SEKILAS DENGAN DR. TAN SHOT YEN - SI DOKTER "TANGAN DEWA"


DR. dr. Tan Shot Yen - sumber foto dari  odesa.com

"Berhenti makan beras, tepung atau sumber karbohidrat umum lainnya! Kalau Tuhan mau kita makan beras, kita sudah dikasih tembolok dari lahir!"

DR. Tan Shot Yen bersuara dengan nada setengah menuduh. Entah kharisma apa yang dimilikinya, tapi pasien yang mendengar, rata-rata gak ada yang ngeyel atau mengelak saat ditembak oleh Dr. Tan!

Habis mau ngeles gimana? Namanya kepengen sembuh, mending jujur kali ya? Tampaknya itu yang terbersit di pikiran mereka.

Macam-macam 'tuduhan' beliau, mulai dari tidak patuh terhadap menu makan yang disepakati, kemalasan mereka menggerakkan tubuh seperti perintah, atau nekat mengkonsumsi bahan makanan yang dipantangkan bagi mereka.

Yang lebih kacau lagi, saat ia 'mengomeli' seorang pasiennya yang nampaknya terserang stroke dan telah berangsur sembuh namun masih enggan melepaskan diri dari tongkatnya. 

"Kalau tidak mau lepas dari tongkat ini, secara fisik dan mental kamu merusak tubuh kamu sendiri, coba lepas tongkat itu, lepas!" 

Saat dilihatnya sang pasien nampak ragu berdiri tanpa ditopang tongkat tersebut.


Kemudian Dr. Tan berbicara macam-macam ke pasiennya untuk menggambarkan kondisi buruk yang mungkin terjadi apabila ia bergantung pada tongkat tersebut, mulai dari penurunan fungsi otot, organ yang terganggu sampai ke masalah psikis di mana ia suatu saat akan menyalahkan lingkungan, mulai dari orang sekitarnya hingga ke anak-anak yang dianggap tidak memperhatikan dirinya. 

Entah semburan kalimat itu begitu bombastis atau mengandung mantra, hehe, mendadak sang pasien mampu berdiri tanpa masalah walau tongkat itu telah dilepas.
"Lihat kan! Apa rasanya berdiri tanpa tongkat? Tidak jatuh kan?" tukas dr. Tan puas.

INTEROGASI

Di ruang praktek, beliau berhadapan dengan belasan pasien. Walau bersesak-sesakan di ruang yang kecil, namun tidak ada satu pun pasien mengeluh atau protes.

Di sini Dr. Tan, langsung berbicara "Silahkan mengenalkan diri masing-masing 
dan keluhannya, tapi ingat! Ini bukan ajang curahan hati, cukup kenalkan, sisanya biarkan saya yang berbicara!" 

Wuih, teknik yang unik.

Perlahan-lahan satu persatu pasien berbicara. Memperkenalkan diri dan kondisi masing-masing. 

Dr. Tan mendengarkan dengan seksama, lalu ia memberondong pasien tersebut dengan pertanyaan yang sifatnya personal terkait kondisi kesehatan mereka. 

Dr. Tan : "Kenapa Anda kesini?"
Pasien : "Saya merasa obesitas, dok.."

Dr. Tan : "Kenapa obesitas?"
Pasien : "Karena keturunan di keluarga saya.."

Dr. Tan : "Nonsens! Kenapa?" - mulai meninggi nadanya
Pasien : "Ngg.. anu, mm.. makan saya banyak.." - mulai terintimidasi

Dr. Tan : "Kalau makan bener, banyak juga gak pa-pa! Kenapa!"
Pasien : "Saya suka makan yang manis-manis, dok"

Dr. Tan : "Nah, itu dia.. Persis!" - manggut-manggut puas.
"Jangan pernah ada yang bilang, kalau kalian itu sakit karena keturunan, itu mayoritas bohong! Sedikit sekali penyakit yang menurun karena genetika, sedikit!" 

