Mengejutkan, karena ternyata sebanyak 21.84 juta atau 8.26 persen penduduk Indonesia adalah penyandang disabilitas!
Seperti yang pernah kubahas di sini :
ADAKAH AKSES KESEHATAN INKLUSIF BAGI PENYANDANG DISABILITAS DAN KUSTA?
Penyandang disabilitas -termasuk orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) sebagai bagian dari kelompok disabilitas- masih menghadapi kesulitan dalam upaya pemenuhan hak mereka, dikarenakan stigma dan hambatan dalam mengakses layanan umum dan layanan dasar.
Berdasarkan data Riskesdas 2018, kelompok orang muda usia 18-24 tahun dengan disabilitas (18-24 tahun) merupakan populasi disabilitas terbesar ketiga setelah kelompok usia lansia dan dewasa akhir.
Mereka dapat dipandang sebagai peluang dalam mewujudkan Indonesia yang Inklusif, serta tidak sedikit inovasi dan perubahan yang digagas oleh orang muda dengan disabilitas dan OYPMK.
- Apa program yang dan inovasi yang mereka gagas?
- Bagaimana peran kita bersama dapat menciptakan masyarakat yang inklusif?
Diskusi Publik, Yang Muda Yang Progresif, Untuk Indonesia Inklusif
Pagi ini, Ruang Publik KBR mengundang diskusi bersama narasumber :
- Widya Prasetyanti - Program Development & Quality Manager, NLR Indonesia
- Agustina Ciptarahayu - Founder & CEO PT. Botanina Hijau Indonesia
Dengan dipandu oleh Ines Nirmala sebagai moderator.
Dalam rangka memperingati International Youth Day, maka diskusi ini diadakan sekaligus membahas program atau gagasan bagi pemuda OYPMK dan disabilitas.
Sekilat info tentang NLR
NLR adalah sebuah organisasi non-pemerintah yang didirikan di Belanda pada 1967 untuk menanggulangi kusta dan konsekwensinya di seluruh dunia dengan menggunakan pendekatan tiga zero, yaitu zero transmission (nihil penularan), zero disability (nihil disabilitas) dan zero exclusion (nihil eksklusi).
Yayasan NLR Indonesia adalah sebuah yayasan nasional dan anggota Aliansi NLR, yang beroperasi di hampir 20 propinsi di Indonesia. Yayasan NLR Indonesia dibentuk pada tahun 2018 untuk melanjutkan pencapaian pemberantasan kusta yang telah dilakukan NLR sejak 1975.
Sama seperti aliansi NLR Internasional, NLR Indonesia memiliki slogan: Hingga kita bebas dari kusta.
Widya Prasetyanti, Program Development & Quality Manager NLR Indonesia, menyampaikan tentang visi misi dan prioritas program ke depan.
Salah satunya program pendampingan bagi remaja, penyediaan magang inklusif yang memberikan kesempatan bagi tenaga kerja usia produktif, untuk bekerja juga di NLR dan pendampingan pear counceling ( training menjadi konselor) bagi pasien kusta lainnya.
Salah satu yang menjadi target utama NLR bekerja sama dengan KBR adalah Program SUKA (Suara Untuk Kusta). Selain beberapa program intinya yaitu :
- Pengendalian kusta
- Pencegahan disabilitas
- Pembangunan Inklusif
- Cross cutting (pengurangan stigma kusta dan disabilitas)
- dll
Yayasan NLR Indonesia bermitra dengan sejumlah organisasi yang menangani penyandang disabilitas, organisasi masyarakat sipil, institusi pendidikan, serta pemerintah lokal, kementrian, dan lembaga pemerintah.
Cikal bakal Yayasan NLR Indonesia bermula dari NLR yaitu sebuah organisasi non-pemerintahan (LSM) yang memang unik, mendorong pemberantasan kusta dan inklusi bagi orang dengan disabilitas termasuk akibat kusta.
NLR menyediakan tenaga ahli yang memberikan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan petugas kusta di tingkat pusat, propinsi, kabupaten dan desa.
Fokus utama adalah dalam hal perencanaan, monitoring, dan evaluasi program pengendalian kusta.
Setelah beberapa provinsi dinyatakan bebas kusta, saat ini NLR Indonesia fokus memberantas kusta di 13 provinsi.
