GURI DAN AIR LAUT BIRU


Guri duduk bersandar di bawah sebuah batu besar yang menjorok ke tengah laut. Cuaca di Pantai Lobo sangat terik. Sebelum berangkat dari rumah saja, suhu menunjukkan 33 derajat Celsius! Udara yang panas membuat Guri lelah. Dari tadi ia hanya duduk-duduk saja memejamkan mata. Tapi tidak demikian dengan Tobi, adik Guri.

Tobi terlihat masih asyik bermain pasir. Ia memakai baju renang bergaris merah dan topi lebar. Tobi menciduk pasir ke ember kecil, menyusun dan membuat parit di sekelilingnya. Tobi membuat sebuah istana! Ia menghias istana pasirnya dengan kerang dan ranting kering yang ia temui.

Tobi berdiri mengagumi hasil karyanya. Ia membereskan ember dan peralatan yang tadi ia gunakan.

Ah, selesai juga dia.. gumam Guri. Ia sedang memicingkan mata melihat ombak biru yang berkejaran menuju pantai. Di kejauhan terlihat sebuah titik putih melayang mendekat. Nampaknya seekor burung camar laut. Ia memiringkan sebelah sayap tanda akan mendarat.
Namun… plak! Sebuah sayap mengenai bahu Tobi. Dan, pluk. Si camar laut mendarat dengan susah payah.

Guri menelengkan kepala. Oh, rupanya Sammy, camar laut sahabat Guri.“Hai, Guri, dan kau Tobi, apa kabar?” sapa Sammy.

Guri berjalan menghampiri Sammy. “Hai, Sammy. Tumben, terbangmu payah sekali hari ini,” katanya.

“Uuuh, Kak Sammy. Untung saja sayapmu tidak mengenai istana pasirku!” seru Tobi.

“Ya, maaf. Tadi angin bertiup cukup kencang dari arah timur dermaga Lobo.” Sammy membela diri. "Wah, istana pasirmu indah sekali, Toby. Apalagi kamu telah mengelilinginya dengan parit buatan,” lanjut Sammy memuji hasil karya Tobi.

Tobi tersenyum riang, “Terimakasih, Kak. Aku memang ingin mengairinya dengan air laut yang biru itu.” Dan, tanpa dikomando, ia sudah berlari menuju air laut dengan ember kecilnya. 

Guri dan Sammy duduk-duduk sambil mengobrol. Di kejauhan, terlihat Tobi berlari kesana kemari. Ia berulangkali mengambil lalu menjatuhkan air laut yang telah ia ciduk dengan embernya. Guri memperhatikan wajah Tobi. Dahinya berkerut.

"Sam, lihat tidak.. dari tadi Tobi mengambil seember air, tapi lalu dibuangnya kembali. Begitu terus berulang-ulang?" tanya Guri.

"Ya, betul juga. Mari kita lihat, mungkin saja ia membutuhkan bantuan kita." Sammy berdiri dan terbang mendekati Tobi. Guri mengikuti.

"Ada apa, Dik?" seru Guri. Tangan-tangan kecil Tobi menyentuh permukaan air di ember dan di air laut. Tangan satunya memegang ember.

"Lihat, Kak. Aku sudah berusaha mengambil air dengan hati-hati. Bahkan aku mengambil air di beberapa tempat berbeda. Tapi, kenapa airnya tidak berwarna biru?" Tobi menuang isi embernya. Alisnya bertaut, dan ia mengamati dengan seksama air laut di kakinya.

Guri dan Sammy berpandangan. Mereka tersenyum geli. Lalu, "Ha ha ha.. Tobi, tentu saja air laut yang ada di ember tidak berwarna. Warna laut itu kan hanya pantulan warna?" Sammy menjelaskan sambil tertawa.

Tobi mendongak keheranan. Ia menggaruk-garuk kepalanya. "Duuh.. Tobi jadi bingung nih, Kak Sammy. Maksud Kakak apa sih?"

Tepat ketika Guri akan menjawab, terdengar dentang lonceng tukang es.

Ting! Ting! Tingkeling.. ting!

"Ah, nanti Kakak terangkan sambil kita makan es lilin, oke?" Guri tersenyum.