Setelah itu Dr. Tan, dengan gaya yang sangat ekspresif memukul meja di depan dan kemudian mencolokkan jari-jari tangannya ke mulut. 
"Ini yang membuat penyakit seakan-akan muncul di keluarga sebagai penyakit turunan..." katanya setengah membeliakkan matanya "Keluarga, meja makan dan apa yang kalian makan di sana!".

Atau ini..

Dr. Tan : "Kenapa pak?"
Pasien : "Saya darah tinggi, dok.."
Dr. Tan : "Berapa?"
Pasien : "Sekarang sih lagi minum obat jadi 120-80"
Dr. Tan : "Saya tanya nilai kamu, bukan nilai bikinan guru les!"
Pasien : "He?" - bingung.
Dr. Tan : "Itu kan bikinan dokter kamu? Bukan darah tinggimu.."
Pasien : "Hehe, iya dok.."
 
Dr. Tan : "Jadi kalau guru lesmu matek, nilai kamu merah lagi?"
Pasien : "......" - tambah bingung.
Dr. Tan : "Udah berapa taon minum obat itu?"
Pasien : "Lima tahun, dok,"
Dr. Tan : "LIMA TAHUN? Dan gak ada kemajuan, begitu-begitu saja?"
Pasien : "Iya dok, tapi memang gak pernah melonjak lagi.."
Dr. Tan : "Guob* sisan !!" *membentak sembari memukul meja!

Kemudian sambil marah-marah pada dirinya sendiri ia mengungkapkan keheranannya pada pasien yang mau saja berobat bertahun-tahun pada seorang dokter tapi tidak menunjukkan gejala perbaikan, hanya berada pada posisi stagnan. Dan pasien itu sudah cukup puas.
"Itu sebabnya pasien yang kena darah tinggi, 'matek'-nya rata-rata bukan karena darah tingginya, tapi karena liver atau ginjalnya ngambek! Lha wong bertahun-tahun harus menelan racun. Yang konyol ya, pasiennya.. Kok mau? Dan dokternya juga.. Kok tega?"

Ia menuding lagi ke bapak pasien darah tinggi tadi. "5 tahun ke dokter itu, pernah ndak, bapak dikasih tau, kenapa sakit darah tinggi bisa terjadi? Dan apa langkah pencegahannya agar tidak sampai sakit, selain minum obat?" 

Ketika sang bapak menggeleng, Dr. Tan menghembuskan nafas kesal dan membanting tubuhnya ke senderan kursi.
"Persis! Guo****k tenan!"

BUKAN SPESIALIS

Tapi bukan berarti dokter satu ini lebih banyak mengomel dan memaki. Ia sangat taktis dalam memberikan penjelasan beragam penyakit yang diderita pasiennya. Begitu taktisnya sampai orang paling awam pun rasanya bisa mengerti dengan cukup mudah apa yang dimaksud oleh beliau. 

Bandingkan dengan mayoritas oknum dokter yang cuma mendengar keluhan pasien, tanpa melihat mata pasien, kemudian menuliskan resep, tanpa melihat mata, lalu mempersilahkan pasien keluar ruangan, masih dengan tanpa melihat mata.

Dr. Tan lain, ia bahkan memberikan bahasa tubuh yang sangat teatrikal untuk menggambarkan kondisi tubuh yang mengalami masalah, ia juga tidak ragu-ragu berteriak kecewa, gembira atas reaksi juga jawaban pasien yang sesuai atau tidak dengan harapannya. Sebenarnya mengasyikan sekali melihat dokter satu ini saat berpraktek. 

"Bawa saja, bagian tubuh Anda yang sakit itu ke bengkel Astra, minta dibetulin di sana, kalau sudah balikin dan pasang lagi"
 
Tiba-tiba salah satu kalimat pedas Dr. Tan memutus lamunan saya. Ada apa nih? 
"Salah satu puncak kegob***an dunia kedokteran adalah maraknya spesialisasi ini dan itu di sana-sini. Lalu pasien yang dateng ke mereka diperlakukan layaknya onderdil mobil, dikerjakan satu persatu apabila rusak, bukannya dilihat sebagai satu kesatuan sistem, kapan mau sembuh beneran?" Omelnya dengan nada sangat keras.

