PULANG
(Karena Mereka Yang Pergi Pasti Kembali)
Carolina Ratri & Rinrin Indrianie
Stiletto Indie Book - 2016
ANDRO - AYAH DAN CERITA TENTANG KEHILANGAN
Katakan padaku,
kalau ditanya definisi Ayah yang baik menurutmu, kamu akan jawab apa?
Di tengah riuhnya kabar tentang tewasnya Inao Jiro, sang manager ganteng JKT 48, aku terkapar sakit. Dan, guess what! Buku ini menjadi penghibur lara. Walopun sudut pandang berubah cepat dari kepala satu tokoh ke kepala lainnya, tapi dengan lincahnya kedua penulis ini bisa memformulasikan kata dan kisah dengan sangat manis.
Tak terasa, buku ini habis kulalap dalam waktu beberapa jam, diseling makan siang dan bobok cantik sesudah meminum obat sakit kepala.. page turner-lah pokoke...
Menurut sohibul bait, novel ini dikerjakan sejak 2 tahun yang lalu, dengan sistem estafet, tanpa outline, tanpa rencana! Keduanya nyaris tak pernah berjumpa dan hanya menulis, saling berkirim email berlampiran file format docx. Saling melanjutkan cerita.
Kedua penulis, tak jarang merasa kaget karena perkembangan cerita, karakter dan tokoh yang hadir. Tak ubahnya dengan kita yang menjalani kehidupan. Kadang, kita bertemu dengan tokoh baru, dengan cerita yang juga baru. Kadang, kita terpaksa memutuskan tali silaturahim, untuk mencegah konflik berkepanjangan.
I ENJOY THE WHOLE PLOT, but....
Sejujurnya,
aku menikmati tiap bab dengan senyum. Kadang, bisa dengan mudah menerka alur, namun karena keduanya lincah bertutur, tak terasa aku ikut hanyut dalam perbincangan. Sesekali tersenyum geli dengan percakapan Aki Engkus - si bocah tua nakal..
Sayang, di beberapa tempat terasa ada logika yang bolong. Misal, tokoh Dahlia, seorang ibu pekerja dengan kehidupan yang mapan, namun harus ketakutan dengan tingkah Arnandi, suaminya.
Memang secara eksplisit tak dikatakan namun terasa bahwa Dahlia seorang intelek, dari cara ia berumah dengan seorang pembantu setia. Dari tutur kata antara Aki, Andro dan kehalusan cara berpikir Dahlia, tentu saja.
Mungkin, penulis harus bisa menggambarkan lagi KDRT yang jauh lebih "intelek" karena penggambaran KDRT keluarga di sini, seperti penggambaran klise kaum marjinal, yang tinggal di kali sempit dan kotor ibukota.
Rasa-rasanya sih,
untuk seorang yang semapan Dahlia, dengan ayah yang begitu penyayang dan protektif, tak mungkin Arnandi akan punya nyali membawa pelacur sekelas Susi ke rumah. Atau, jika pun iya, mungkin malah 'Susi' yang high class (jadi ingat tokoh pelacur di buku Dolly yang ditulis oleh Ashadi Siregar dan Tjahyo Purnomo dulu). Bisa juga melihat penokohan pelacur di buku Kang Maman dalam novelnya, "Re" jadi wawasan lain.
Well.. it's only in my mind, thou..
Kedua, walaupun mungkin buku ini direncanakan akan ditutup dengan manis, menurutku munculnya tokoh kedua yang memikat, terlalu cepat deh.. hihihi.. Atau, apa memang si Andro ini tak kalah playboy-nya dengan sang Ayah?
Ketiga, rasanya ada unsur terlalu cepat di akhir bab, sehingga ada beberapa unsur yang dipaksakan. Persis seperti poninya Andhika Kangen band yang ga pernah cocok sama mukanya ..
Btw, aku suka dengan tokoh Andro. Biarpun ia adalah tokoh yang dirundung malang dengan keluarga berantakan, namun main character-nya tetap ditampilkan cool, fun like a hero. Ga lantas cengeng dan lebay kayak.....
I really hope that one day I will met both Aki Engkus and Andro and his new lover in a new adventure!
Satu lagi yang aku suka,
kedua penulis berkolaborasi apik sehingga pembaca tak sadar bahwa buku ini bertutur dari dua buah kepala. Pembaca juga disajikan kosa kata baru, istilah yang kekinian, dengan beberapa quote keren.
Kolaborasi penulis novel dengan editor ini, membuatku having fun. Keluar sejenak dari keseharianku. Ya, soalnya yang nulis juga seorang penyunting. Penyunting itu kan kerjaan dewa..
At the end,
I really enjoy this sweet but bitter book. Sukses selalu untuk Neng Orin dan Red Carra!
U two are brillian!
kalau ditanya definisi Ayah yang baik menurutmu, kamu akan jawab apa?
