Belajar Mandiri dan Tangguh Saat Mondok di Gontor: Cerita dari Teh Okti Blogger Cianjur
Salah satu yang pernah merasakannya adalah Teh Okti, blogger Cianjur yang kini rutin menulis cerita hidup dan pembelajaran di blog pribadinya.
Sebagai seorang ibu dan mantan santriwati, Teh Okti paham betul bahwa mondok itu bukan sekadar soal belajar agama. Tapi juga tentang membentuk karakter: kemandirian, disiplin, dan rasa tanggung jawab yang nggak main-main.
Sebagai seorang ibu dan mantan santriwati, Teh Okti paham betul bahwa mondok itu bukan sekadar soal belajar agama. Tapi juga tentang membentuk karakter: kemandirian, disiplin, dan rasa tanggung jawab yang nggak main-main.
Salah satu tempat yang punya pengaruh besar terhadap pembentukan karakter santri adalah Pondok Modern Darussalam Gontor.
Kenapa Banyak Orang Tua Memilih Mondok di Gontor?
Gontor bukan nama asing di kalangan pesantren. Berdiri sejak 1926, pondok ini dikenal sebagai salah satu pesantren modern yang tidak hanya mengajarkan ilmu agama tapi juga umum. Santrinya dibiasakan bicara dalam bahasa Arab dan Inggris, belajar kepemimpinan, dan disiplin yang tinggi. Nggak heran banyak orang tua yang berharap anaknya bisa mondok di Gontor untuk bekal masa depan, dunia dan akhirat.
Teh Okti pernah menuliskan pengalamannya saat menengok anak yang mondok, lengkap dengan cerita haru biru perpisahan dan adaptasi anak-anak yang mulai belajar hidup tanpa ketiak ibu.
Tulisannya sangat menyentuh karena ditulis dari sudut pandang ibu yang paham betul rasanya melepas anak untuk tumbuh mandiri di lingkungan pesantren. (Baca selengkapnya di blognya: Teh Okti Blogger Cianjur)
Hidup di Pesantren: Belajar Lebih dari Sekadar Kitab
Anak-anak yang mondok di Gontor belajar banyak hal. Bangun sebelum subuh, antri mandi, hafalan, piket bersih-bersih, belajar, sampai kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, berdebat, dan menulis. Semua dijalani dengan ritme yang teratur. Awalnya berat, tapi justru dari situlah karakter terbentuk.
Dalam salah satu tulisannya, Teh Okti menyebut bahwa anak-anak yang mondok biasanya lebih cepat dewasa. Mereka jadi tahu cara mengatur waktu, menyelesaikan masalah sendiri, dan belajar hidup dalam komunitas. Bahkan, tidak sedikit lulusan pondok seperti Gontor yang akhirnya sukses di berbagai bidang: dari dosen, diplomat, sampai entrepreneur.
Blogger Juga Bisa Jadi Sarana Dakwah
Sebagai blogger Cianjur, Teh Okti memanfaatkan platform blognya untuk berbagi pengalaman spiritual dan parenting islami. Ia juga sering membahas tentang pesantren, kehidupan santri, dan bagaimana orang tua bisa terus mendampingi anak meski dari kejauhan. Lewat tulisan-tulisannya, Teh Okti ingin membuktikan bahwa berdakwah bisa dilakukan dengan berbagai cara—termasuk lewat blog.
Mondok Adalah Hadiah, Bukan Hukuman
Banyak anak yang awalnya mengira mondok adalah "hukuman" karena jauh dari gadget, bioskop, atau makanan favorit. Tapi seiring waktu, mereka justru merasa bersyukur pernah mondok.
Seperti kata Teh Okti: "Mondok itu tempat kita belajar menjadi manusia seutuhnya."
Buat kamu yang sedang mempertimbangkan untuk menyekolahkan anak ke pesantren, atau kamu sendiri yang sedang galau memilih antara sekolah umum dan pondok, coba deh mampir ke tulisan-tulisan Teh Okti tentang mondok di Gontor. Siapa tahu hatimu jadi mantap mengambil langkah.
Komentar
Posting Komentar
TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)