Kemudian ia menjelaskan secara sistematis, mengapa tubuh manusia tidak sepatutnya dilihat dari organ per organ. 

Penyumbatan koroner jantung misalnya, tidak bisa tidak, penyebabnya hampir 100 persen berasal dari makanan, tapi setiap kali pasien penderita jantung koroner pergi menjalani operasi bedah jantung, entah di pasang ring atau treatment lainnya, jarang sekali dokter jantung yang memberikan tuntunan panduan makan secara cermat kepada pasien. 

Paling-paling pekerjaan ini dilempar ke dokter ahli gizi, yang kita semua tahu mayoritas cuma bisa memberikan resep langsing bukannya resep untuk hidup sehat. 

Kalau yang satu ini saya punya pengalaman pribadi, waktu diajak bekerja sama oleh salah satu dokter gizi kondang di Jakarta. Waktu saya sodorkan pola makan anti stres dengan manipulasi bahan makanan terkait dengan produksi zatneurotransmitter. 

Dokter itu terbengong-bengong, "Wah, saya mah taunya cuma bikin orang langsing doang. Gak tau nih begini-beginian?" 

"Yak ampun? Saya ini bukan ahli gizi, mosok lebih tau konsep food therapy ketimbang dia?"

Jadi kembali ke kasus Dr. Tan tadi. Bagaimana seorang pasien bisa sembuh secara paripurna, kalau dokternya aja saling lempar-lemparan kasus? Ia sekali lagi memaki konsep spesialisisasi secara sembarang di dunia kedokteran.

"Makanya kalau ada orang tanya saya ini spesialisasi apa? Saya jawab, saya bukan mekanik bengkel, saya dokter!" Ini adalah salah satu kalimat pedas dari beliau yang diucapkan saat dulu pertama bertemu saya.

MAKAN SEHAT & BERGERAK

Akhirnya Dr. Tan memberikan resep sehat bagi setiap pasiennya. Bukan, beliau bukan mencatat kalimat-kalimat berbahasa latin untuk diteruskan ke apoteker dan diubah menjadi tablet, pil, salep atau obat cair, tidak! 

Resep yang ditulis oleh Dr. Tan, jangankan seorang apoteker, seorang tukang sayur yang biasa mampir ke rumah Anda pagi-pagi pun bisa mengerti. 

"Jangan ada yang protes, makanan yang saya rujuk ini bisa membuat Anda menikmati hidup atau tidak! Kalau mau sembuh, ya? Anda-anda ini terlihat sekali adalah orang yang sudah hampir seumur hidup menikmati hidup dengan memanjakan lidah ke makanan yang enak, tapi salah!" Dr. Tan sudah menekankan konsep ini di awal pemberian resep hidup sehatnya. 
"Sekarang Anda harus membayar harga nikmat tapi mematikan tersebut dengan berdisiplin mengikuti apa yang saya berikan" Tukasnya dengan tatapan tajam. 

Apa yang diminta oleh Dr. Tan sangatlah sederhana untuk dimengerti dan dilakukan, tapi bagi para so called 'penikmat hidup', pastilah sangat berat untuk dituruti. 

Saran beliau :

1. "Tidak ada gula!"

Orang sering dengan bodohnya mengira bahwa penumpukan lemak itu lahir akibat konsumsi lemak yang berlebihan. Padahal Dr. Tan mengatakan, "Manusia itu punya threshold untuk lemak, yaitu rasa mual dan muak. Jarang ada manusia yang mengkonsumsi lemak lebih banyak dari kemampuan tubuhnya menerima".

Penumpukan lemak dalam tubuh kita, mayoritas lebih kepada konsumsi gula yang berlebihan dalam segala bentuk. 

