KATA SIAPA PEREMPUAN GAK BISA MELAWAN KORUPSI? DUSTA!

KENAPA KAMU KORUPSI? KURANG?
Corruptio berasal dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok (wipedia.com). Selama ini dipercaya adalah tindakan pejabat publik baik politisi maupun pegawai negeri.  

Buatku, tidak hanya itu. Semua pihak yang terlibat dalam lini tindakan tidak wajar dan tidak legal, serta menyalahgunakan kepercayaan adalah koruptor. Aku pernah bekerja di salah satu restoran waralaba terkenal di dunia, dengan sistem manajemen terkenal. Tapi lambat laun kusadari, korupsi menjadi satu-satunya 'mata pencaharian' lain untuk teman-temanku.  


Ow, yeah.. really... dengan gaji standar UMR, teman-teman sesama manajer dan di bawah manajemenku melakukannya. Dengan bangga, sodara-sodara! Berbagai cara dan upaya ditempuh agar bisa mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya dari perusahaan. 

Kayakah mereka? Hmm... tentu Anda bisa menjawabnya sendiri. Lantas, bagaimana nasib restoran itu? Bisa ditebak, beberapa resto tutup, apalagi setelah krisis moneter tahun 1998. Penutupan resto besar-besaran dilakukan. 
Bagaimana nasib rekan-rekan kerjaku saat itu? Sebenarnya jajaran direksi tidak bodoh. Pada saat itulah seleksi alam dimulai. Yang terkenal 'terampil' tentu saja tidak dipekerjakan kembali. Tahu dari mana? Yaa.. saat itu, semua saling menjatuhkan demi dipertahankan sebagai karyawan!

BENARKAH PEREMPUAN ANTI KORUPSI? 
Tak pernah kukotak-kotakkan gender dalam masalah yang satu ini. Namun, kuakui perempuan memiliki kecenderungan untuk lebih taat aturan daripada laki-laki. 

Dari situs http://acch.kpk.go.id kutahu bahwa :
Dalam studi Perempuan dan Korupsi pada Ranah Publik yang dilakukan Dewi Sekar Kencono dan Bhakti Wisnu Wardhana menyebutkan bahwa fenomena perempuan banyak tersangkut korupsi merupakan gejala yang relatif baru di Indonesia. Tekanannya bukan pada persoalan kebetulan atau by design, melainkan lebih pada bagaimana kita memaknai perubahan sosiologis dalam konteks gender dan feminisme yang berkelindan dengan persoalan korupsi.
Iya sih, pelaku korupsi tidak mengenal gender. Bahkan ada anggapan, kalau perempuan lebih rentan korupsi, secara perilakunya yang cenderung pseudo metafor*. Apalagi emak-emak yang membutuhkan banyak dana untuk beli susu anak, dituntut agar dapur selalu ngebul, sosialisasi dengan lingkungan. Waah, jika tak bersandar pada iman, aku yakin kaum hawa ini rentan sekali korupsi!

SEJAK KAPAN KAMU SADAR ADA KATA KORUPSI, NENG?
Pertanyaan tak enak ini harus kujawab, ya? Sepertinya sejak malang melintang di dunia dengan akal sehat *maksude usia 17 tahun ke atas, dan resmi memiliki SIM dan identitas diri lain seperti KTP dan Paspor, aku sudah mengenal korupsi. 

Dulu sih rasanya waktu melakukan tidak tahu. Yang aku tahu, semua kartu identitas harus selesai as soon as possible karena aku harus menyetir kendaraan ke sekolah, titik. Untuk itu, orangtuaku harus membayar harga yang lumayan tinggi. Belum lagi saat ditilang di jalan, dan aku diberi surat tilang dan membayar di tempat. Duh.. sebenernya sejak jaman jebot, aku termasuk salah
satu klien para koruptor!

En so.. tentu saja ketika salah seorang rekan penulis menjadi salah satu yang mendokumentasikan SPAK ini di salah satu seminar di Nusa Tenggara Barat, aku girang sekali. Beberapa komentar beliau, bercerita tak langsung tentang even ini ditambah gambar-gambar yang menunjang, membuatku ingin segera berbagi. 

GERAKAN 'SAYA PEREMPUAN ANTI KORUPSI'? APA ITU?

Yap, untuk sosialisasi pencegahan korupsi kali ini, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bekerja sama dengan Australia Indonesia Partnership for Justice (AIPJ) mengadakan Training of Trainers (ToT) Gerakan “Saya Perempuan Antikorupsi”, di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 12-14 Mei 2014.



Pelatihan ini diikuti oleh 25 perempuan dari berbagai latar belakang dan profesi. Salah satu yang ditugaskan KPK untuk mendokumentasikan gerakan SPAK ini adalah Ibu Ary Nilandari

Peserta ToT mendapatkan pembekalan pengetahuan dasar mengenai tindak pidana korupsi, ragam modus dan celah-celah terjadinya korupsi. Dalam kesempatan itu, para calon fasilitator juga diperkenalkan sejumlah alat peraga sederhana seperti video, buku dan alat menyerupai arisan. Harapan nantinya, mereka mampu mengkomunikasikan isu korupsi dengan mudah kepada para perempuan lain. 

