DUA ORANG PAHLAWAN DI DUSUN KREONGAN

SANG PATRIOT
Sebuah Epos Kepahlawanan
Irma Devita
Inti Dinamika Publisher
Februari 2014 | 266 Halaman | Rp.52.000
ISBN : 978-602-14969-0-9
------------------------------------------------------------------------------

Buku Sang Patriot yang ditanda tangani oleh Sang Penulis

KISAH CINTA LAKSANA BUAH JERUK
 Kisah ini dibuka dengan sebuah adegan yang menyentak. Ngilu sekaligus sakit rasanya, membayangkan sesosok manusia diseret oleh truk dengan brutal. Apalagi, sosok itu kita kenal! Dengan diantar oleh prolog, kita langsung tahu, siapa tokoh yang dimaksud. Sehingga, tak terasa tanganku gemetar menyibak lembar demi lembar halaman selanjutnya.



Di empat bab pertama, Penulis menghantarkan kisah pembuka yang berbeda-beda. Hingga rasanya aku seperti mengupas sebuah jeruk Pontianak. Ketika ibu jari menembus lapisan kulit luar, aroma kecut yang kuat tercium. Namun ketika mengupas kulit luar, dan terlihat potongan buah berwarna kuning keemasan, aduhai.. imajinasi menari membayangkan rasa buah yang manis dan segar. Dan ketika gigi terbenam dalam daging buah serta menyesapnya, lengkaplah sudah rasa manis buah ini.

Begitulah kisah cinta Hasan dan Amni (hal. 8-12), di awal perjumpaan mereka merasa seperti melihat kulit buah jeruk hijau. Terlihat masam namun menjanjikan sebuah hidup yang utuh dan indah. Untunglah mereka memutuskan bersatu walau harus merantau dan membuahkan Mohammad Sroedji.  

Sebagai seorang anak, Sroedji dikenal sebagai seorang pemuda tampan yang pintar, piawai bermain ukulele, jenaka dan teguh hati. Keteguhan hati Sroedji teruji dengan tekadnya untuk menyelesaikan pendidikan HIS bahkan hingga ke tingkat Kejuruan Bidang Pertukangan atau Ambactsleergang (hal.14)


Mayor M. Sroedji & Rukmini
Alhamdulillah, seorang pemuda tampan dan cerdas juga bersua dengan seorang gadis manis bernama Rukmini dari kalangan priyayi yang tak kalah kuat karakternya. Ia seorang gadis pintar yang ingin mengenyam pendidikan tinggi. Kita dapat menikmati kisah cinta yang manis namun penuh kejutan. Betapa tidak, Rukmini ternyata pada awalnya menolak keras perjodohan mereka. Tapi, ternyata di pelaminan, ia bersua dengan Sroedji, sang pujaan hati (hal. 24-30).


EN KUNDIG TABIB!

Penulis rupanya telah melakukan banyak riset di sana sini, terbukti di setiap bab selalu ada cerita baru. Ada yang berbentuk esai sejarah, dan ada juga yang berbentuk legenda rakyat setempat. Kadang seolah tak ada hubungannya dengan kisah lain, seperti membaca sebuah kumpulan cerpen!

Misalnya, di halaman 87-93 ada kisah dokter Soebandi yang menolong seorang komandan Batalion Banyuwangi. Yang aku kagum, ternyata sosok pahlawan dalam buku ini banyak.. masing-masing tampil dengan kisah dan cara mereka msing-masing. 


Selama ini, aku terbiasa membaca sejarah dengan mengingat nama dan tanggal kejadian disertai sepotong penjelasan. Namun dalam buku ini, kutemukan banyak sekali fakta dan romantika sejarah. Di setiap kejadian selalu ada kisah indah sekaligus pahit. Kuakui, sejak membaca Sang Patriot rasa kebangsaanku bangkit. Aku juga ingin menjadi salah satu pelaku sejarah dengan caraku sendiri... 


KEKURANGAN DAN KELEBIHAN BUKU INI?

Sebagai penulis fiksi pemula, Penulis piawai meracik data dan kumpulan informasi yang ia temui di mana saja. Aku tahu, karena hadir dalam acara peluncuran buku Sang Patriot di Gedung Juang beberapa waktu lalu.

Penulis bertutur dengan gaya bahasa yang lugas, dan bertabur syair sajak maupun lagu. Membuat pembaca mengalir dan merasakan adegan demi adegan dalam setiap bab. Di beberapa halaman, aku juga membesut sudut mata dengan tissue, membayangkan Rukmini yang tengah hamil tua berjuang demi keselamatan semua (hal. 120) Aah.. bagiku, ialah pahlawan sesungguhnya di balik nama besar Sroedji!

Sebagai novel sejarah, dengan Penulis yang berasal dari era tahun 1970an ke atas tentu saja tak mudah merangkum semua data yang ada dengan balutan fiksi. Alur maju dan mundur digunakan untuk menjembatani itu semua.

Sayangnya, di beberapa bab Penulis terasa terburu-buru dan mungkin malah tak detail menceritakannya, sehingga antiklimaks (hal.219). Boleh jadi karena dengan banyaknya fakta yang ingin ia rangkum dalam satu buku. Begitu juga, banyak sekali istilah-istilah militer dan bahasa daerah yang ada tanpa footnote terjemahan (hal. 167).

Jika ada cetak ulang, alangkah baiknya Penulis memperkaya halaman dan fokus di satu konflik dan kemudian melanjutkannya. Atau mungkin Penulis tertarik mengembangkan hingga ke dalam dua atau tiga buku, agar jalinan cerita semakin solid dan utuh.

Akhir kata, sebuah Sajak Sang Pejuang karya Irma Devita, menghantarkan kita dalam kesenyapan dan renungan panjang. Simaklah kata-katanya...


Cukup kalian kenang cintaku yang besar pada Negara
Setia pada janji suci untuk tetap merdeka
Sejukkanlah pusaraku cukup dengan doa
Doa tulus untuk kami para syuhada

Sang Penulis, Irma Devita (Dok. pribadi)


Courtesy Irma Devita - youtube

Artikel ini disertakan dalam lomba review novel Sang Patriot

3 komentar

  1. Seandainya kau Rukmini hi hi hi
    Singkat,padat dan mengena
    Semoga kita berdua berjaya
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
  2. seandainya aku Rukmini, berarti pakdhe Roekmono hihihihiiii......
    thanks pakdheee, alhamdulillaah soalnya kalo panjang-panjang yang baca bosen :p

    BalasHapus
  3. Mbak Tanti Amelia, terima kasih atas partisipasinya :)

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)