Kandungan gula yang terlalu tinggi membuat tubuh mengeluarkan insulin berlebihan untuk menormalkan lonjakan gula darah dan mengakibatkan kelenjar pankreas lelah. 

Kerusakan pankreas membuat penyakit degeneratif yang sangat populer, Diabetes. 

2. "Buah dan sayur sebagai sumber karbohidrat"

"Berhenti makan beras, tepung atau sumber karbohidrat umum lainnya! Kalau Tuhan mau kita makan beras, kita sudah dikasih tembolok dari lahir!" 

Masih terkait dengan apa yang diutarakan sebagai konsumsi gula berlebihan, Dr. Tan menekankan pada karbohidrat akan berubah menjadi gula, dimana cadangan gula yang berlebihan akan segera ditransformasikan oleh tubuh dalam bentuk glikogen (disimpan dalam hati - otot) serta trigliserida (lemak).

Angka trigliserida tinggi adalah sumber obesitas yang sekarang semakin marak menyerang kehidupan manusia. 

"Jangan panik, dengan bilang, kalau gak makan nasi badan saya lemas" Tukasnya sebelum ada pasien yang protes. "Tubuh Anda membangun kebiasaan, bukan memenuhi kebutuhan. 

Pernah liat orang yang habis makan, makanan Padang? Setelah dua jam, bukannya semakin kuat, mereka malah menjadi mengantuk! So, Anda bilang Anda lemas, kalau tidak makan nasi?" 

Dr. Tan memberikan daftar penggantinya segera. Buah dan sayur sebagai sumber karbohidrat. Ia menyajikan urutan buah-buah yang memiliki kandungan fructose -gula alami buah- aman. Ia juga menekankan cara menyajikan sayuran yang baik.

"Jangan bilang Anda sudah makan sayur kalau yang dimakan sayur bening atau sayur cap cay, itu bukan sayur, itu sampah dalam bentuk sayur!" Ucapnya dalam nada tinggi. 

"Sayur dimasak sudah pasti enzyme-nya mati, gak ada gunanya buat tubuh, paling cuma serat-seratnya aja. Makan sayuran mentah yang dicuci bersih, kalau takut sama pestisida, ya beli yang organic atau tanam sendiri di depan rumah!"

3. Tidak ada susu binatang

"Sapi itu begitu anaknya sudah bisa berjalan, ia akan segera berenti menyusui dan membiarkan anaknya mencari makan sendiri, manusia itu satu-satunya species yang cukup gob*** untuk mati-matian mencari susu spesies lain dan merasa membutuhkannya". 

Ia kemudian menyambung lagi, "Anak kecil di atas usia 2 tahun dipaksa minum susu, orang tuanya tidak sadar bahwa anak itu akan mengalami kesulitan pencernaan, karena cadangan enzyme-nya akan terkuras untuk mencerna bahan makanan yang semestinya tidak ia konsumsi lagi". 

Pendapat yang sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Hiromi Shinya tentang Enzyme pangkal atau miskonsepsi dimana intoleransi laktosa kadang dianggap tidak ada saat sang anak tidak mencret waktu minum susu. Padahal sang anak menunjukan gejala alergi lain, infeksi kulit, eksim, gatal-gatal, sembelit, obesitas, mudah terserang penyakit hingga asma.

Saya sih sudah tahu persis fakta bahaya susu sapi. Dari sisilactose intolerant, casein, non absorb calcium juga gak ada guna-gunanya sedikitpun bagi tubuh. Tapi orang lain? 

Fakta satu ini membuat mereka terkaget-kaget. Maklum jor-joran uang yang digelontorkan pabrikan susu memang membuat kampanye kebutuhan manusia terhadap cairan produksi binatang ini terasa begitu membahana dan menguasai kehidupan kita. 

"Kurang apa kalau kita gak minum susu? Kalsium? Bohong pabrikan itu, kalau gak minum susu kita kekurangan kalsium. Kalsium di susu sapi gak bisa diserap tubuh manusia, titik!"
 

