MENATA HATI DI TANAH SUCI - 1


Waktu menunjukkan angka digital 03.00 di layar android, ketika roda pesawat menjejak landasan King Abdul Aziz, Jeddah. 

Tersaruk-saruk karena lelah akibat duduk selama sepuluh jam di pesawat, dan bukan karena ngantuk, aku mengantri di imigrasi. Untuk kali kedua, aku tertahan di imigrasi, karena finger print. 

Untung saja tak lama, karena sistem yang diterapkan sekarang mencakup biometri sudah harus dilakukan sejak di tanah air, mengantisipasi hal-hal seperti begini.




Bandara King Abdul Aziz tak seperti yang kubayangkan, terasa sangat sederhana dan relatif sangat kecil, dibandingkan dengan Terminal 3 Ultimate-nya Bandara Soekarno Hatta. Tak terbayang jika musim haji tiba, dimana jamaah sebanyak itu akan tertampung? Tapi syukurlah, ketika berkenalan dengan Fira, pramugari Saudi Air yang berdomisili di Jeddah, katanya bandara baru sedang dalam pembangunan.

Alhamdulillah,
sejak percakapan terakhir di grup WhatsApp keluarga beberapa minggu lalu, di tulisan Mempersiapkan Perjalanan Umroh - seluruh proses berjalan baik dan lancar. Tak ada kesulitan berarti, bahkan jilbab - mukena - kaos kakli kudapat dari sahabatku Wiwi yang kusapa Bunda Wie.

Sehari sesudahnya, aku mendapat satu koper penuh perlengkapan untuk ibadah dari sahabatku, Lia Ignatia. Mulai dari ujung kaki sampe ujung rambut, semua baru!
 
Lia tidak membolehkan aku beli apa-apa, modalku cuman "seperangkat underwear" doang - padahal ya kondisiku saat itu memang ga bisa beli!

*Kondisi apa? Kok bisa? Nanti ya kalo dah selesai kasusnya tak ceritain tapi ga boleh ghibah yaa..

Alhamdulillaah... betapa mudahnya jika Allah menghendaki aku hadir sebagai tamu-Nya. Padahal, sungguh, saat itu sedang ada sebuah kasus yang pelik kuhadapi. Jumlah uang di kantongku, tak lebih dari 100 ribu rupiah! Masya Allah jika Allah kehendaki, kemudahan terjadi!


Kenapa umroh, kenapa tidak berhaji saja?
 
Tell you the truth. Who don't want it?
Dengan semakin tingginya harga dan pembatasan kuota, rasanya pertanyaan ini pun tak sanggup kujawab.


Hukum haji adalah wajib bagi setiap muslim yang mampu sebagaimana ditegaskan dalam Surat Al-Imran ayat 97, Allah berfirman: “Dan Allah mewajibkan atas manusia haji ke baitullah bagi orang yang mampu mengerjakannya”. Yang dimaksudkan dengan mampu disini adalah setiap muslim yang mempunyai kemampuan baik dalam hal biaya, fisik maupun waktu.
Ketika sudah merasa mampu, berhaji hukumnya wajib dan dilakukan satu kali seumur hidup.
Kalau daftarnya sekarang, kita bakalan dipanggil 15 tahun yang akan datang, tapi untuk berhaji tahun 2019 langsung berangkat dengan visa Furroda itu US$ 16.500 atau kalau dirupiahkan sekitar IDR 245 juta! Uwooo... iya sih, ga ada yang ga mungkin jika Allah berkehendak. Mana tau ada konglomerat tau-tau pesan lukisan gue... fu fu fu...
Tahun berlalu, semua impian itu turut terbang bersama debu. Uang ada, namun menyisihkannya buatku berpacu dengan kebutuhan. Baru terkumpul sedikit, anak-anak masuk sekolah, masuk kuliah. Mobil rusak, dan lain lain.

Pertimbangan lain, anak-anak nanti sama siapa? Berhaji itu makan waktu sekitar 40 hari. Terus, yakalo usiaku sampe pas kuotanya, lah kalo engga? So, di saat tertentu, sedang melangut, tanganku terangkat ke atas.

"Ah, Allah.. hanya Tangan-Mu langsung saja yang dapat menjemputku ke Rumah-MU," pintaku.

Sekarang, sesudah tiba saatnya baru deh aku sadar, kalimat "Semua Indah Pada Waktunya" itu terbukti benar. Aku, si pesimis yang suka sinis karena terlalu realistis, harus mengakui bahwa semua jungkir balik ketika Allah ingin memberi. 

