MIQOT PERTAMAKU, UMROH PERTAMAKU DAN AKU BAU! (MHdTS - 3)

BIR ALI, MIQOT PERTAMAKU

Bus melaju kencang di kesejukan pagi. Suhu menunjukkan 18oC. Sesudah melewatkan dua malam di kota Madinah yang nyaman dan tenang, pagi ini kami akan ziyarah ke Mekkah. 
Yes, ibadah umroh -i'timara yang kita kenal sebagai hajjul asghar atau melaksanakan haji kecil ini, secara bahasa memang berarti ziyarah atau berkunjung. 
Berangkat dari masjid, kami sudah diingatkan untuk sudah berniat mengambil miqot, jadi semua sudah dalam keadaan berwudhu. 


Miqat artinya batas bagi dimulainya ibadah haji, dan ini artinya kita berniat umrah dan mengganti pakaian ihram di sini. Miqat ini sudah ditentukan dari "sono"nya loh, Rasulullah SAW sendiri yang menentukan batasnya (menurut HR Bukhari - Muslim)
Kita mengganti pakaian bersih, dan berniat untuk mengetuk pintu-pintu perbatasan yang dijaga oleh penghuni surga kelak, insya Allah. Oya untuk penduduk Mekkah khususnya, berihram dimulai dari rumah mereka sendiri.

 Pak Arif Sujimin, muthawif kami lumayan bawel mengingatkan berulang kali, "Bapak Ibu, jangan kentut dulu, hadats kecil dan wudhu di hotel saja, nanti sesudah miqot di Bir Ali, semua bapak-bapak akan berganti pakaian ihram. Jangan pakai wewangian dalam bentuk apapun, ya.. termasuk juga jangan menggunakan tisu basah, karena mengandung alkohol dan wewangian." 

Karena takut banget menyalahi aturan, 
soalnya bakalan dikenai dam. What.... dam? Bayar pake darah, maksudnya? Bukan. Biar pun dam itu artinya darah, namun yang dimaksud adalah darah hewan ternak, seperti kambing atau sapi. 

Kapan bayar dam? Berapa? 
Sebelumnya, musti tau dulu, jenis dam yang kumaksud jika melanggar saat akan melaksanakan ibadah umroh adalah dam tartib dan ta'dil. Bayarnya setelah ibadah umroh selesai boleh, atau pas sadar melakukan pelanggaran juga boleh. Berikan saja ke muthawif untuk disalurkan.

Rata-rata, pastilah hanya melakukan pelanggaran kecil seperti kusebut di atas, which is diberikan keringanan memberi makan orang miskin, yaitu kurleb 40 - 50 real. Yakale, niat banget saat ibadah mau melakukan pelanggaran besar  seperti, -monmaap bersetubuh- gitu! Segitu birahinya ente? Tapiii.. seandainya itu terjadi, dam-nya adalah motong kambing. Fiuh.. sayang sayang amat duitnya, mending beli oleh-oleh coklat sekarung buat para tetangga!




"Masjid As-Syajarah (Pohon)" Kecintaan Rasulullah SAW

15 menit kemudian,
bus memasuki sebuah lapangan parkir yang luas. Lah, kok cepet? Jarak masjid Bir Ali cuman sekitar 11 KM dari Masjid Nabawi, jadi ya cepet banget, apalagi kan jalan raya di sini super duper gede tanpa hambatan tanpa macet-macetan.

Bir Ali  terletak di  Lembah Aqiq, 
berasal dari kata bir yang berarti sumur-sumur (banyak) dan Ali karena Sayidina Ali bin Abi Thalib adalah tokoh yang paling banyak menggali sumur di kawasan tersebut. 

Mesjid di Bir Ali ini dibangun oleh seorang arsitek terkenal, Abdul Wahid El Wakil. Sayang, kita sudah tak dapat melihat sumur-sumur galian Sayidina Ali sekarang sebab terkubur pembangunan kota dan perluasan masjid itu sendiri.




Karena sebagai tempat mengambil miqat, maka Masjid Bir Ali dikenal juga dengan nama Masjid al Miqat. Ada juga yang menyebutnya Masjid al Ihram. Tapi ada juga yang menyebutnya Masjid Dzul Hulaifah, karena itulah nama memang berada di distrik Dzul Hulaifah.

Uniknya, dulu tempat ini disebut dengan Masjid as-Syajarah (pohon). Nama itu merujuk peristiwa sejarah. Dahulu, Nabi Muhammad SAW pernah duduk di bawah pohon Akasia saat menuju Makkah. Di dekat pohon itulah masjid ini dibangun dan Nabi shalat di dalamnya.
Awal dibangun, masjid ini tidak terlalu besar. Namun, pada masa pemerintahan Raja Abdul Aziz, masjid ini diperluas. Dengan renovasi itu, luas areal Masjid Bir Ali menjadi sekitar 90 ribu meter per segi. 
Luas bangunan masjidnya 26 ribu meter persegi. Areal parkirnya mampu menampung 500 kendaraan kecil dan 80 kendaraan besar. 
Di masjid ini terdapat 512 toilet dan 566 kamar mandi. Hal itu untuk menunjang jamaah yang belum sempat mandi ihram dari pemondokan. Kapasitas masjid ini sekitar 5.000 jamah.