Diana Handayani Suryaatmana - Johan Budi dari KPK dan Ary Nilandari

KPK menilai posisi perempuan sangat strategis dan merupakan agen pencegahan korupsi yang luar biasa. “Saya harap para perempuan di NTB bisa menjadi fasilitator handal yang bisa membantu KPK untuk meluaskan gerakan ini,” demikian kata Kepala Biro Humas KPK Johan Budi SP dalam pembukaan ToT di Mataram.

Oya, sebelumnya, Gerakan “Saya Perempuan Antikorupsi” telah diluncurkan pada 22 April 2014 lalu di Gedung KPK, Jakarta. ToT ini merupakan tindak lanjut gerakan ini. Dari sini diharapkan, para fasilitator nantinya akan menjadi agen perubahan dalam menyebarluaskan lagi gerakan ini kepada lebih banyak perempuan lainnya.

JADI, KITA BISA BERPARTISIPASI, NIH?
Bisa banget. Hayuk, perempuan Indonesia! Kapan lagi kita perangi the most extraordinary crime ini kalau tidak sekarang? Caranya gimana, Neng?
1. Pantengin terus beritanya dalam Perempuan Vs Korupsi di situs   http://acch.kpk.go.id (ACCH ini bentar ya, aku terangin di bawah)
2. Aktif dalam memberikan laporan ke KPK dengan cara : ketik Neng kirim ke 
    6288 >_<  (terus dicekal ama yang korupsi gitu ya? Hadeeh...)
3. Usahakan berlaku jujur di lingkungan rumah, ajarkan anak untuk hidup apa adanya alias tidak konsumtif.
4. Jangan segan-segan bertanya jika ayah atau bunda mendadak punya uang banyak lalu beli barang-barang kebutuhan sekunder.
5. Sebagai perempuan dan Ibu, kita bisa kok mulai menolak praktek uang di segala lini. Tilang ya tilang aja, ga punya uang buat nyogok guru biar lulus ya biarin.. he he.. berani gak? Tapi ga usah vokal, ya.. nanti kamu diciduk -_-' tolak aja dengan cara halus. 

Aku yakin ada berbagai cerita menarik jika sudah menyangkut isu yang satu ini. Buktinya, di Mataram kemarin ada banyak perempuan mengaku menolak menandatangani kuitansi kosong,  diminta me- mark up biaya (ini aku pernah mengalami juga), hebatnya lagi menolak menerima hadiah seusai proyek.

ACCH SEBAGAI WADAH
Ini sebenernya bernaung juga di bawah KPK. Anti-Corruption Clearing House (ACCH) dirancang sebagai sumber pengetahuan dan informasi yang terdistribusi secara terbuka untuk publik (public knowledge management) dalam upaya membangun semangat, visi, dan budaya antikorupsi. 

KPK mengembangkan ACCH sebagai salah satu pilar strategi pencegahan korupsi, dan merupakan platform jejaring antikorupsi dalam menjalankan misi pemberantasan korupsi di Indonesia. Caranya gimana? Antara lain ya itu tadi, sosialisasi dengan ToT, perpustakaan, KPK Whistleblower's System atau  kws.kpk.go.id  yaitu sistem aplikasi online pengaduan masyarakat atas suatu indikasi tindak pidana korupsi dan dijamin kerahasiaannya. Juga ada kampanye dan pastinya gelar even-even untuk sosialisasi.

Tak lupa, pembekalan untuk anak-anak usia dini sudah ada buku-buku yang diterbitkan para penulis bekerjasama dengan KPK namanya Tunas Integritas. Nih penampakannya, dan kalian bisa mengunggahnya secara gratis kalo pengen baca.
Salah satu buku cerita yang bisa diunggah gratis : http://acch.kpk.go.id/documents/10157/593438/Dongeng-Peternakan-Kakek-Tulus.pdf

So, emak-emak, mbak-mbak dan kaum perempuan.. kita tunjukin yok kalo kita bisa berperang melawan kejahatan yang satu ini.. Minimal ga usah perang lawan negara, lawan aja keinginan dalam hati untuk tidak mengambil yang bukan milikmu. Katakan : Saya, Perempuan Anti Korupsi. Penting itu!
----------------------------------------------------------------------------------------
Sumber Gambar : dari FB Ibu Ary Nilandari


Pseudo Metaphor :  gambaran semu bagi upaya menghibur ketertindasan perempuan di berbagai bidang. Pseudo sendiri berarti semu, palsu, pura-pura.

6 komentar

  1. jadi perempuan harus tangguh, dong. Termasuk memerangi korupsi :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. waah, sudah berkunjung.. makasih Mommy Chi, yuk kita perangi kejahatan yang satu ini!

      Hapus
  2. Memang harus dimulai dari sendiri, lalu meluas.
    Terima kasih info dan semangatya
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul pakde, dimulai dari hal kecil dan sederhana : ga ngentit uang belanja :D

      Hapus
  3. Yes...perempuan tangguh pasti anti korupsi dong ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. momtraveler cantik jelita, as a strong woman, we can do it!

      Hapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)