Iya, umroh dulu, Neng. Insya Allah dimudahkan berhaji satu ketika kelak, amiin. Doa yang sama untuk pembaca blog-ku yang muslim, amiiin YRA.

Lanjut.

Jeddah to Madinah, Kota yang Ramah

Dari Jeddah, kami langsung berangkat menuju Madinah. Sepanjang jalan yang diaspal mulus, sesekali hati mengucap, "Alhamdulillaah... yaa Allah, Labbaik Allahumma Labbaik..."

Rasanya masih seperti mimpi.
Berbeda dengan perjalanan keluar kota atau ke negara lain (aku sempat ke China dan sekitarnya, serta berkeliling sebagian negara ASEAN) perjalanan menuju Tanah Haram memang seolah mengandung banyak hal. Mungkin karena tujuan kita ke sana adalah untuk beribadah dan mendekat kepada Sang Maha Pencipta ya.

Terbayang ratusan tahun lampau.
Hijrahnya Rasul bersama sahabat beliau Abu Bakar yang hanya mengendarai Onta selama 8 hari dengan kondisi padang pasir. Memang, jalan tersebut dibuat berdasarkan jalur Hijrah Rasulullah SAW. Jarak Jeddah ke Madinah adalah 442,9 KM dan ditempuh dalam 6 jam berkendara darat dengan bus.

Ada dua jalur pulang-pergi dan tiap jalur lebarnya cukup untuk tiga buah kendaraan. Jauh lebih lebar dari jalan tol Jagorawi atau Cikampek. Di antara dua jalan dibuat jalur pemisah yang dipasangi lampu-lampu jalan.


Karena masih gelap, aku tertidur lagi. Baru terbangun ketika jam menunjukkan pukul 06.00 dan tetap cahaya belum menjejak, ketika bus menepi dan berhenti untuk mempersilakan rombongan melakukan sholat subuh. Kami diberi roti dan air mineral botol, sehingga sebelum sarapan nanti gak kelaparan.

Angin dingin berembus cukup kencang, untung saja aku memakai outer seragam dibalik kaos tebal dan celana panjang, serta kaos kaki juga tak lepas dikenakan.

Tak lama, sekitar satu setengah jam, bus memasuki Madinah. Jalan-jalan lebar, asri, bersih dan beraspal mulus. Bus memasuki area masjid Nabawi, karena mesjid ini memang terletak di tengah kota, dikelilingi area perdagangan dan banyak sekali hotel. Aku menginap di Hotel Mawaddah Al Waha yang berjarak 1,3 KM dari Masjid.


Adikku Tommy dan temannya Mona Nizar






Hotelnya mudah diingat, dan tidak akan tersesat jika menginap di sini, walaupun bukan di ring 1 -nya Masjid Nabawi. Aku sekamar bertiga dengan Ibu dan adikku, Tommy, dan istrinya menginap di Hilton Intercon karena sudah lebih dahulu berangkat. 

Persis di sebelah hotel ada pedagang suvenir, dan disebelahnya ada mini market. Menyeberang sedikit, ada gerai yang menjual kopi teh dan kebab, cukup hanya mengeluarkan kocek 15 real setara sekitar 60 ribu, sudah kenyang!






Hari pertama di Madinah, langsung kami gunakan untuk bersiap sholat sunnah Dhuha. Dibimbing Ustadz Arief Sujimin yang berlogat Jawa Timuran kental ini kami diberitahu cara memasuki pintu 9 dan 10, agar tak terlalu jauh dari hotel tempat menginap.

Di sepanjang jalan, banyak tukang sapu berseragam dan wanita yang menggendong anak bayi. Karena sudah diberitahu agar berhati-hati saat memberi sedekah, takut diserbu gerombolannya, aku memilih menghindar atau jika jalan kaki, agak bergegas. 

Lebih baik memberi berupa makanan atau air minum kepada banyak jamaah yang sholat dan membawa anak kecil saja.


Madinah, Kota yang Bercahaya


Aku menyukai dan seketika jatuh cinta pada kota ini.

Bagaimana tidak? Rasulullah SAW beristirahat terakhir di kota yang terkenal dengan nama Yatsrib ini. Ia adalah pembawa cahaya yang terang benderang bagi ummat muslim di seluruh dunia!