Pengusaha, Peran dan Keterlibatan pada Inklusi Indonesia
Tak lengkap rasanya jika NLR bekerja sendirian. Ternyata ada beberapa pengusaha yang juga menaruh minat pada bakat tenaga kerja disabilitas.
Salah satunya adalah Agustina Ciptarahayu, Founder & CEO PT Botanina Hijau Indonesia
Agustina Ciptarahayu menjelaskan,
bahwa pada awal penyertaan anak difabel dalam dunia usaha yang dikelolanya, ia tidak pernah mengira anak-anak difabel menyimpan potensi mereka.
“Dunia usaha yang berubah, dengan persaingan yang begitu ketat, menjadikan kami berinovasi, dan kami membutuhkan skill yang langka dan spesifik," tuturnya.
Maka saat ini,
Agustina belajar bahwa mereka mencari personal based on karya, bukan lagi keterbatasan fisik. Fokus ke karya dan bisa diakses dengan cepat. Lebih baik lagi jika ada story behind, sehingga menarik.
Memilih untuk fokus pada kelebihan seseorang demi menggali potensi yang masih tersimpan, hal ini menjadi alasan bagi Agustina untuk kembali menerima program magang di perusahaannya bagi anak-anak difabel.
Hal ini terbukti dari tangan kanan atau asisten kepercayaan Agustina, yaitu seseorang yang low vision tapi ternyata memiliki indera penciuman yang tinggi.
Dan bahkan, penderita autisme yang terkenal fokus, menjadi ujung tombak untuk karya seperti wadah unik Botanina, karena desain yang diciptakan menjadi sangat detail dan pengerjaannya teliti.
Karena Botanina yang didirikan 7 tahun yang lalu ini, memiiliki produk personal care, baby care dan home care. Karena Botanina based on aromatik sehingga membutuhkan seorang QC yang indera penciumannya tajam.
Kenapa NLR Peduli Pada Disabilitas Gen Z, dan Perannya pada Dunia Kerja
Dengan jumlah data populasi orang muda pada penduduk Indonesia di tahun 2020-2021 dari 270 juta ada sekitar 27.9 - 28% (usia 9- 24 tahun) yaitu sekitar 74,9 juta. Ini belum ditambah yang di bawah 9 tahun.
Maka usia produktif ini yang 24%-nya (5 juta jiwa) menderita disabilitas,
dan kasus baru setiap tahun akibat kusta meningkat sekitar 11%!
Itu sebabnya,
menjadi sebuah prioritas bagi NLR karena memikirkan betapa pentingnya fokus khusus pada pemuda Indonesia!
Dengan data di atas, terlihat banyaknya tenaga kerja muda,
maka jika tak terbuka ruang inklusif dan keterbukaan pikiran atau stigma negatif masih melekat pada OYPMK akan menyebabkan tingginya angka pengangguran.
Mewujudkan Indonesia yang Inklusif, bisakah?
Widya tak menampik bahwa masih banyak sekali perusahaan yang memiliki stigma negatif pada OYPMK dan disabilitas.
Itu sebabnya,
ruang gerak inilah yang terus menerus digali, diluruskan, melakukan pendampingan bagi OYPMK dan disabilitas, serta menggandeng banyak pihak untuk terciptanya Indonesia inklusif.
Mengingat disabilitas ini rangenya luas sekali, banyak kategori dan level, jadi setiap perusahaan sebenarnya memiliki peluang.
Agustina tetap menekankan memberikan peluang kerja karena tingkat ketelitian, uniqueness dan kemampuan disabilitas sebenarnya sangat baik, dan bahkan di beberapa kasus, hanya mereka yang mampu!
Kemana Harus Mencari Informasi Jika Ada Perusahaan Yang Ingin Mempekerjakan OYPMK atau Disabilitas?
Di Botanina, ada pola kerjasama full time, part time dan freelance. Jadi jika di Botanina berdasar pengalaman Agustina, mengaku mendapat tantangan saat anak yang magang di perusahannya adalah anak-anak Tuli dan low vision.
“Masa observasi saat di Botanina, lebih ke detail, misalnya tentang bola lampu harus seterang apa, apakah penggunaan font tertentu bisa terlihat dan lain sebagainya."
Tapi karena belum pernah bekerja sama dengan OYPMK maka dilanjutkan oleh Widya.
Widya menerangkan,
untuk penderita OYPMK tak boleh terlalu lelah karena bisa menyebabkan radang di kulit seperti kemerahan.
