CARA INDONESIA BERSINERGI, DALAM PEMBANGUNAN INDONESIA

Apa yang baru dari pertemuan kali ini?

Bertema "Sinergi Sosial Sangat Diperlukan Untuk Bantu Atasi Masalah Anak Indonesia" dan dipersiapkan untuk menyongsong Hari Anak Nasional yang diperingati setiap tanggal 23 Juli.

Diskusi  dibuka oleh Arif Mujahidin, Head of corporate Affairs Sarihusada ini, terus berkomitmen untuk mendukung peningkatan kualitas anak Indonesia.

 Sudah sejak mula, Sari Husada  melalui penyediaan produk nutrisi awal kehidupan yang enak dan terjangkau, mendorong terciptanya sinergi sosial dalam optimalisasi tumbuh kembang anak anak Indonesia.

Secara singkat, Arif Mujahidin juga memperkenalkan aplikasi Sari Husada, serta memberikan sepatah kata tentang pentingnya kerja sama dalam melakukan kegiatan sosial.

Itu sebabnya, Sari Husada kali ini  mengundang Dr. Imam B. Prasodjo  (lahir di Purwokerto, Jawa Tengah, 15 Februari 1960) yaitu seorang sosiolog dan tokoh masyarakat dari Indonesia.

Sebagai dosen tetap fakultas ilmu sosial dan politik (FISIP) Universitas Indonesia, Imam Prasodjo adalah ketua dari Yayasan Nurani Dunia, yaitu sebuah yayasan yang berkecimpung dalam bidang sosial dan pendidikan bagi kalangan yang kurang mampu dari segi ekonomi.

Imam Prasodjo memperoleh gelar Ph.D dari Brown University, Rhode Island, Amerika Serikat. Ia kerap kali muncul sebagai narasumber di berbagai acara TV, maupun seminar yang diselenggarakan oleh universitas.

Dengan gaya bahasa yang lugas, Imam Prasojo bercerita tentang pentingnya komunitas responsif penuh kedamaian. Ia bercerita tentang pembangunan yang terintegrasi. Haah.. apa pula itu!



Selama ini, pembangunan Indonesia yang kutahu,  berkonsep di kata "pasrah" pada Pemerintah. Namun tidak demikian dengan Imam Prasojo. Ia berinisiatif untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat, setelah satu saat tersentuh dengan fakta bahwa di sekitar kita sebenarnya masih banyak desa yang "tak tersentuh peradaban".

Dari aktivitas turbanya itu, Imam Prasojo menulis banyak artikel berkaitan dengan kepedulian beliau. Hmm... Pantas saja seorang Imam Prasojo bisa menulis banyak artikel, karena beliau memang terjun langsung!

Dari slide demi slide foto yang kusaksikan, perjuangan Imam Prasojo beserta relawan sangat mengagumkan. Dari sebuah reruntuhan sekolah, menjadi sekolah yang layak dan bahkan representatif. Dari jalanan berbatu, jembatan ambruk berubah menjadi sebuah jalan yang representatif. Semua diperoleh dengan kerjasama bersama penduduk setempat dan LSM.

Imam juga mengemukakan bahwa konstitusi kita didesain hanya untuk "melindungi segenap bangsa Indonesia" jadi berbeda redaksinya ya. IMHO, untuk topik yang ini, tanya sendiri aja sama pak Imam yaa.... *wink

Sesungguhnya, republik bisa bekerja sama dengan service society seperti banyak LSM di Indonesia, bukan hanya bersuuzhon, mencurigai gerakan LSM.

Menurut Imam, Negara wajib memfasilitasi LSM dan NGO. wujud sinergi yang indah adalah Negara - Bisnis - Masyarakat.

Sesi talkshow atau diskusi dilanjutkan, dipimpin moderator dan memperkenalkan Dwi Andayani, Ketua Yayasan 1001buku dan Nia Sadjarwo, Founder gerakan Coin a chance. 

MULAI DARI YANG TERKECIL
Sejarah Coin a chance adalah kisah dua sahabat, Hanny Kusumawati dan Nia K Sadjarwo yang tadinya ingin berbuat baik pada sesama, khususnya membantu anak-anak putus sekolah. Namun, karena belum mampu menyumbang dalam jumlah besar, mereka berinisiatif dengan menabung. 

Ya, sapa sangka ya.. koin yang kita sia-siakan itu berubah menjadi sejumlah besar uang? Sejak 2008 hingga sekarang, Coin a chance telah membengkak menjadi hampir 250 juta! Huh, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit! Jangan sia-siakan koin yaaa..

Oya kalo kamu ingin tahu lebih lanjut tentang Coin a chance, kunjungi aja websitenya di www.coinachance.com atau kalo ingin berpartisipasi, sila kirim email ke info@coinachance.com


#SayangiDampingiLindungiAnak
 Gimana ceritanya ya, dengan buku mendampingi anak-anak? 

Sebuah komunitas yang memberi label 1001buku ini adalah organisasi nirlaba, yang memiliki banyak sekali relawan pendamping dan pengelola taman bacaan. 

Didirikan oleh tiga wanita Upik Djalins, Santi Soekarno dan Ida Sitompul, cita-cita mereka adalah membantu dunia literasi anak dengan cara memperbanyak taman-taman bacaan, dan menyediakan 1001 buku untuk menghantar anak-anak menuju 1001 imajinasi dan mewujudkan 1001 mimpi. Wuih... decak kagum para peserta Diskusi terdengar...

Karena program 1001buku ini sangat padat, maka kalo ingin berpartisipasi - entah dengan cara menaruh buku di dropbox - atau sekedar ingin tahu, kunjungi website mereka di http://www.1001buku.or.id/

13 komentar

  1. wuih keren udah ada aplikasinya juga. Jadi semakin mudah mencari info untuk ibu dan anak :)

    BalasHapus
  2. Cerita tentang Imam Prasodjo menarik Mbak Tanti. Semoga dengan tulisan2nya bisa akan terjadi aksi dalam membereskan semua persoalan bangsa ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apalagi kalo melihat aksi langsung di lapangan uni

      Hapus
  3. dan memang semua elemen bangsa harus ikut berkontribusi untuk pembangunan negeri tercintah iniii....semoga makin banyak yangon board yaaaa... dan program 1001buku tuh okeee bangeeet mak..

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku sih...... jadi malu

      rasanya aku ga pernah menyumbang apa apa hiks hiks

      Hapus
  4. Terima kasih ya, Bun untuk tulisannya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih kembali untuk undangannya. acaranya baguuus pisan euy

      bikin semangat untuk berbagi!

      Hapus
  5. Mantab mba, tulisan dan reviewnya bagus ^_^ moga indonesia selalu maju :)

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)