 Ia kemudian menunjukan fakta kelicikan produsen susu untuk berkelit dari upaya penipuan saat orang yang minum susu tetap terserang osteoporosis. 

"Pasti ada tulisan kecil, sangat kecil, di salah satu sudut kotak atau kaleng susu, yang menuliskan kalimat semacam 'Harus disertai dengan aktivitas fisik yang rutin', jadi mereka bisa mengelak dari pasal penipuan ke masyarakat". 
Ia juga menertawakan satu produsen susu sapi yang begitu gencar memasarkan produk susu kalsium tapi diembel-embeli dengan kalimat 'berjalan 10.000 langkah perhari'.

"Anda mau nyuruh kakek-nenek yang renta berjalan 10 kilometer sehari? Gak keropos bener, tapi yang ada mereka matek, kecape'an" ujarnya dengan logat Jawa sangat kental.

4. "banyak bergerak"

Sistem limfatik tubuh cuma bisa berfungsi kalau kita bergerak dengan baik.

Usaha mati-matian di satu sisi tapi melewatkan sisi yang lain, adalah upaya yang kadang tidak membuahkan hasil maksimal. 

Menjaga makanan tanpa pernah aktif menggerakan tubuh secara benar akan membuat fitalitas kita terganggu. Demikian pula hal sebaliknya.


KESEMBUHAN HAKIKI

Dr. Tan ini berhadapan dengan segerombolan pasien yang telah menyia-nyiakan kesehatan mereka dengan berbagai cara, ia harus berlaku keras dan kejam, untuk membuat pasiennya sadar dan mengubah gaya hidup mereka sesuai dengan kebutuhan. 

"Kita boleh dibilang galak dan saklek. Tapi kalau mau merubah kebiasaan buruk orang, kita gak boleh kompromi. Terserah mereka mau melakukan atau tidak, it's a matter of choice, kok.. 
Benar! If you don't like what we do, don't come to us, but if you think what we do can help you, so come! Sederhana kan? 
Kesehatan itu harus bersifat hakiki. Kalau kita sakit, harus dicari penyebabnya, bukan cuma gejalanya yang diatasi, itu bukan penyembuhan, tapi mengulur-ngulur permasalahan" 

Ia mengarahkan pandangannya kepada bapak yang terkena darah tinggi tadi.

Dr. Tan Shot Yen
Adalah salah satu ikon dunia kesehatan kelas utama di Indonesia, terutama saat pengobatan naturopati mulai mewabah akibat menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pengobatan konvensional. 

  • Salah satu videonya tentang kanker, bisa dilihat di link ini :
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=342510093191646&id=100022979744584

  • Bagi yang mencari video tentang diabetes, bisa dilihat di link ini :
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=342761213166534&id=100022979744584

Metodenya yang unik namun ampuh membuat pasien beliau berkembang layaknya bilangan yang dipangkatkan dari waktu ke waktu. Belum lagi tulisan-tulisannya yang trengginas serta mengena bagi banyak pihak, membuat gaung nama beliau makin menggema di seantero jagad negeri ini. 

To make things even bolder, buku yang ditulisnya menjadi salah satu mega seller di negeri ini. 

Mega seller?
Ya, kalau dihitung sebagai buku kesehatan, sebuah subjek non populer di negara ini. Sebuah bukti bahwa ilmu yang disandangnya dipandang sangat berguna oleh beragam pihak.

Alamat praktek:
Komplek Perkantoran CBD - BSD City Sektor 3.3 Blok G No. 22
(Ruko Sebelah Teraskota) - Serpong
Telp. (021) 531 64347 atau hp. 0856 271 2067

35 komentar

  1. Sekeren itu ya profil dr Tan, tapi medeni kalau berobat! Wkwkkk

    Bisa-bisa dig**kan, tapi mending ya daripada di as*-as*kan.

    Meskipun semua yang dikatakan dr Tan tuh bener, semua permasalahan hidup eh permasalahan tubuh sebenarnya karena kesalahan pola makan kita sendiri. Cek to, yang darah tinggi, pasti hobinya memang memanjakan lidah.