Masuk ke kawasan masjid pada pukul 11 pagi, payung-payung raksasa sudah terkembang, memberikan pemandangan yang menyejukkan mata. Udara sejuk, sehingga tak perlu mengenakan jaket lagi. Payung-payung di mesjid Nabawi ini pada tiangnya ada semacam sistem pendingin udara yang memancarkan air, dan banyak sekali kipas angin blower sehingga di udara panas pun jamaah tak akan kepanasan.

Sebelum masuk mesjid, aku mengagumi desain minaret (menara mesjid) Masjid Nabawi. Minaret-minaret pertama yang berjumlah empat memiliki tinggi hingga 26 kaki atau 7,9 m dan dibangun oleh Khalifah Umar bin Khatab.


Pada tahun 1307, ada sebuah Minaret yang dikenal dengan julukan Bab Al-salam yang ditambahkan oleh Muhammad bin Kalavun, dan direnovasi oleh Mehmed IV. Selain itu ada 10 Minaret lagi dengan tinggi 104 m atau 341 kaki.

Mesjid penuh dan walau sudah tahu bahwa jika saat sholat orang lalu lalang, tapi tak urung kaget juga, ketika saat aku sholat, tiba-tiba seorang wanita berbadan tinggi besar tahu-tahu "nyempil" di antara aku dan ibuku. Usai sholat, kami hanya bertukar senyum sopan. Penduduk di Madinah relatif jauh lebih ramah, kata suamiku. Dan.. modis! Aku senang memperhatikan busana yang mereka kenakan. Walaupun hanya busana hitam hitam dan banyak yang mengenakan cadar, namun tampak cantik.


Aku menyempatkan diri minum air zamzam yang diletakkan di sepanjang gang. Rasanya sejuk, segar dan sedikit manis.

Keutamaan Masjid Nabawi


Memasuki Masjid Nabawi, mesjid ketiga yang dibangun sendiri oleh Rasulullah, dan dulunya adalah bekas rumah Rasulullah sebelum beliau wafat, tak terasa desain arsitekturnya kuno. Sebaliknya, kita akan langsung berdecak kagum karena betapa moderen sekaligus klasik, tak lekang jaman. Bahkan, tahun 1909 menjadi yang pertama memiliki aliran listrik, bukannya Mekkah.


Jika di bagian perempuan biasanya kita akan mendengar banyak suara tawa dan tangis anak-anak kecil yang dibawa ibu mereka, di sini terasa nyaris tenang. Saf depan tak diperkenankan membawa anak-anak, dan kita tak boleh meninggikan suara, bahkan saat mengaji. Satu-satunya yang teriak "Hajjah! Hajjah! Sini, sini!" hanyalah para askar wanita yang berpakaian serba hitam bertutup cadar itu.


Aku dan ibuku betah berlama-lama di sini, apalagi jika masuk masih dalam keadaan sepi, kami bebas memilih tempat duduk di atas karpet berbau wangi yang tebal itu. Aku tak sabar menantikan esok hari. Kami akan berwisata kota, mendatangi beberapa mesjid dan tempat bersejarah, dan ditutup dengan.. mendatangi Raudhah di malam hari!

37 komentar

  1. Subhanallah mba, liat fotonya dan baca tulisan ini aja bikin aku berkaca2 dan pengen banget datang ke tanah suci :) Alhamdulillah sudah daftar utk haji dari tahun kemarin, sedang menunggu giliran yang 15thn lagi #glegh semoga sebelum haji besar, bisa umroh dulu seperti mba tanti :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yaa Allah, mohon dimudahkan dan disegerakan untuk sahabatku Sandra Nova berangkat memenuhi panggilanMU yaa Allah amiiin

      Hapus
  2. Mashaa Allah mba, beruntungnya kamu bisa menginjakkan kaki di tanah suci.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillaah, masih ga percaya rasanya, dalam kondisi ga punya uang sepeserpun, kalau Allah menghendaki ...

      semoga Ai bisa segera menunaikan ibadah umroh dan haji juga yaa Amiiinnnn

      Hapus
  3. Pantasan semakin banyak yang berumroh ya, Mbak. Dari sisi harga jauh lebih murah daripada berhaji. Belum lagi tentang antreannya. Ya tentunya bukan berarti gak ingin berhaji. Tetapi, gak ada salahnya juga berumroh dulu kalau memang ada rezekinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mam Chi,
      kalau kita daftar sekarang aja, dipanggilnya masih 15 tahun lagi.. hiks...

