MEMBUAT CEMILAN WAGASHI, NE!

Wagashi, Camilan Manis Tradisional Asal Jepang

Foto doc Toraya Confectionery Co., Ltd
 Wagashi mungkin kurang populer di Indonesia dibandingkan dengan dorayaki, okonomiyaki atau takoyaki. Kue tradisional Jepang ini pasti hadir di setiap hari raya apapun di Jepang. Istilah wagashi digunakan untuk membedajan kue tradisional lain buatan Negara lain yakni Eropa (Yogashi).
Foto doc Toraya Confectionery Co., Ltd
Wagashi memiliki satu rasa yakni manis. Jenis wagashi juga bermacam-macam, seperti yang diproduksi oleh Toraya Confectionery yakni namagashi, yokan, manju, monaka, higashi. 

Wagashi dibuat dengan menggunakan bahan-bahan alami dan menyehatkan tanpa kandungan lemak hewan sedikitpun. Wagashi biasanya terbuat dari kacang merah, buncis, beras ketan, azuki bean, agar-agar, gula, tepung beras dan tepung terigu

Yang unik dari Wagashi adalah adalah bentuknya yang sangat artistik. Bentuk kue ternyata disesuaikan dengan musim yang sedang berlangsung di Jepang yang dikombinasikan dengan sensivitas panca indera. Tiap musimnya, Wagashi ini memiliki bentuk yang khas. Mochi lebih banyak pada musim dingin, bentuk yang transparan pada musim panas (menggunakan tepung Kuzu dari umbi Pueraria Iobata). Wagashi ini menjadi karya seni yang sangat indah dilihat. Keindahan bentuk dan warna wagashi terkadang dianggap jauh lebih penting daripada rasanya.

Wagashi (和菓子?, kue Jepang) adalah istilah bahasa Jepang untuk kue dan permen tradisional Jepang. Istilah wagashi digunakan untuk membedakan kue tradisional Jepang dengan kue dan permen dari Barat (Yōgashi) yang diperkenalkan orang Eropa ke Jepang sejak zaman Meiji. Kue dari Tiongkok yang diperkenalkan duta kaisar ke Dinasti Tang, dan kue yang disebut Namban-gashi yang diperkenalkan misionaris dari Eropa juga digolongkan ke dalam Wagashi.

Kue tradisional Jepang yang digolongkan ke dalam wagashi umumnya adalah berjenis-jenis mochi, manjū, dango, dan buah kering. Wagashi umumnya dibuat sebagai kue yang dihidangkan dalam upacara minum teh, sehingga sebagian besar wagashi hanya memiliki satu rasa, yakni rasa manis. Dalam upacara minum teh, wagashi yang dihidangkan tuan rumah harus dihabiskan sebelum meminum teh yang mungkin terasa pahit atau sepat.

Selain untuk dimakan, wagashi dituntut sebagai karya seni yang indah dilihat. Keindahan bentuk dan warna wagashi sering jauh lebih penting daripada rasanya. Selain itu, wagashi harus menggambarkan keindahan alam empat musim di Jepang. Di musim panas, misalnya, bentuk dan warna wagashi harus mencerminkan kesejukan bagi orang yang melihat. Wagashi musim panas sedapat mungkin terlihat sejuk atau transparan, sehingga sering memakai tepung Kuzu yang dibuat dari umbi Pueraria lobata. Wagashi musiman hanya dapat dinikmati pada musim tertentu. Agar-agar mizu yōkan misalnya, hanya tersedia pada musim panas, atau sakuramochi yang dimakan pada musim semi.

Sebagian besar wagashi dibuat dari bahan baku seperti beras, gandum, kedelai, atau tepung yang dihasilkan dari bahan-bahan tersebut. Sebelum gula pasir dikenal di Jepang, pembuatan wagashi hingga abad ke-19 masih menggunakan gula yang tidak dimurnikan dan berwarna cokelat (brown sugar). Sebelum adanya gula, wagashi hanya berupa buah kering yang rasanya manis, misalnya buah kesemek kering. Setelah teknik pengolahan serelia berkembang, orang Jepang mulai mengenal penganan dari beras yang ditumbuk seperti mochi dan dango.

Duta kaisar Jepang yang dikirim ke Dinasti Tang membawa pulang kue dari Tiongkok. Kue-kue tersebut dikenal di Jepang sebagai Karagashi (kue Dinasti Tang). Kue-kue tersebut dibuat dari adonan tepung yang diulen dengan air, dan digoreng di dalam minyak goreng. Setelah upacara minum teh dikenal di Jepang, jenis kue wagashi semakin beragam dan teknik pembuatan kue juga semakin berkembang. Misionaris dari Portugal ikut memperkenalkan kue dari Barat seperti castella, bolu, dan permen kompeito.

Pada zaman Edo, wagashi produksi Kyoto yang disebut Kyōgashi bersaing dengan wagashi produksi Edo yang disebut Kamigashi. Persaingan di antara keduanya memajukan seni pembuatan wagashi. Dalam hal bentuk dan rasa, wagashi dari zaman Edo tidak jauh berbeda dari wagashi zaman sekarang.