Selama sejarahnya Masjid Bir Ali dibangun dengan beberapa kali mengalami renovasi. Terhitung empat kali renovasi besar-besaran dilakukan sejak pemerintahan Gubernur Umar Bin Abdul Aziz. Renovasi pertama dilakukan di masa pemerintahan Umar Abdul Aziz (87 -93 Hijriyah). 


Renovasi terakhir dilakukan di masa pemerintahan King Abdul Aziz yang memerintah Kerajaan Saudi Arabia pada periode 1981 – 2005 Masehi.



Oya, tempat miqat ini gak hanya di Bir Ali, teman. Tapi Rasulullah SAW memberikan beberapa alternatif tempat lain, yaitu;

1. Juhfah, biasanya digunakan oleh jemaah dari Mesir, Afrika Utara, Suriah, Yordania dan Libanon.

2. Wadi Aqeeq, ini berjarak 94 km dari Makkah. Biasanya digunakan untuk miqat oleh warga Irak.

3. Qarn al-Manazil terletak 94 km dari Makkah. 

4. Yalamlam terletak 84 km dari Makkah. Biasanya digunakan oleh warga Yaman.

5. Miqat di dalam kota Makkah (untuk para mukimin atau umrah sunah): Ji'irranaa, Adni al-Hal dan Tan'eem.


Lanjut ke MEKKAH.. I'm coming, Yaa Allah...
Labbaik Allahumma labbaik... 
Labbaikala syari kala kalabbaik... 

Kami bergegas usai sholat - hanya dikasih waktu setengah jam- soalnya lanjut ke Mekkah yang diperkirakan sekitar 5 sampai 6 jam sebab jarak Masjid Bir Ali dan Mekkah adalah sekitar 450 kilometer. Sepanjang jalan kami sebisa mungkin ber-talbiah seperti itu.




Sudah berganti pakaian ihram,
dan ini saat berhenti sejenak untuk ibadah magrib jama' Isya
sambil makan Pakora (bakwan ala Indiahe) di rest area Wadi al Qudaid
Ini namanya pakora - atau bakwan pedas khas India dan Pakistan
terbuat dari parutan kasar kentang muda dengan aroma dan rasa khas kari 
Nah, 
hari sudah jelang senja ketika kami sampai dan beristirahat sejenak di sini, sehingga Pak Arif Sujimin, sang muthawwif mengusulkan agar kami sekalian menunaikan ibadah magrib dan isya yang dijama' taqdim (digabungkan di awal)

Okeh,
lanjut lagi ya ke Mecca... nantikan pengalaman umroh pertamaku (kepedean bakalan dibaca) -dan alhamdulillah aku dapat pengalaman "berbau" hihi...


30 komentar

  1. wah kapan ya saya bisa kesana, bisa ibadah umroh dan haji di tanah suci. Harus banyak nabung nih biar bisa kesana ya kak ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah yaa.. kapan hayo, ditentukan dulu, lalu buka celengan dan... shalawat sebanyak banyak nyaaaa

      Hapus
  2. Semoga aku bisa ada rejeki kesana kayak Mba Tanti, aku pernah tuh makan bakwan pedas india, keliatannya endes dan udah ngebayangin rasa bakwan kayak di Indonesia... ternyata tetot hahahha aku ngga terlalu suka rasanya yg berempah tapi kurang micin hahah XD

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihi... menurut orang enak soalnya .. lapeeerrrrr dingiiin.. aku mah nyerah

      Hapus
  3. wah baru kali ini baca cerita tentang umroh yang berasa bedanya mbak. Semoga bisa segera ke sana deh akunya juga, hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. amiiin, iya ini sudut pandang aku sekalaian biar ga lupa Irni.. hihihi makasih yaaa

      Hapus
  4. Jadi urutannya gimana mak tanti kalo boleh tahu ? wudhu di hotel madinah sebelum berangkat ke bir ali, lalu miqot di bir ali , dan ke mekkah itu ga boleh buang angin atau hal-hal yang membatalkan wudhu atau gimana ya?

    BalasHapus
  5. Saya sangat menikmati cerita dari Mba Tanti. Rasa penasaran akan Ibadah Umroh , salah satunya Miqot. Masya Allah.. Nama Masjidnya macam-macam ya, ada yang menyebut Majsid Bir Ali, Masjid Al Miqot, Masjid al Ihram. Padahal satu masjid.

    Kalau mikot harus bener-bener benas dari hadas, ya. Baik kecil apalagi besar.

    Semoga kami disegerakan untuk Haji/Umroh. Aamiin..

    BalasHapus
  6. Turut seneng mba, atas ibadah umrohnya. Semoga suatu hari ini, saya dan keluarga bisa nyusul...