Ayah yang senang berdiskusi? Ayah yang dengan sukarela meluangkan waktunya bermain? Ayah yang mendengarkan seluruh ceritamu saat pulang dari sekolah? Apa?
Semua jawaban tentang "Ayah yang baik" itu dimiliki oleh Andro. Dengan catatan; jika mulutnya sedang tak berbau alkohol!
Andro, adalah seorang pemuda yang lahir di tengah keluarga dengan latar belakang berantakan. Ayahnya peminum alkohol, dan ia tinggal bersama Ibu dan Akinya yang tua namun masih gagah perkasa.
Andro telah salah melabuhkan hati pada seorang gadis dengan latar keimanan berbeda, sehingga ayah sang gadis terpaksa memutuskan tali kasih itu. Galau, kehilangan dan kacau, ia akhirnya memutuskan untuk pergi sejenak dari keriuhan. Bromo, adalah tujuannya.
Sayang (atau untung..) niatnya untuk ke Bromo membuat Aki Engkus malah memutuskan untuk mengawal Andro ke Bromo!
Cerita beralur cepat ini,
berakhir dengan kisah tentang pulang. Ada yang berniat pulang, namun terhambat rasa bersalah. Ada yang berniat tak ingin pulang, karena bertentangan dengan kehendak hati, dan ada juga yang ingin segera pulang karena telah menemukan tambatan hati..
Andro telah salah melabuhkan hati pada seorang gadis dengan latar keimanan berbeda, sehingga ayah sang gadis terpaksa memutuskan tali kasih itu. Galau, kehilangan dan kacau, ia akhirnya memutuskan untuk pergi sejenak dari keriuhan. Bromo, adalah tujuannya.
Sayang (atau untung..) niatnya untuk ke Bromo membuat Aki Engkus malah memutuskan untuk mengawal Andro ke Bromo!
Cerita beralur cepat ini,
berakhir dengan kisah tentang pulang. Ada yang berniat pulang, namun terhambat rasa bersalah. Ada yang berniat tak ingin pulang, karena bertentangan dengan kehendak hati, dan ada juga yang ingin segera pulang karena telah menemukan tambatan hati..
BUKU DARI SUDUT PANDANG PEMILIK BLOG
Sudut pandang buku ini sebenarnya menarik. Terbagi ke dalam 44 bab dengan sudut pandang terbanyak dari Andro dan Aki. Diselang seling dengan sudut pandang Dahlia (ibu Andro) dan intermezo dari sudut pandang tokoh lain, misalnya Oma Cing Cing, Milly, Arnandi, Bi Nah dan Mel.
Buku bergenre chiklit ini,
adalah salah satu buku dari dua penulis kesayangan aku (karena beruntung aku mengenal mereka!)
adalah salah satu buku dari dua penulis kesayangan aku (karena beruntung aku mengenal mereka!)
Di tengah riuhnya kabar tentang tewasnya Inao Jiro, sang manager ganteng JKT 48, aku terkapar sakit. Dan, guess what! Buku ini menjadi penghibur lara. Walopun sudut pandang berubah cepat dari kepala satu tokoh ke kepala lainnya, tapi dengan lincahnya kedua penulis ini bisa memformulasikan kata dan kisah dengan sangat manis.
Tak terasa, buku ini habis kulalap dalam waktu beberapa jam, diseling makan siang dan bobok cantik sesudah meminum obat sakit kepala.. page turner-lah pokoke...
Menurut sohibul bait, novel ini dikerjakan sejak 2 tahun yang lalu, dengan sistem estafet, tanpa outline, tanpa rencana! Keduanya nyaris tak pernah berjumpa dan hanya menulis, saling berkirim email berlampiran file format docx. Saling melanjutkan cerita.
Kedua penulis, tak jarang merasa kaget karena perkembangan cerita, karakter dan tokoh yang hadir. Tak ubahnya dengan kita yang menjalani kehidupan. Kadang, kita bertemu dengan tokoh baru, dengan cerita yang juga baru. Kadang, kita terpaksa memutuskan tali silaturahim, untuk mencegah konflik berkepanjangan.
I ENJOY THE WHOLE PLOT, but....
Sejujurnya,
aku menikmati tiap bab dengan senyum. Kadang, bisa dengan mudah menerka alur, namun karena keduanya lincah bertutur, tak terasa aku ikut hanyut dalam perbincangan. Sesekali tersenyum geli dengan percakapan Aki Engkus - si bocah tua nakal..
Sayang, di beberapa tempat terasa ada logika yang bolong. Misal, tokoh Dahlia, seorang ibu pekerja dengan kehidupan yang mapan, namun harus ketakutan dengan tingkah Arnandi, suaminya.
Memang secara eksplisit tak dikatakan namun terasa bahwa Dahlia seorang intelek, dari cara ia berumah dengan seorang pembantu setia. Dari tutur kata antara Aki, Andro dan kehalusan cara berpikir Dahlia, tentu saja.
