SEPORSI SOP KAKI DAN DIABETES

Topik yang satu ini dekat banget dengan hidupku. Riwayat kesehatan keluarga yang rata-rata penderita diabetes, membuat aku sangat concern dengan diabetes. Emang, penderita diabetes sebagian besar mitosnya karena faktor genetik. Padahal, tidak selamanya begitu.

Buat yang udah pernah baca buku Food Combining-nya mbak Andang Gunawan, pasti setuju denganku, bahwa yang diturunkan itu hanya pola asupannya. Jika ayah dan ibu terbiasa mengonsumsi segala yang manis-manis, maka hampir bisa dipastikan sekeluarga juga penyuka makanan manis. 



Courtesy of klikhotel.com
Sop Kaki M Syam Jl Banceuy Bandung

Begitu juga jika sekeluarga penyuka sop kaki -seperti almarhum Bapakku- nah,
gak mungkin lah kubilang aku bukan penyuka sop kaki sapi. Duh.. keruyukan deh jadinya perut, ngebayangin seporsi sop kaki, yang gurih pedas, dengan lemak mengambang dan wangi aroma jeruk yang di.. STOP! Cukup pandangi gambar di atas dan ... menghilang...

Udah kebayang kan, bisa jadi pola makan yang salah ini yang ujungnya jadi pencetus obesitas dan diabetes? Jadi jangan salahkan faktor genetik, okay?

Makanya waktu ada Dialog interaktif Hari Kesehatan Sedunia yang diselenggarakan Kemenkes dan sejalan dengan tema besar WHO, aku pantengin deh. 

Loh kok tema besarnya WHO, Neng? Iya, tau gak sih, di seluruh dunia..

kuulangi,

di seluruh dunia, diabetes dan obesitas menjadi satu agenda yang semakin mengkhawatirkan!

Sejak dunia yang luas bagaikan taman bermain Adam dan Hawa ini dipenuhi peradaban dan kemajuan teknologi, kemajuan industri pangan, kemajuan ini dan itu (bilang aja malas nulisnya) maka manusia jadi makin malas bergerak. Makin rajin mengemil dan makin banyak konsumsi makanan tidak alami.

Mau lihat bukti konkritnya? Liat aja kegiatanku hari ini.
1. Si Neng ngetik, nggambar tanpa jeda waktu. 

Ada sekitar 10 deadline yang kudu rapi minggu ini. Semua jika dirata-rata membutuhkan waktu @ 3-4 jam di depan komputer. Berapa jika ditotal? Minimal 40 jam dalam seminggu (minus Minggu) 

2. Itu belum ditambah nongkrongin gambar orang lain, stalking instagram, twitter dan youtube si A si B si C, nonton TV dan balik lagi ke ngerjain PR anak-anak (yang juga memerlukan duduk dalam jangka waktu tertentu)

3. Jika si Neng ini segitu lamanya ngerjain sesuatu, apa yang biasanya ia konsumsi jika ia sibuk? Bisa jadi di sekeliling meja ada air putih. Tapi, kadang secangkir besar kopi atau teh manis!

4. Jika 40 jam plus plus harus dihabiskan di seputar meja, dan si Neng diburu deadline, mungkinkah ia memasak sesuatu yang sehat? Tentu tidak. Sesekali, ya. Tapi, bisa jadi ia hanya menyediakan masakan cepat saji saja untuk keluarganya. Ayam goreng, nugget, dan sejenis itulah. 

Disitulah terjadi peningkatan kadar gula (istilah kedokterannya tingkat glukosa dalam darah) yang tinggi. Kenapa? Ya, karena kita memberi tubuh asupan manis yang -ceritanya- untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh. 

Tapi, tak kita sadari, sesudah kebutuhan energi ini tercukupi, alirannya kan cuma ke otak saja. Tidak dialirkan ke tempat lain. Tangan, kaki bergerak secukupnya saja, mematikan air cucian mesin misalnya. Selebihnya?  Ohohoho....

Nyok, kita simak ulasan dokter tentang mekanisme pengaturan gula darah!

Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh. Level glukosa di dalam darah dimonitor oleh pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas melepaskan glukagon, hormon yang menargetkan sel-sel di lever (hati). Kemudian sel-sel ini mengubah glikogen menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis). Glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah, hingga meningkatkan level gula darah.
Apabila level gula darah meningkat, entah karena perubahan glikogen, atau karena pencernaan makanan, hormon yang lain dilepaskan dari butir-butir sel yang terdapat di dalam pankreas. Hormon ini, yang disebut insulin, menyebabkan hati mengubah lebih banyak glukosa menjadi glikogen. Proses ini disebut glikogenosis), yang mengurangi level gula darah.
Diabetes mellitus tipe 1 disebabkan oleh tidak cukup atau tidak dihasilkannya insulin, sementara tipe 2 disebabkan oleh respon yang tidak memadai terhadap insulin yang dilepaskan ("resistensi insulin"). Kedua jenis diabetes ini mengakibatkan terlalu banyaknya glukosa yang terdapat di dalam darah.

BISAKAH KASUS DIABETES INI DICEGAH?
Jawabnya : bisa.

Diabetes ternyata dapat dicegah, terutama Diabetes Tipe-2 (yang disebabkan gaya hidup tadi).

Nah, kenapa sekarang diabetes menjadi konsumsi publik? Ya, karena diabetes masih jadi penyebab kematian terbesar nomor 3 atau sekitar 6.7% di Indoneia. Dan... nggg angkanya naik terus, tajam pula!


Menteri Kesehatan, ibu Nila Moeloek mengatakan, beberapa gaya hidup yang menjadi faktor diabetes adalah  :


  • Kegemukan/ Obesitas ; Berat badan berlebih, salah satu faktor resiko predominan Diabetes. Peningkatan berat badan, berbanding lurus dengan peningkatan diabetes
  • Kurang Aktivitas Fisik : Tidak gemar berolah raga/ aktivitas fisik, juga memperbesar kemungkinan diabetes.
  • Diet yang Kurang Sehat ; kebiasaan konsumsi makanan tinggi kalori (garam, lemak jenuh dan gula), serta rendah serat dapat menyebabkan peningkatan berat badan yang berlebih.
  • Deteksi Dini untuk Pencegahan ; kerapkali penyandang Diabetes, ditemukan dalam kondisi lanjut dan memiliki banyak komplikasi. Jika saja ditemukan lebih awal, maka komplikasi bsa dicegah sehingga penyandang diabetes tetap produktif.
Bu Nila mengingatkan, deteksi dini memiliki fungsi kontrol. Sehingga masyarakat bisa menghentikan kebiasaan berperilaku tidak sehat, seperti konsumsi makanan sehat, kaya serat dan rendah gula dan karbohidrat.

Beliau menambahkan, 

"Kesehatan, sekilas terlihat sebagai hal yang sepele. Namun, saat sakit mendera, barulah terasa kesehatan mahal harganya. Biaya rumah sakit serta dana yang harus dikeluarkan untuk mempertahankan kesehatan setelahnya tidaklah sedikit."
WHO DAN PERANNYA 
Hari Kesehatan Sedunia yang jatuh pada 7 April diperingati oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Hari Kesehatan Sedunia ini pertama kali dirumuskan pada tahun 1948 lewat Majelis Kesehatan Dunia Pertama. Majelis ini memutuskan merayakan Hari Kesehatan Dunia pada tanggal 7 April setiap tahunnya mulai 1950. 

Tiap tahun, Hari Kesehatan Sedunia mengangkat tema yang berbeda. Tahun ini, WHO merilis Laporan Penyakit Diabetes Mellitus Global. Diabetes menjadi tema besar yang diusung WHO.

Beat Diabetes!
Hal tersebut muncul dari kekhawatiran akan berlipat gandanya angka pengidap diabetes di dunia.