KUE TRADISIONAL JEPANG WAGASHI

Wagashi adalah kue tradisional Jepang yang berevolusi menjadi bentuk seni di ibukota Kekaisaran kuno, Kyoto. Karakter diucapkan 'menunjukkan wa' hal-hal Jepang, sedangkan karakter untuk 'gashi', sebuah aliterasi dari kashi, telah datang berarti kue. Wagashi merupakan esensi dari kebudayaan Jepang, dan terus menjadi kekuatan penting dalam kehidupan Jepang.

:: Terdapat lima pesona keindahan ::

Salah satu pesona terbesar di Wagashi adalah potensi mereka untuk menarik bagi lebih dari sekedar rasa selera. Wagashi merupakan undangan untuk memanjakan kelima indra dan mengalami rasa dari Jepang. Terinspirasi oleh keindahan yang unik dari Jepang, kita akan terus menciptakan berbagai Wagashi baru.

Penampilan

Bentuk, warna dan desain dari Wagashi, terinspirasi karena mereka dengan sastra Jepang, lukisan dan tekstil, dan sering mewakili gambar menggugah dari alam, adalah pesta untuk mata.

Rasa

Hal ini tentu saja rasa primer melalui yang kita alami Wagashi. Karena Wagashi dibuat sebagian besar dari berbagai kacang-kacangan dan biji-bijian yang merupakan pokok masyarakat tradisional, makanan Jepang sehat, kita bisa menikmati rasa khas dari bahan alami mereka.

Tekstur

Kelembutan, kelembaban, atau crispness orang merasa saat mengambil sepotong Wagashi di satu sisi, ketika pemotongan itu untuk melayani teman, atau ketika menempatkannya di mulut, semua mengungkapkan kesegaran, kualitas dan keunikan bahan Wagashi's.

Bau

Wagashi harum yang halus. bahan mereka memiliki subtlest dari aroma yang meningkatkan kenikmatan dari permen tanpa berlebihan rasa dan aroma dari minuman yang mereka dilayani.

Suara

banding Wagashi untuk telinga berasal dari mendengar nama Jepang lyrical varietas yang berbeda yang diucapkan dengan suara keras dan dari nama-nama ini menimbulkan gambar. Banyak Nama berasal dari prosa atau puisi klasik, sedangkan yang lain mungkin menyarankan musim.

:: Bahan dasar pembuatan wagashi ::

1.Azuki / kacang azuki Merah dan kacang azuki Putih

kacang halus tumbuh di Jepang dengan menggunakan metode khusus. kacang Azuki datang di kedua merah dan putih varietas. Biasanya mereka dimasak menjadi pasta yang disebut 'An' dan digunakan dalam berbagai macam kue yang berbeda. azuki kacang merah dan kacang azuki putih

2.Kanten

Sebuah gelatin serat-kaya yang terbuat dari rumput laut, yang biasa digunakan dalam Wagashi, terutama di kue dibeku seperti yokan.

3.Wasambonto

Salah satu gula domestik tertua yang dibuat melalui padat karya dan unik proses pemurnian. Tekstur tepung, halus elegan rasa dan aroma yang cukup berbeda dengan gula biasa lainnya. Hal ini sering dibuat menjadi permen kering dicetak, Higashi. wasambonto


:: Jenis Wagashi ::

1.Namagashi

Indah dibuat kue musiman dibuat segar setiap hari. Bentuk-bentuk lembut namagashi mencerminkan berbagai wajah alam di Jepang empat musim. Mereka membayangkan janji musim semi sebagai tunas terbuka, tetesan embun pada daun hijau dingin di musim panas, keindahan api dan dedaunan jatuh dan intensitas kembang prem tajam musim dingin. Bahkan nama kue ini beresonansi dengan keindahan puitis yang meningkatkan kenikmatan Wagashi.

2.Yokan

Yokan adalah dibeku kental manis yang terbuat dari pasta kacang azuki, dan gula Kanten. Salah satu yang paling populer di kalangan permen Jepang, berevolusi selama periode Edo (1603 - 1867) dengan gula menjadi lebih tersedia. Hal ini dapat disimpan lebih lama dan adalah barang hadiah yang direkomendasikan.

3.Monaka

Monaka mengacu pada permen yang terbuat dari kacang azuki mengisi diapit dua wafer garing tipis terbuat dari ketan. Berbentuk wafer di bunga sakura, krisan dan sebagainya.

4.Manju

Kue roti seperti permen. Sebuah adonan yang terbuat dari Joyo (ubi) atau tepung yang dikukus, dibuat menjadi roti dan diisi dengan pasta kacang.

5.Higashi (kue kering manis)

Sebuah terigu beras ketan, gula dan campuran pati atau wasambonto ditekan dalam cetakan untuk membentuk permen kering.

sumber : 

  • wikipedia
  • japan foundation

3 komentar

  1. Wiih, jenisnya macam-macam pula yak?
    Orang Jepang itu hebat, memperhatikan detail. Bentuk dan kemasan gak mau sembarangan mereka, ya, Mbak, mesti artistik .... keren ...

    BalasHapus
  2. Lucu and unik... kayaknya sayang klo dimakan, mending bwt pajangan aja kali ya haha..

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)