    Ih, aku akhir-akhir ini juga sering memanjakan lidah, terutama terhadap rasa manis.

    Padahal aku udah dikasih warning sama Gusti Allah lewat sakit gigi yang kumat setiap makan manis, tapi piye ya. Susah juga sih ya menghilangkan rasa suka terhadap yang manis-manis.

    Kudu belajar lebih giat dan lebih fokus merawat diri, apalagi anak-anak masih kecil-kecil pula. Rasanya, perjalanan hidup masih jauh buat dijalani #halah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Manusiaaa kan maunya "enak" yoooo jeng Rani
      aku ya kalo ke dokter Tan, terus ga ada support ART - bahan baku makanan cukup selama setahun tanpa harus kuolah SENDIRI, juga serem ke sana

      Hapus
  2. DOkter yang cukup fenomenal nih.. emang bener sih..sumber masalah di pola makan.. makanya kita harus hati-hati banget ya sama urusan makanan..Apalagi sekarang anak-anak banyak godaan tuh dari minuman yang pake boba hehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. yang aku susah berhenti tuh.... kopi mbak!
      berusaha ga pake gula tapi kan.... si kopi sachet itu sendiri (walau katanya gula dipisah) tetep ajaaaaaa.....

      Hapus
  3. Ini dokter paporit akuuu Mba
    Aku rutin baca kolom beliau di website Kompas.

    Trus, juga demen lihat wwcr nya di YouTube, sering muncul di Metro TV
    Emang gayanya ala "mercon bantingan", tapi benerrr :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. bhahahhahaha mercon bantingan!

      Kujuga salut sama doi, berani banget ya, dan biar "classy" mau aja turun ke desa!

      Hapus
    2. Hai ..boleh tanya youtube nya dr tsb? Trmksh

      Hapus
  4. Aduuuh, aku jadi takut nih sama dr. Tan hahahaha :) Sekilas kelihatannya dia garang ya menghadapi pasien ga pakai basa-basi. Keras orangnya, pasti perfeksionis :) Tapi memang deh ada tipe dokter semacam ini yang justrus bisa dihitung dengan jadri. Idealis, iya. Barangkali pasien2 yang hendak berkonsultasi kepada beliau mesti mempersiapkan diri dulu dengan jawaban2 dari pertanyaan sang dokter. Bener mbak Tanti, dulu zaman anak2ku bayi dan balita, ada dokter yang bilang, anak kok minum susu binatang, weleh2 :( Ya begitulah...semakin banyak buah2an dan sayur2an itu bagus untuk pertumbuhan semua orang, begitu juga proteinnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah itu... aku pernah loh didatangin tim survey susu formula
      ya kubilang " SEMUA SUFOR ITU SAMA BUAT SAYA
      hihihihi... wajah para surveyor merah seketika

      Hapus
  5. Wow ... kuterpana, Mbak Tanti. Tapi masuk akal lho semua.


    Eng meski sebagian saya masih cerna sih.

    Banyak kan orang ke oknum dokter, sudah cukup puas bertahun2 minum obat penurun tekanan darah. Dokternya berpesan, jangan sampai lupa karena takut tiba2 naik tekanan darahnya lalu dokter mengatakan boleh makan apa saja .....

    Terpana .... lalu speechless.

    Mbak Tanti mengikuti semua saran Dokter Tan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah ituuu... justru bukan "apa yang kita masukkan ke mulut" tapi justru :
      "apa yang TIDAK KITA MASUKKAN KE MULUT"

      Hapus
  6. Dokter Tan ini memang menarik sekali ya. Saya jadi senyum-senyum sendiri saat bagian ngobrolnya. Sebenarnya, kita itu seringkali sadar kondisi dan tahu jawaban, tapi tidak mau melakukan perubahan. Sehat selalu ya mam.