Perwakilan WHO South-East Asia Regional Office (WHO SEARO), Sharad Adikary, mengatakan, diabetes melitus adalah penyakit kronis dengan beban tinggi. Diabetes bahkan disebut sebagai epidemi global yang menghantam negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

"Dari 3,7 juta kematian akibat diabetes di seluruh dunia, lebih dari satu perempatnya terjadi di Asia Tenggara. Selain itu, hampir separuh dari 96 juta penyandang diabetes di seluruh dunia tak mengeathui bahwa mereka terkena diabetes,"
Beban penyakit diabetes tak hanya terjadi di sektor kesehatan, namun juga sektor sosial dan ekonomi. Oleh karena itu pada peringatan Hari Kesehatan Sedunia 2016, tema Beat Diabetes diusung untuk meningkatkan pencegahan, pengobatan dan melawan diabetes.

Kampanye Beat Diabetes memiliki tiga tujuan utama :

  • Pertama, meningkatkan kewaspadaan publik terkait bahaya dan peningkatan kasus diabetes. Terutama masyarakat yang berasal dari negara berpenghasilan rendah dan menengah, di mana beban yang ditanggung lebih besar daripada negara berpenghasilan tinggi. 
  • Kedua, peningkatan akses penanganan diabetes secara spesifik, efektif dan terjangkau. Negara-negara rekan WHO diharapkan mampu memperbanyak upaya untuk pencegahan, diagnosis dini, serta penanganan pasien-pasien diabetes. 
  • Ketiga, menyadarkan masyakat bahwa beban ekonomi, sosial dan kesehatan akibat penyakit diabetes sangat besar. Untuk itu, WHO akan meluncurkan Global Report on Diabetes pertama kalinya pada tahun ini.
Penyebaran informasi terkait faktor risiko diabetes menjadi sangat penting, terutama soal gaya hidup masyarakat yang makin tidak sehat. Kampanye ini diharapkan dapat membuat masyarakat sadar bahwa diabetes adalah penyakit berbahaya namun bisa dicegah dengan gaya hidup sehat.

So...

kembali pada nasib semangkuk besar sop kaki panas tadi.
Bukan sop kaki itu, namun perilakuku setelah mengkonsumsinya yang menjadi masalah! Salam...


13 komentar

  1. Diabetes, almarhum nenek sakit itu dan ibu mertua ku juga mba.. Jadi hrs hati2 jg aku dlm masalah makanan, hidangan utk keluarga

    BalasHapus
    Balasan
    1. pola makan penderita diabetes memang diturunkan ya :(

      Semoga jangan sampai terpapar diabetes yaaa

      Hapus
  2. hati - hati juga karena sekarang sudah banyak minuman kemasan "sayang anak" yang kadar gulanya mencapai 20%. itu hal kecil yang sering dilupakan. hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, alhamdulillah anak anak aku kasih kesadaran seperti itu

      Hapus
  3. harus diperhatikan nih menu makanan yang mau kita makan

    BalasHapus
  4. Gue kok fokusnya di sop kaki ya .. #eh

    BalasHapus
  5. Infonya sangat lengkap, saya simpan deh untuk diamalkan. Trims...

    BalasHapus
  6. Kalau saya malah kebanyakan gerak nig mba hahaha. Problemnya stress..obatnya piknik *hurahuraMuluyak

    BalasHapus
  7. diabetes memang suatu penyakit yang mematikan,.

    BalasHapus
  8. Emang harus hati2 jaga pola makan ya mbak.. apalagi kalo umur udh nginjak kepala 3 gini -__-.. trs, aku hobi makan pula... klop bgt deh.. harus diimbangi dengan bnyk olahrga.. dan jujur aja itu jrg bgt aku lakuin

    btw, itu sop kaki kambingnya sumpah ga asik bgt ;p.. bikin jd pengen ;p.. kuahnya putih, pake susu yaa.. lebih gurih daripada kuah santan tuh :D..

    BalasHapus
  9. The third sort is the Pregnancy-initiated diabetes, the purported gestational diabetes, which just happens at times clearly to pregnant ladies. It may vanish or improve after growth or pregnancy. About Diabetes

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)