PEREMPUAN = PELECEHAN VS PEMBERDAYAAN

TRENDING TOPIC HITS THIS MONTH : CALEG PEREMPUAN!

        Bicara tentang caleg, tentu yang terbayang adalah sosok wanita cantik, dengan dandanan resmi, wangi dan senyum yang moler, dengan rambut bersasak tinggi (dulu) - tapi kalo jaman sekarang dengan berhijab rapat.



        So, kenapa harus memilih caleg dari seorang perempuan? 
Bukankah perempuan itu ibarat tiang rumah tangga, yang seharusnya duduk manis saja di rumah, mendidik anak dengan baik dan benar, menyediakan makanan hangat dan lezat jika suami pulang kantor? Sudahlah, tak usah memikirkan politik segala, itu sudah tanggung jawab kami sebagai laki-laki!
Demikian beberapa kalimat bernada nyinyir, ketika tahun ini target kuota caleg perempuan adalah minimal 30 persen!

oke, back to the stage...
Pada pemilu 2004  hanya ada 65 caleg perempuan (11 persen) yang terpilih untuk duduk di DPR. Pada Pemilu 2009, jumlah itu meningkat menjadi 103 orang atau 18 persen. Linda mengharapkan, pada Pemilu 2014 jumlah perempuan yang berhasil lolos ke Senayan bisa lebih banyak lagi.

“Banyak caleg perempuan yang berpotensi, dan kita mendorong mereka agar terpilih.”

Beberapa alasan mengapa kita memilih caleg perempuan adalah :
Perempuan penting berpartisipasi di parlemen karena dua hal. Pertama, hal tersebut merupakan hak politik kaum perempuan. Setiap waga negara mempunyai hak politik yang sama untuk duduk di parlemen, baik laki-laki maupun perempuan. Kedua, dengan adanya perempuan di parlemen diharapkan mereka bisa memperjuangkan isu yang berkaitan dengan kepentingan perempuan dan anak, dengan lebih maksimal.

Alasan kuat untuk memilih caleg perempuan : semakin banyak perempuan jadi angota DPR, maka kepentingan perempuan akan makin bisa diperjuangkan. 

"Saya berharap dengan banyaknya perempuan kepentingan perempuan bisa lebih terwakili,” kata Triwulan.

“Banyak persoalan yang membutuhkan aspirasi perempuan, seperti masalah pendidikan, pengarusutamaan gender, kesehatan, tenaga kerja, usaha kecil dan menengah, dan sebagainya,”  papar  Linda.
Yayuk Basuki (43 tahun), petenis terbaik yang pernah dimiliki Indonesia, mengakui bahwa ia pada awalnya sama sekali tidak tertarik untuk terjun ke politik dan cenderung "alergi" untuk bersinggungan dengan dunia yang bertolak belakang dengan dunia yang telah membesarkan namanya.

"Selama ini saya hanya berada di luar lingkaran dan menjadi penonton saat dunia olahraga dijadikan proyek untuk dikorupsi. Kalau saya terus berada diluar, tentu saya tidak bisa berbuat apa-apa. Saya harus berada dalam lingkaran untuk menyelamatkan dunia olahraga agar tidak lagi di obyek korupsi," katanya.


2 komentar

  1. Parpol hendaknya memilih caleg yang profesional dan bermoral. Jangan hanya dijadikan vote getter menjelang pemilu saja ya Jeng.
    Bagus jika atlit juga mau menjafi caleg
    Salam sayang selalu dari Surabaya

    BalasHapus
  2. hihi... pakde sudah berkunjung, wong tulisannya belum komplit :p gak jadi diikutkan dalam kontes - tapi saya niat mau menuliskannya saja, menggelitik soalnya! maturnuwun pakdeee...

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)