Mungkin, penulis harus bisa menggambarkan lagi KDRT yang jauh lebih "intelek" karena penggambaran KDRT keluarga di sini, seperti penggambaran klise kaum marjinal, yang tinggal di kali sempit dan kotor ibukota.
Rasa-rasanya sih,
untuk seorang yang semapan Dahlia, dengan ayah yang begitu penyayang dan protektif, tak mungkin Arnandi akan punya nyali membawa pelacur sekelas Susi ke rumah. Atau, jika pun iya, mungkin malah 'Susi' yang high class (jadi ingat tokoh pelacur di buku Dolly yang ditulis oleh Ashadi Siregar dan Tjahyo Purnomo dulu). Bisa juga melihat penokohan pelacur di buku Kang Maman dalam novelnya, "Re" jadi wawasan lain.
Well.. it's only in my mind, thou..
Kedua, walaupun mungkin buku ini direncanakan akan ditutup dengan manis, menurutku munculnya tokoh kedua yang memikat, terlalu cepat deh.. hihihi.. Atau, apa memang si Andro ini tak kalah playboy-nya dengan sang Ayah?
Ketiga, rasanya ada unsur terlalu cepat di akhir bab, sehingga ada beberapa unsur yang dipaksakan. Persis seperti poninya Andhika Kangen band yang ga pernah cocok sama mukanya ..
Btw, aku suka dengan tokoh Andro. Biarpun ia adalah tokoh yang dirundung malang dengan keluarga berantakan, namun main character-nya tetap ditampilkan cool, fun like a hero. Ga lantas cengeng dan lebay kayak.....
I really hope that one day I will met both Aki Engkus and Andro and his new lover in a new adventure!
Satu lagi yang aku suka,
kedua penulis berkolaborasi apik sehingga pembaca tak sadar bahwa buku ini bertutur dari dua buah kepala. Pembaca juga disajikan kosa kata baru, istilah yang kekinian, dengan beberapa quote keren.
Kolaborasi penulis novel dengan editor ini, membuatku having fun. Keluar sejenak dari keseharianku. Ya, soalnya yang nulis juga seorang penyunting. Penyunting itu kan kerjaan dewa..
At the end,
I really enjoy this sweet but bitter book. Sukses selalu untuk Neng Orin dan Red Carra!
U two are brillian!
Aku jadi pengen baca bukunya nih. Salut dengan prosesnya, tanpa outline dan mengalir begitu saja. Keren ya.. Selamat buat keduanya :)
BalasHapusbtw, kenapa poni Andika Kangen Band dibawa-bawa sih.. ;D
Wakakakaaa... Biar semua orang tau kalo Andhika tuh terkenal biarpun poninya ga mecing..
BalasHapusIni ngapa bahas poninya Andhika Kangen Band lagi yak...
template baruuu.. hehe
BalasHapusbaca review buku ini jadi pengen baca keseluruhannya. Andro yg move on..
Nah... Ada bedanya gaaak, enakan template bawaan blogspot apa yang dulu.. #laaah malah bahas template
Hapushuwaaaaahhh....cepet bgt cici bacanyaaaa *terharu*. Terima kasih banyak kritik dan sarannya ya ci, aku padamu pokonya mah *muach muach
BalasHapusAlhamdulillaaah Pas banget, Pas pingin baca Soalnya. Keren lah si Aki Engkus mah.. Eh Penulisnya juga Kereeen
Hapusbagian kalimat
BalasHapusKadang, kita terpaksa memutuskan tali silaturahim, untuk mencegah konflik berkepanjangan
bikin aku penasaran. Lagi ada di dalam kondisi kayak gitu sekarang. Pengen tahu, menurut bukunya apa hal itu boleh dilakukan atau tidak
Saya sih Yes, Ngapain coba kita meneruskan sesuatu yang hanya lebih banyaaaaaaak mudharatnya. Kecuali hati terbuat dari Baja, silakan sih
HapusOooo buku ini hasil duet to? Selamat buat Mbk Ratri dan Mba Rinrin.
BalasHapusJadi penasaran juga pengen baca bukunya. Tokoh2nya lumayan banyak ya mbak?
Ada penggambaran KDRT juga? Wah.
Trims reviewnya Mak Tanti :D
boleh sih buku ini..... hmm....
BalasHapusWah perlu baca nih
BalasHapusaaaah aku ga sabar pingin selesain novelnya juga mbak
BalasHapuswaaah...buku baru yang perlu dibacaaa nih :)
BalasHapusThanks for sharing this review mbak 😊
BalasHapusjadi penasaran ama buku ini, dibedah nya komplit;)
BalasHapusAlur ceritanya lumayan..judulnya ko mirip sama mas anu yak...
BalasHapusMas anu sopooo
Hapus