"Horee! Terimakasih, Kak!" Seru Tobi. Ia bertepuk tangan, dan.. oo ow.. ember kecil yang ia pegang terlontar, nyaris mengenai tukang es!

"Tobii!" teriak Sammy dan Guri berbarengan.

"Ups..maaf," Tobi menutup mulutnya.

Ketiganya duduk di atas bebatuan, sambil menyesap es lilin dengan nikmat.

"Nah, Tobi. Walaupun gurita terkenal melihat polarisasi cahaya dengan baik, bukan berarti kamu salah saat mengambil air laut." Guri membuka percakapan.

"Jadi, warna air laut apa dong, Kak?" tanya Tobi.

"Warna air laut sesungguhnya bening. Sinar matahari yang jatuh di atas air, hanya akan memantulkan warna biru. Ini namanya Hukum Pemantulan Cahaya." lanjut Guri.

Sammy ikut mendengarkan. "Iya, betul. Tapi, kenapa ya.. yang dipantulkan hanya warna biru? Padahal kan ada tiga warna dasar primer?" tanyanya.

"Tiga warna dasar primer? Oh, merah, kuning dan biru. Iya kan, Kak Guri?" Tobi cepat menjawab. Guri tersenyum dan membelai kepala Tobi.

"Haa.. betul sekali. Ketika cahaya matahari memasuki atmosfir bumi, panjang gelombang cahaya yang tertangkap oleh mata kita sama dengan panjang gelombang warna biru." jawab Guri.

Tobi masih tak puas. Ia bertanya lagi, "Oh, begitu Kak? Lalu, apa hubungannya dengan hukum tadi?"

Hukum Pemantulan Cahaya

"Tentu saja berhubungan, Tob. Karena ada pemantulan cahaya, maka air laut memantulkan 'warna' cahaya langit. Itulah sebabnya air laut tampak berwarna biru." Guri memasukkan potongan terakhir es lilin.

"Huaah.. enak sekali, es lilin strawberry ini, ya?" Ia mendesah, dan berdiri sambil mengibaskan pasir dari tubuhnya. Sammy dan Tobi ikut berdiri. Tobi tampak masih berpikir. Gumamnya, "Kalau begitu, cahaya matahari itu berwarna putih, ya.."

Sammy tertawa. Ia memang mudah sekali tertawa. "Hei, ilmuwan cilik, kalau masih penasaran, malam ini bikin percobaan ya?"

"Eh? Percobaan apa, kak Sammy?"

"Arahkan lampu belajarmu yang berwarna kuning, dan cari senter yang berwarna hijau dan merah. Nah, arahkan ke satu layar, maka akan terlihat gabungan ketiga warna itu adalah putih."

"Waah, aku tidak punya lampu merah dan hijau, kak." sahut Tobi.

"Gampang, tutupi saja dengan kain. Eh, aku pulang dulu ya, hari sudah sore. Ibuku pasti mencari. Esok kita ngobrol lagi." Sammy melesat ke udara.

"Sampai jumpaa!" Seru Tobi dan Guri. Sammy melambai dengan sebelah sayapnya.

"Tobi, kita berlomba lari pulang, yuuk.." ajak Guri.

"Ayooo.." sahut Tobi sambil melesat lari.

"Hei, Tobiii... tungguu!" Guri dan Tobi pun berlari pulang. Mereka senang bisa memecahkan rahasia air laut yang berwarna biru.


CERITA INI MENANG JUARA KE 2
LOMBA BLOG CERPEN ANAK GURITA - 
WINNER CLASS

8 komentar

  1. ya ampun.. ini cerita anak tp keren ada ilmunya...

    itu... es lilinnya bikin ngiler :p

    BalasHapus
  2. hahaa.. makasih mbak Nathalia Diana Pitaloka,

    sedikit 'bermain' dengan sains - anak jadi paham gitu ceritanyaaa :p

    BalasHapus
  3. Mbak Tanti... Guri kita sehati. sama-sama suka ngobrolin warna ya... hehe...

    BalasHapus
  4. iya mbak Aan, saya juga dah baca punya mbak Aan hahaa.. ternyata seru yaa

    BalasHapus
  5. Manteep deh mbaak :) cerita yang menarik

    BalasHapus
  6. oke terimakasih untuk pemberitahuannyaaa

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)