    BalasHapus
  7. Perjalanan yang luar biasa dan menyenangkan mbak Tanti, mudah-mudahan saya bisa beribadah kesana juga. Aamiin ya rabbal'alamin ��

    BalasHapus
  8. Penasaran pengen icip langsung si pakora alias bakwan pedas khas India dan Pakistan. Berarti gak perlu sambal lagi donk ya. Hihi.

    BalasHapus
  9. Alhamdulillah lancar jaya ya wkatu di Bir Ali, miqot pertama, Mak..ditunggu bakwan pakoranya..eh cerita selanjutnya...
    Aku nunggu kok..seruu!

    BalasHapus
  10. Bersyukur banget ya mbak bisa umroh. Ya Allah kepengen banget, semoga ada rejeki aku kesana. Wah pas miqot harus bersih bgt ternyata ya. Bakwannya menggoda, rasanya sama ga mba kek bakwan indo

    BalasHapus
  11. Baca tulisan mba Tanti lagi membuat aku jadi selalu rindu ke Baitullah. Aku berkesan itu memang pas miqot di Bir Ali. Pemandangan masjidnya ya apik

    BalasHapus
  12. Masya Allah, jadi laper lihat bakwan siang-siang....Semoga ada rejeki untuk dilancarkan menjejak kaki di tanah suci

    BalasHapus
  13. Selamat ba Tanti sudah umroh, seoga aku suatu saat bisa umroh juga amin, itu bakwannya penasaran deh rasanya gimana

    BalasHapus
  14. Subhanallah Mak Neng, bacanya bikin kumakin pengen menginjakkan kaki di tanah Rasul. Semoga segera kesampaian ke sana. Dan semoga kita semua dilancarkan dan dimudahkan menuju ke sana. Dan itu, bakwannya, kupenasaran dengan rasanya. Kentang muda, ya?

    BalasHapus
  15. Masyaalllahhh kepengen banget bisa sampai dan mengunjungi makkah,,,
    Masjid di Bir Ali dengan 512 toilet dan 566 kamar mandi itu, udah dijamin nggak akan ada antrian dari para jamaah jika kuotanya banyak nggeh mbak
    Semoga diberikan kesempatan untuk untuk mengunjungi masjid di Bir Ali kelak nanti, Amin

    BalasHapus
  16. Setiap pekan kalau ingatan saya tidak salah, Rosululloh SAW selalu berkuda dari rumah beliau ke masjid ini untuk melakukan sholat.

    BalasHapus
  17. Berati yang ada bakwan itu bukan cuma di Indonesia ya. India juga punga.

    BalasHapus
  18. Semoga aku bisa ke sana juga
    Aku dulu juga belajar Haji dan Umroh. Tapi teori lebih mantep kalau praktek dan ada di sana juga

    BalasHapus
  19. Ini tempat yang sangat aku impikan dan rindukan sekali. Semoga suatu saat nanti bisa ke sini jugaa

    BalasHapus
  20. Ku kangen sekali umrah... Melihat ulasan mbak Tanti jadi mengingatkanku rencana ibadah haji yang akan kami jalani, walau masih dalam antrian.

    BalasHapus
  21. Aku mau banget ke sana mbak. gak harus punya keinginan aja ya mbak harus mulai direalisasikan. Doakan ya

    BalasHapus
  22. Masya Allah... aku jadi makin pengin bisa berkunjung ke baitullah mbaaa... semoga disegerakan ya mba aku dan keluarga ke sana.

    Btw, itu gorengan beralaskan koran kok ya sama dengan di sini ya heheee... Nyenengin banget ya pasti ketemu makanan begini di luar negeri, meskipun bahannya beda.

    BalasHapus
  23. Masya Allah selalu kangen sama Baitullah. Semoga bisa balik lagi ke Baitullah buat ibadah dan bawa keluarga besar

    BalasHapus
  24. Masya Allah.. barakallah mba sudah melaksanakan ibadah umroh.. doakan semoga saya crpat menyusul, Insya Allah di tahun depan.. aamiin

    BalasHapus
  25. Wah, aku baru ngeh lagi tentang miqot ini mba. Aku jadi makin pengin umroh, semoga ada rezekinya nanti pergi bareng suami dan anak2

    BalasHapus
  26. Ibadah ke Tanah Suci selalu menjadi impian setiap muslim ya, Mbak. AKu pun berharap bisa ke sana suatu hari kelak. Btw sekarang banyak umroh backpacker juga. Buat orang muda kayak kita, asyik juga kayaknya. Lebih seru perjalanannya.

    BalasHapus
  27. Masyaa Allah. Berkaca-kaca bacanya, Mbak. Semoga aku bisa ke sana kaya Mbak Tanti. Aku jadi paham sekarang ternyata miqot bukan cuma di Masjid Bir Ali. Ada banyak tempat ternyata. Terima kasih infonya, Mbak.

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)