Jadi pada saat menerima disabilitas dan OYPMK bekerja, memang harus diperhitungkan dan harus ada pendampingan khusus juga, sehingga bisa diterangkan pada saat bekerja.
Semoga makin banyak lagi lembaga seperti NLR dan Botanina yang mendukung pemuda disabilitas dan OYPMK untuk berkarya dan berkembang, karena semua memiliki hak untuk kehidupan yang layak.
Wah bener banget penderita Disabilitas juga punya hak untuk bekerja terutama mereka memiliki kesulitan yang lebih dari kita, tentunya harus dipriotaskan. Salut sama Botanina, sukses terus
BalasHapusSebanyak itu jumlah penderita disabilitas, kudengar juga mereka rentan tertular COVID-19, salut sih mengenal mereka yang tetap memotivasi orang lain dengan semangatnya menjalani kehidupan.
BalasHapusBener banget ini, disabilitas memang memotivasi kita untuk semangat hidup mengingat mereka yang tetap bertahan meski kesulitan hidup di kerasnya dunia
BalasHapusWah keren nih programnya, untuk disabilitas mencari kerja pasti sangat sulit untuk dilakukan kalau seperti ini ... salut sama botanina yang menerima karyawan disabilitas
BalasHapusAminn semoga dengan adanya lembaga seperti NLR dan Botanina penderita disabilitas dapat terbantu ... semangat menjalani hidup
BalasHapusSaya kok dengar OYPMK tuh jadi inget Nabi Ayyub ya. Kebayang bagaimana beliau menghadapi diskriminasi karena penyakitnya. Lah jaman skrg aja masih ada ya.. Keren lah program NLR ini. Memang harus terus dikembangkan, Orang-orang yang terdiskriminasi macam disabilitas ini bisa diterima dengan baik.
BalasHapusSemoga dengan hadirnya lembaga NRL dan botanina dapat memakasimal pemuda OYPMK dan disabilitas dalam berkreasi dan berkarya kita semua memiliki hak yg sama.
BalasHapusBaru tau kalo penderita kuata bagian dari disabilitas..apakah karena ada anggaoan masyrakat bahwa penderita dikucilkan dan dihindari?
BalasHapusSemoga dengan NLR masyarakat penderita kusta bisa lebih percayadiri dlm bersosialisasi dan bekerja..
Salah satu penyandang disabilitas yang berdaya dan bikin aku kagum tuh putra dan putri Dewi Yul dan Ray Sahetapi. bahkan sang putra dalam keterbatasannya juga bisa berprestasi di bidang akademi lho. Salute.
BalasHapusSetiap orang berhak mengisi masa mudanya dengan produktif, ya. Selama memiliki kemampuan, kenapa tidak?
BalasHapusJaman sekarang masih ada ya yang masih mendiskriminasi OYPMK dan penyandang disabilitas ya, padahal mereka punya hak yang sama dengan manusia normal pada umumnya. Semoga makin banyak perusahaan yang peduli dan mau mereka untuk berkarya
BalasHapusSemoga ke depan makin banyak pengusaha yang peduli dan bersedia memberi lapangan pekerjaan bagi OYPMK. Sehingga mereka juga punya kesempatan yang sama untuk meraih kehidupan yang layak.
BalasHapusOoooh, jadi NLR ini ternyata sudah lama juga ya didirikan di Belanda. Memang sih untuk dapat menihilkan penderita penyakit kusta dll yang termasuk disabilitas, butuh dukungan dari semua pihak. BUkan hanya keluarga si penderta tetapi juga kita sebagai anggota masyarakat. Terutama para generasi Z ini perlu melakukan pendekatan dan sosialisasi supaya pengetahuan masyarakat tentang penyakit2 tersebut bisa lebih dipahami.
BalasHapusUsia produktif memang usia di mana lagi giat berkarya. Sayang banget kalau terhambat karena stigma kusta. Apresiasi bagi NRL yang peduli dengan hal ini
BalasHapusAh kemarin kita sama-sama menyimak cerita Mba Widya dan MBa Tina ya. Aku terkejut saat menyadari betapa banyak penambahan jumlah penderita kusta tiap tahunnya. Dan bangga juga dengan perusahaan yang memberikan kesempatan pada OYPMK untuk berkarya di tempat mereka
BalasHapusMasya Allah, keren ya Botanina, punya komitmen untuk mempekerjakan karyawan disabilitas dan peduli pada mereka dan terbukti hasil kerja karyawan disabilitas pun tak kalah dengan karyawan lain..saluut..semoga usahanya lancar dan berkah ya Botanina aamiin
BalasHapusSemoga semakin banyak penderita disabilitas yang mengenal lembaga seperti NLR dan Botanina supaya mereka bangkit dan lebih semangat untuk melangkah menjalani hidup.
