kita bergerak. Dan dalam konteks Haji, perjalanan itu adalah manifestasi cinta dan ketaatan pada Allah.

Bahkan Pandji sempat ketawa waktu Ustaz Felix masukin analogi “berhaji ke Old Trafford”—maksudnya gini: kalau untuk hal fana aja kita bisa long trip demi rasa cinta, apalagi untuk sesuatu yang jauh lebih agung?

Allah juga menyebut Ka’bah sebagai pusat keberkahan dan hidayah. Ada orang yang baru dapat “rasa cinta” ketika sampai di sana. Ada juga yang perlu punya alasan kuat (why) sebelum berangkat, supaya tiap langkah lebih bermakna.

Ketika Haji Bukan Prioritas Pertama

Bagian ini jujur lumayan nyentil dan bikin mikir.

Ustaz Felix cerita bahwa tahun 2017 ia sudah daftar haji, tapi malah kena tipu. Uangnya hilang. Alih-alih marah, ia justru merasa itu tanda: mungkin Allah belum mengizinkan dia berangkat.

Sejak itu, setiap kali ada rezeki, pertanyaan yang muncul di kepalanya bukan “bisa dipakai haji enggak ya?” tapi:

“Seberapa besar uang ini bisa dipakai untuk dakwah?”

Buat beliau, dakwah—membawa manfaat nyata ke umat—lebih urgent. Haji pun akhirnya menjadi prioritas kedua, bukan karena meremehkan, tapi karena ia merasa tugas dakwahnya masih harus didahulukan.

Kalimat yang nancep:
“Aku mampu pergi haji. Tapi aku selalu doa: Ya Allah, kasih aku alasan kenapa aku harus prioritaskan ini dibanding hal-hal lain yang manfaatnya nyata untuk umat dan tidak bisa ditunda.”
Deep banget.

Jadi… Mengapa Banyak Orang Umrah Dulu?

Dari obrolan ini, kita bisa narik kesimpulan semi-kritis tapi tetap soft:
  • Umrah itu lebih fleksibel dari sisi biaya, waktu, dan antrean.
  • Haji punya syarat dan regulasi negara, sementara umrah bisa dilakukan kapan saja.
  • Banyak orang “pemanasan” lewat umrah dulu untuk ngebangun why sebelum haji.

Dan ada juga yang secara spiritual sedang prepare diri—karena haji bukan sekadar perjalanan fisik, tapi juga mental dan hati.

Kadang urutannya bukan “mana wajib mana sunnah,” tapi “mana yang Allah mampukan dulu.”

Jadi, Ibadah Itu Perjalanan

Dari obrolan Pandji dan Ustaz Felix, ada satu benang merah yang kerasa banget:

Ibadah itu perjalanan, bukan cuma kewajiban.
Kita datang ke Allah bukan hanya karena diperintah, tapi karena ingin kembali pada pusat hidayah.

Dan setiap orang punya jalurnya masing-masing. Ada yang mulai dari umrah. Ada yang langsung haji. Ada juga yang bertahun-tahun menunggu—bukan karena tak mampu, tapi karena nuraninya masih mencari alasan yang paling jernih.

Pada akhirnya, perjalanan itu personal banget.

Komentar

Postingan Populer