      Tapi jika memang sudah saatnya, insya Allah dimudahkan yaaa

      Hapus
  4. Mauu ikuut mbaa..ingin ksana.
    Selalu senang dengar cerita orang yg ke tanah suci. Alhamdulillah ya mba bisa ke sana. Moga beneran bisa berhaji kelak.. amiin
    Pasti selalu rindu mau balik lagi ya mba?.�� semua orang terdekat jg bilang gitu. Moga doa mba Tanti diijabah ya..amiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayuuuuk, umroh dulu gapapa deeeh... semoga dimudahkan rejekinya yaaa
      rindu itu tadinya aku ga bayangkan, ah, hanya sekedar "kangen" biasa. Ternyataaaa .. begitu sampai rumah, rasanya ingin one day kembali lagi.

      Hapus
  5. Masya Allah, Mbak.. serasa damai dan tenang ya di tanah suci. Saya jadi ingin segera berangkat umroh. Semoga Allah memberikan jalan dan rezeki terbaik untuk kami agar mudah berangkat ibadah haji maupun umroh. Aaamiin aamiin...

    BalasHapus
    Balasan
    1. AMiiin, dengan niat yang tulus,
      pasti disegerakan Allah Eri, tambahin dengan 1000 shalawat kepada Rasulullah, panggil dengan kerinduan yang membuncah amiiin

      Hapus
  6. Yaa Allah, kapan ya bisa kesana baremg keluarga. Membaca ini rasanya semakin rindu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. niatin dulu mbak, kayak aku buka celengan ga jelas bentuknya gitu
      setiap hari kutambahkan shalawat 1000 minimal dan niatkan untuk pergi, saja

      Hapus
  7. bisa umroh saja sudah sangat menyenangkan hati, apalagi bila berhaji. memang selain masalah biaya, bila ada anak kecil di rumah rasanya tak tega meninggalkannya. harus benar2 tata hati sebelum melangkah ke tanah suci. semoga saya dan suami bisa segera menyusul

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak Artha Amalia

      kalau punya anak kecil memang dilema ya.. tapi mana tau nanti ada yang bisa dititip atau diajak sekalian asal dijaga kenyamanan dan kesehatannya di sana, insya Allah

      Hapus
  8. Masya Allah... luar biasa sekali mba pengalaman menuju 'dipanggil' ke rumahNya ini. Aku pun sudah luar biasa memendam rindu pada tanah para nabi ini. Semoga saja disegerakan untuk bisa ke sana bersama keluarga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Subhanalaah alhamdulillah. masih terasa mimpi kok mbak Uniek!
      aku masih ga percaya jalanNYa sedemikian indah.... amiiin, semoga bersama keluarga aja ya pasti sangat menyenangkan ^^

      Hapus
  9. Membaca ini kok tiba-tiba mataku berkaca-kaca. Berharap juga suatu saat saya bisa menjejak tanah haram

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak Naniiiiik... aku juga jadi turut mendoakan sepenuh hati mbaaaak

      Yaa ALlah mudahkan segerakan yaa Allaaah untuk mbak Nanik beribadah di RUmahMU

      Hapus
  10. Subhanallah, baca-baca pengalaman orang di umroh/haji tuh merasa ikut hari, semoga kumpul rejeki dan Allah berkehendak saya jadi tamuNya disana, Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiiin mbak,
      kadang rejeki datang tak diduga saat kita malah merasa "siap-ga siap" loh, terjadi dalam hidupku yang dipanggil dalam kondisi sedang ga pegang uang sepeserpun!

      Hapus
  11. Bunda tuh terlalu takut utk berselfie ria di tanah suci karena ada himbayan utk tdk berselfi-ria di sana. Jadilah gak ada foto2 istimewa tuh. Md2an Allah memanggilku kembali utk Umroh kedua x bahkan siapa tau ada rezeki berlimpah umroh. Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Bunda, bener banget. Saya niatkan untuk ga selfie untuk pamer atau riya,
      tapi dengan niat untuk berbagi kisah dan cerita Bun.
      Amiiin yaa ALlah, Bunda masih bisa .. peluk Bunda

      Hapus
  12. Subhanallah, Mbaak. Mata saya mendadak penuh air. Rasanya ingin segera ke sana, Mbaaak.
    Semoga saya dan keluarga bisa segera dipanggil ke sana, ya, Mbak. Rasanya ingin bisa menata hati di tanah suci. Aamiin Ya Rabbalalamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masya Allah Nurul ...
      Aku turut mendoakan dirimu dan keluargamu agar secepatnya diijabah segala doa amiiiin