BalasHapusAku baru tahu kalau OYPMK tak boleh terlalu lelah. Berarti mesti diperhatikan juga ya soal ini, supaya mereka tidak mengalami radang di kulit.
Aku salut ada yang mau fokus mikirin OYPMK ya, zaman sekarang penyakit ini sering dikucilkan, kebayang deh zaman Nabi Ayub dulu, semoga segera teredukasi ya masyarakat Indonesia lainnya.
BalasHapusSemoga semakin banyak ruang publik dan tempat yang ramah untuk para penyandang disabilitas.
BalasHapusKarena Kita semua memiliki hak yang sama. Dan yang kebayang, kalau semua fasilitas bisa terpenuhi, selain semakin produktif, para penyandang disabilitas juga semakin mandiri.
Nah, menciptakan lingkungan, apalagi lingkungan kerja yg inklusif ini masih tantangan banget di Indonesia ya Mak Neng. Masih jauh dari harapan. Tapi semoga ada banyak perusahaan seperti Botanina yg sangat ramah thd penyandang disabilitas
BalasHapusSalut banget sama Botanina, karena berani merangkul saudara-saudara kita yang mengalami disabilitas. Berteman dengan beberapa penyandang disabilitas, saya jadi paham bahwa jauh di lubuk hati mereka, mereka ingin diperlakukan secara inklusif. Tidak diremehkan, tapi juga tidak perlu dikasihani secara berlebihan.
BalasHapusKadang nih di masyarakat kita tuh masih ada stigma bahwa kalau disablitas gak bisa kerja. Tapi kalau sekarang justru kita yang harus membuat stigma itu lama-lama hilang, bahwa sesungguhnya disablitas juga punya hak untuk bekerja dan berkarya ya mak.
BalasHapusWah, banyak juga ya jumlah penyandang disabilitas ini. Tapi ini jelas gak jadi masalah untuk bisa mendapat kesetaraan di dunia kerja. Toh mereka juga punya kemampuan yang sama. Semoga ya akan semakin banyak para penyadang disabiltas yang bisa mendapat kesempatan di dunia kerja.
BalasHapusProgram inti NLR bagus2 ya mbak. Aku tertarik yang pencegahan disabilitas. Soalnya di Indonesia termasuk banyak anak2 yang lahir dalam kondisi disabilitas. Kondisi ibu hamil jelas perlu mendapat perhatian khusus. Aku juga benar-benar berharap Indonesia yang inklusif bisa terwujud. Aamiin
BalasHapusTernyata banyak juga ya penyandang disabilitas di Indonesia. Dengan program yang muda yang progresif ini semoga anak anak disabilitas akan mendapatkan tempat untuk bekerja dan berkarya agar potensinya dapat berkembang.
BalasHapusBanyak juga ya penyandang disabi5 di Indonesia, tp loh penyandang disabilitas ini kebanyakan didiskriminasi, padahal mereka punya hak yg sama dengan orang2 normal...semoga ya Indonesia yang inklusif ini bisa terwujud... Aamiin
BalasHapusBanyak juga ya mba kaum muda yang menjadi penyandang disabilitas di Indonesia. Semoga saja perlakuan untuk mereka makin membaik dari hari ke hari, terutama terkait dengan kesempatan bekerja di masa mendatang. Setiap orang kan berhak untuk mendapatkan kehidupan yang layak bagaimanapun kondisi fisiknya.
BalasHapusCukup banyak juga ya kusta di Indonesia..masih ada di 13 Provinsi...Semoga makin berkurang dan Indonesia benar-benar bebas dari kusta...
BalasHapusSebenarnya orang yang masih meremehkan orang lain karena alasan kekurangan fisik, warna kulit, dll itu orang yang ga berkembang hehehe. La sekarang apa-apa banyak yang bisa dikerjakan secara digital kok.
BalasHapus