    BalasHapus
  7. MasyaAllah, bacanya seru banget, kayaknya kalau ada di sana, pertama kali jantung berdebar terus yaaa mak Neng hihihi tapi luar biasa ya konsep sehat beliau, jadi ikutan belajar nih mak Neng, terutama soal mengurangi karbohidrat dan menggantinya dengan sayuran dan buah. kalau untuk anak anak gimana ya mak Neng? apakah perlu dikurangi juga konsumsi karbonya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebaiknya sih anak anak emang tidak dibiasakan hehehehe
      masalahnyaaaaa kita ini ortunya suka bingung kalo ga ada biskuit dan roti, terus mereka "celamitan" padahal kita lupa. Kita sendiri yang membiasakan anak anak untuk makaaaan teruuuusssss

      Hapus
  8. Dokter Tan sering banget jadi penbicaraan nih. Kadang konsep pengobatan yang begini mesti udah ada sejak dulu tapi kita yang takut salah langkah

    BalasHapus
  9. jujur aku baru tau dr tan ini mba, tapi kalo ketemu dia dengan cara lugas dan tegas penyampaiannya terkait hidup sehat pasti aku juga akan merasa jleb

    BalasHapus
  10. Terkesan blak-ba=lakn gitu ya kalau bicara dr. Tan ini tapi sebetulnya bagus juga sih, cuma kadang ada pasien yang gak bisa terima.
    Jadi pasiennya dicecar pertanyaan supaya dia tau kesalahan di balik penyakitnya itu ya mbak. Betul juga sih jangan menyalahkan keturunan tapi lihat apa yang kita lakukan

    BalasHapus
  11. Dr. Tan Shot Yen ini keren banget ya. Yang model kaya gini biasanya disebelin orang. Soalnya bicaranya kan ceplas ceplos. Yuk lah ikut mulai hidup yang lebih sehat

    BalasHapus
  12. Saya belum pernah berobat ke sana. Tapi dari cerita Anda tampaknya dokter ini sedikit unik.

    BalasHapus
  13. Hoohaaa harus kuat diri berobat ke dr.Tan, Bakal banyak disalahin ini. Iya benar kurangi gula, banyak makan buah sayur, trus susu hewan itu yang aku belum bisa lepas jadinya for fun aja.
    Olahraga ah ... biar ga usah ke dr. Tan.

    BalasHapus
  14. Aku kayaknya kalau ketemu dr. Tan ini udah jiper duluan deh, kalau ditanya pola makan pasti akan kujawab “aku pemakan segala dok walau kolesterol tinggi”. Tapi sebenarnya sudah beberapa tahun belakangan aku suka ngurangin makanan mengandung lemak, tidak menggunakan gula untuk minuman.

    BalasHapus
  15. Waduuh...aku dredeg duluan mau berobat.
    Sejujurnya, aku seneng banget sama dokter yag cerewet dan cenderung blak-blakan. Tapi kan kalau bahasanya mak bleg gini, aku bisa mencernanya di waktu yang sama gak yaa..?

    Tapi aku suka banget.
    Sangat jarang sekali dokter masa kini yang tidak terburu-buru dalam mendiagnosis dan tidak mudah memberikan prescription drugs untuk pasiennya.

    Jadi kalau sudah begini, yang dibutuhkan adalah kembali lagi ke lifestyle yaa..
    Sembuhnya perlahan dan membutuhkan waktu. Tapi bisa sehat lebih lama.

    BalasHapus
  16. Ya ampuun... saya baca ini dengan otak yang mendemonstrasikan Dr Tan mengatakannya di depan saya. Ada mantra apa padanya!
    Rasanya nancep pisan dan jadi ada rasa bersalah karena melakukan ini itu. Duh, kalau bisa ketemu dan minta dihipnotis agar tidak doyan nasi lagi.... huhuhu
    Bisa ga sih Mbak? Mungkin ga sih Mbak?
    Hihi.
    Beneran nancep deh, Dr Tan! Keren!