      Hapus
  13. Subhanallah mba.. ku ingin sekali kesana.. semoga kesampaian.. semangat nambuungg ini mah.. baca cerita ini semakin mupeng 😍😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah kalau bisa berbagi dan teman teman bisa terinspirasi yaaa

      Hapus
  14. Sebuah impian besar banget bisa beribadah ke tanah suci. Terharu aku bacanya mbak. Semoga suatu hari nanti aku bisa ke sana juga

    BalasHapus
  15. Melihat foto ini jadi kangen pengen kesna lagi. Bener sih kalo bandara di Jeddah itu kecil dan nggak bisa dibandingkan terminal 3 Soetta. Apalagi di Jeddah itu karpetnya berdebu. Aku begitu mendarat di KIAA dulu, sempat duduk menanti selama 3 jam namun pelayanan haji memang istimewa karena makanan tak henti mengalir.

    PEngalaman yang menggetarkan ya mbak, tetap yakin lah bahwa suatu hari bakal bisa berangkat haji. Aku pun dulu berangkat haji tidak bawa bekal duit, karena kan nantinya dapat pemberian dari uang kita

    BalasHapus
  16. Masya Allah Tabarakallah
    Memang enggak ada salahnya kalau unroh duku ya Mbak..karena hukum Haji wajib bagi yang mampu berarti termasuk mampu menunggu yang antrian keberangkatan itu.

    BalasHapus
  17. Masya Allah, ikut senang & terharu baca ceritanya mba. Makin tergerak hati untuk menginjakkan kaki juga ke tanah suci. Kalo nunggu haji besar, lama ya mba. Bisa dengan umroh dulu kalo uangnya sudah ada :)

    BalasHapus
  18. Masya Allah... Senang sekali membaca perjalan ibadah umrah, semoga tahun ini aku bisa kesana juga. Mamahku pengen balik lagi kesana katanya.

    BalasHapus
  19. Masya Allah.
    Saat membaca ini, semua pengalaman tentang tanah suci seperti diputar kembali.
    Tanah suci memang luar biasa ya, sarat nuansa ibadah.
    Apalagi saat tiba di Hajarul Aswad, Ka'bah, keharuan segera menyeruak, berasa berhadapan dengan Ilaahi Robbi...

    Ahhh... saat menuliskan ini, mataku pun mulai panas dan berair...

    Semoga amal ibadah kita berkenan diterima Allah Ya Rohmaan Ya Rohiim...
    Aamiin...


    BalasHapus
  20. Masyaallahh...
    Berdoa untuk bisa berkunjung ke Baitullah adalah hajat yang selalu digaungkan ketia bersua dengan-Nya
    Semoga suatu ketika dapat mengunjungi rumah-Nya walau bukan melangsungkan Haji
    Mengingat itu ya seperti yang Mak Tanti sampaikan, daftar sekarang, berangkatnya di Jember hingga 20-21 tahun yang akan datang. Ps kalau berangkat ngajak emak begimana pas hheee
    Terima kasih untuk sharingnya, Mak ^_^

    BalasHapus
  21. MasyaAllah.. indah banget yaa mba, aku pingin umroh bareng suami, tapi masih harus nunggu anak2 gedean dikit biar bisa urus diri sendiri selama ditinggal.

    BalasHapus
  22. Aamiin maaakk, siapa tahu konglomerat ada yg beneran beli lukisan mak Tanti seharga itu, buat berangkat haji, cipratin ya maaakk :D
    Bahagianya bisa umroh, pengen juga, lagi nabung dan nargetin secepatnya berangkat, doain dimudahkan jg ya maaakk :D
    Ya Allah sennagnya bisa berdoa di sana TFS ceritanya :D

    BalasHapus
  23. Allhamdulillah perjalanan pergi dan pulang ke tanah suci lancar ya mbak, semoga aku bisa segera menyusul mbak Tanti ke sana ya. Aku doakan semoga mbak Tanti segera kembali lagi ke sana buat pergi haji ya

    BalasHapus
  24. Baca tulisan ini jadi rindu untuk ke Baitullah. Kerinduan yang sampai skarang masih aku harapkan bisa terwujud lagi. Alhamdulillah Allah cukupkan usia untuk ke Baitullah dan semoga ada slalu jalan ke sana ya mba :)

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)