    BalasHapus
  17. Aduhh aku juga lagi berusaha berhenti mengurangi makan nasi
    emamg asli badan jadi lebih enteng dan sehat klo mengurangi makan nasi
    bonusnya sih jadi langsing

    BalasHapus
  18. Saya baru baca obrolan di sini aja udah berasa dibentak, Mbak hahaha. Berarti saya kalau konsul ke sana jangan saat PMS, nih. Bisa baperan nanti saya hehehe.

    BalasHapus
  19. Aku selama ini sering denger namanya tapi baru ngeh kalau beliau cewek? Wuaah bener2 zero karbo ya dan dibanyakin makan makanan nabati gtu
    Agak susah juga sih krn selama ini emang mindsetnya karbo tuh nasi., paling banter aku berusaha mengurangi hehe
    Terutama masa kyk skrng nyadar banget nih emang lbh endutan sejak pandemi
    Yoooss kudu bisa nih kurangin gula dna banyak gerak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf setahu saya bukan zero karbo tapi karbo pilihan terbaik yaitu sayur dan buah dalam jumlah yang cukup, karena karbo setahu saya ada 2 golongan, yang pertama karbohidrat berpati (karbo tinggi kalori dan cepat dirubah jadi gula) seperti nasi, ubi, singkong, jagung, kentang, talas. Karbo ini cepat menghasilkan tenaga, baik untuk anak tumbuh kembang dan para pekerja keras yang kerjanya pakai otot dan tenaga. Dan yang kedua karbohidrat tidak berpati yang lambat dicerna jadi gula, tinggi serat, tinggi antioksidan. Karbo jenis ini yaitu sayur dan buah. Karbo jenis ini baik untuk orang yang sudah tidak tumbuh kembang, orang yang kerjanya minimalis, orang lanjut usia dan orang sakit. Jadi tetap konsumsi karbo tapi yang terbaik jenisnya. Maaf jika jawabannya kurang tepat.

      Hapus
  20. Seru ya kalau ngikuti dokter Tan ini. Saya suka baca-baca tulisannya di kolom kompas, kadang lihat juga videonya di youtube. Penjelasan yang lugas dan blak-blakan, bahkan terkadang pakai bahasa "umpatan" khas jawa timuran, tapi justru bisa menggedor kesadaran.

    BalasHapus
  21. Waduh sementara saya suka makanan manis
    Sejak kecil demikian
    Bahkan tidak bisa manis sampai sekarang
    Hiks jadi perlu banget berubah

    BalasHapus
  22. Baru tau aku tentang dokter ini. Tegaa ke arah horor ya klo pas konsul trus pake nada tinggi. Wkwkwkwk. Apalagi untuk tipe pasien yang gak mau disalahin semgan pola hidupnya dia

    BalasHapus
  23. Dokter Tan ini emang konsisten sekali dengan pola hidup natural holistik. Saya suka baca ilmu dari beliau tapi belum mampu menjalankannya hahaha. Padahal memang kalau mau sehat ya harus kembali ke pola makan yang benar dan perhatikan juga makanan yang dikonsumsi. Juga harus mau olahraga. Kalau suatu saat ada rezeki konsultasi ke dokter Tan kira-kira saya bakal diomeli apa ya?

    BalasHapus
  24. waduh galak juga dokter Tan yaa tapi bener juga sih yang dia bilang. Sebelumnya aku udah denger teori kebohongan susu sapi. Memang ada benarnya sih. Semua hewan menyusui akan berhenti menyusu kalau sudah dewasa. Hanya manusia saja walau sudah tua masih disuruh minum susu, bahkan susu dari yang bukan spesiesnya

    BalasHapus
  25. Wah keren ni mb penjelasannya terkait dr Tan. Kalau misal pasiennya sdh sembuh, pola makannya tetap ya mb? Karbo hanya dari sayur dan buah? Terus penasaran sayur dan buah yang diperbolehkan apa buat ganti nasi? Apalagi buat orang yang kurus, butuh kalori lebih

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)